28. Scratch The Surface

50 13 50
                                    


Entah bagaimana cara menggambarkan perasaan Tretan saat ini. Lelaki itu merasa senang sebab Mark mau membantunya. Namun di sisi lain, Tretan mungkin akan berhasil pulang, tapi ia tak begitu yakin dapat menyelamatkan Mark. Jika ia berhasil pulang sebelum pemberontakan robot yang diramalkan penjelajah waktu itu terjadi, maka rasa bersalah akan terus menghantuinya. Lagipula, ia tak tahu kapan tepatnya pemberontakan robot itu akan terjadi.

“Jadi di mana aku bisa melihat ....” Mark memutar-mutar tangannya, berusaha berpikir tentang sebutan apa yang layaknya ia berikan untuk mobil waktu Tretan.

“Aku bisa antarkan. Letaknya cukup jauh dari sini.” Tretan mengusap tengkuknya, halus. Berusaha membuat ketegangan dalam dirinya sirna. “Dan kalau kau tidak keberatan, aku ... tidak punya mata uang dari sini.” Ia menyengir kaku.

Sedetik kemudian, kekehen menggema di seluruh ruangan. “Apa kau berniat untuk membayarku? Berapa pun uang yang kau punya, tidak akan cukup!” Mark tertawa lagi.

“Kurasa ... kita akan butuh biaya tambahan untuk membawa Soni R278 ke sini.”

Mark tersentak. “So ... apa?”

“Soni R278. Nama mobil waktuku.”

Ekspresi datar dipertahankan Mark dengan susah payah. Diam-diam, lelaki itu kembali mengingat kejadian tadi malam. Kejadian ketika Tretan menyebut nama mobil waktunya. Berdasarkan ingatannya, Soni R278 bukanlah nama yang ia sebut waktu itu. Lalu ia tarik kembali kesadarannya menuju masa kini. Mungkin, nama yang Tretan sebut malam itu memang bukan nama dari mobil waktunya. Jadi Mark berusaha tak memikirkan hal tersebut, meski jauh di dalam pikirannya, nama itu masih tergiang-ngiang dengan jelas; Luna.

“Soni R278?” Mark mengernyit. Sebuah kenyitan yang disalahartikan oleh lawan bicaranya.

“Ya, aku tahu namanya terdengar payah. Itu bukan ideku.” Tretan membela diri.

Kekehan halus merupakan respons dari Mark atas jawaban tersebut. “Kau hanya sendiri di sini?” Ia berusaha menggali lebih jauh.

“Tidak.” Tretan berdiri tegap. “Kakakku dan seorang teman baru saja datang untuk menjemputku.”

“Maksudmu ... kalian punya dua mobil waktu?”

Tretan mengangguk.

“Wow!" Mark terbelalak. "Kita akan memperbaiki keduanya?”

“Tidak. Mobil waktu yang kubawa ke sini hilang, Luna R277.” Mark tersentak mendengar nama yang terus menggema dalam pikirannya itu. Kini, ia mengetahui kode serinya. “Apa kau yakin tidak melihat apa pun selain diriku di hari kau menemukanku, Mark?” lanjut Tretan di sela-sela keterkejutan Mark yang tak kentara.

“Tentu. Aku hanya melihatmu terbaring di jalanan.” Mark diam sebentar, kini rasa penasarannya beralih ke hal lain. Ia ingat Tretan pernah mengatakan sesuatu tentang kakaknya. “Tunggu, kau bilang kalau kakakmu datang menjemput, bukan? Apakah dia adalah kakakmu yang kau bilang menciptakan mesin pembaca pikiran?”

Tretan mengangguk penuh kebanggaan. “Dialah penciptanya sekaligus orang yang melenyapkannya.”

Dengan perlahan, manik amber Mark membulat sempurna dengan kilauan takjub mengelilingi. “Kedengarannya dia orang yang hebat! Kita berangkat segera. Beri aku koordinatnya.”

“Kalian sudah menemukan cara membaca koordinat?”

“Apa maksudmu?” ucap Mark tak terima. “Kami tidak seprimitif itu!”

“Tentu, tentu. Maafkan aku.” Tretan terkekeh meskipun pikirannya masih diganggu oleh kenyataan yang menghadapkannya pada pilihan sulit.

Setelahnya, ia memberikan koordinat yang ia salin dari Chip Watcher. Mark hampir-hampir terkejut melihat hologram mencuat dari Chip Watcher. Di tempatnya, hanya orang kaya yang punya benda seperti itu.

The Light-workerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang