26. Ulterior Motive

42 11 52
                                    

Luna dan Ken duduk membisu menjaga Soni R278 yang teronggok diam. Pandangan Ken tajam ke bawah, sedangkan Luna sejak tadi salah tingkah sebab merasakan kecanggungan dalam heningnya suasana.

Sambil bersedekap, pikiran Ken berkelana jauh memikirkan nasib Soni dan Lucy di semesta asalnya. Sejak menyadari adanya perbedaan informasi yang ia dapatkan dari Tretan dan Lucy, pikirannya tak henti mencoba menganalisis. Saat satu kesimpulan buruk ia dapatkan, ia menolak percaya hingga membuatnya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang lain, kemungkinan baik yang mampu menolongnya lepas dari rasa gundah.

Di lain sisi, Ken juga gelisah memikirkan nasib sang adik. Meski dirinyalah yang merancang rencana untuk meminta tolong pada Mark, namun tetap saja rasa ragu dan khawatir terus berputar dalam hatinya. Ken berpikir, jika dirinya berada di posisi Mark, didatangi seseorang yang berasal dari dimensi lain adalah sebuah kesempatan emas. Maka, sudah barang tentu ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari tahu lebih lanjut cara mesin waktu itu dibuat. Tretan bisa saja dalam bahaya.

Di sisi lain, Ken juga berpikir kalau Mark akan membantunya memperbaiki Soni R278 yang telah rusak. Dengan begitu, Tretan  bisa saja selamat. Sebab tanpa perlu bertanya atau mengancam Tretan untuk memberi tahu cara merancang mesin waktu, Mark akan tahu dengan sendirinya.

Namun tetap saja, ini hal yang cukup membahayakan menurut Ken. Lelaki itu tidak tahu bagaimana sosok Mark sesungguhnya, yang ia harapkan hanya, Mark bukanlah orang yang memiliki ambisi untuk menguasai dunia atau ambisi-ambisi tak masuk akal lainnya. Semoga Mark adalah orang yang hanya tertarik akan ilmu pengetahuan dan keselamatan umat manusia.

Sedetik setelah memikirkan itu, ia teringat tayangan televisi barusan. Wawancara yang dilakukan bersama dengan seorang ilmuwan besar di kota itu, Sir Revano. Pada kesempatan itu, ia mengatakan kalau ia dan ilmuwan lainnya akan terus menciptakan sesuatu demi kebaikan manusia. Setelah itu, pikiran Ken berhasil diselimuti sedikit ketenangan. Setidaknya, pernyataan itu berhasil meyakinkan dirinya kalau para ilmuwan di sini juga berjuang demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

“Luna ....” Ken melirik wanita di sebelahnya sebelum melepas Chip Watcher yang melingkar di pergelangannya.

Untuk beberapa detik, muncul perasaan lega yang terbit di hati Luna, akhirnya ia terselamatkan dari diam yang canggung. Namun setelahnya, ia dibuat terkejut oleh tindakan Ken. “Apa yang kau lakukan, Profesor? Jika kau melepas itu, maka Tretan tidak akan--”

Belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya, Ken sudah menyuruhnya diam dengan isyarat, telunjuknya berdiri tegak di depan bibir yang mengatup.

Gelang hitam itu pun berhasil dilepas atas perintahnya. Setelah itu, Ken mengedikkan alis ke arah gelang yang masih melingkar di pergelangan Luna. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, wanita itu langsung menonaktifkan Chip Watcher miliknya dan melepas cengkeraman gelang itu dari pergelangan.

“Ada apa?”

“Kau masih ingat apa yang dikatakan Lucy tentang gelang ini?”

Luna mengernyit. “Tentang Chip Watcher?” Ia diam sejenak untuk mengingat. “Benda ini bisa mendeteksi tempat dan waktu, juga menampilkan jam dan tanggal.”

Ken mengangguk. “Benar.”

Setelah itu, tidak ada lagi kata yang terucap darinya. Luna menaikkan alisnya penuh kebingungan. Ia masih tidak paham kenapa Ken bertanya begitu. Namun, baru saja dirinya hendak menyampaikan kebingungan, Ken sudah lebih dulu buka suara.

“Kau ingat, Tretan bilang kalau selama ini ia berusaha menghubungi Lucy melalui Chip Watcher.” Mata hazel-nya menatap Luna dengan tajam, seolah menunggu reaksi gadis itu terhadap pernyataan Lucy dan Tretan yang berbeda.

Luna mengerti maksudnya. Sambil berpikir, ia menghirup napas panjang seakan yang dihirupnya bukanlah udara, melainkan informasi yang bertebaran di angkasa. Setelahnya, ia berkomentar dengan sebuah kesimpulan, “Mungkin, milik Tretan dan milik kita merupakan jenis yang berbeda.”

Ken sedikit terkejut dengan gagasan Luna yang sama sekali tidak dia pikirkan sebelumnya.

“Tapi ...,” Luna menambahkan, “jika Chip Watcher milik kita dan Tretan adalah sama. Mungkin saja, Lucy hanya berusaha tak memberi tahu kita soal potensi sebenarnya. Kau tahu, Tretan mungkin menyuruhnya begitu.”

Apa yang dikatakan Luna ada benarnya. Bisa jadi, Tretan-lah yang memprogram Lucy untuk merahasiakan potensi sebenarnya dari Chip Watcher.

“Maksudmu, Tretan tidak percaya pada kita? Adikku tidak memercayaiku?”

“Tidak, bukan begitu, Profesor. Tretan mungkin saja ingin memberi tahu kita secara langsung, bukan melalui Lucy. Memangnya apa yang kau pikirkan, Profesor?”

Tak butuh waktu lama bagi Ken untuk mengutarakan gagasannya. “Lucy membelot. Dia menjebak kita.”

***


Tretan tegang karena didesak ke pojok oleh Mark. Diam-diam, sambil mengenggam tangannya di belakang, ia mengirimkan pesan darurat ke Ken dan Luna melalui Chip Watcher. Ucapan Mark barusan berhasil membuat lelaki itu merasa terancam. Meski dirinya sedikit ketakutan, tapi raut wajah garang berhasil ia pertahankan. Lelaki itu tiba-tiba teringat, ia pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya, di gang sempit malam itu, menghadapai tiga preman bertubuh kekar yang tak segan menghabisinya.

Namun, kali ini situasi sedikit berbeda. Ia tidak sedang menghadapi preman bengis, melainkan Mark yang tak segan menolong dan memberinya makan selama lebih dari dua puluh empat jam. Sambil berusaha mengumpulkan keberanian, Tretan memejam sambil menarik napas.

“Apa yang kau inginkan dariku, Mark?”

“Seharusnya, aku yang bertanya begitu.”

“Bantu aku memperbaiki mobil waktuku,” jawabnya sambil terus menatap tajam pada manik amber Mark yang berkilau.

“Katakan yang sejujurnya.”

“Apa?” Tretan tak mengerti kenapa Mark mendesaknya untuk mengatakan kejujuran, padahal ia sendiri sudah mengatakan yang sebenarnya.

“Siapa yang mengirimmu ke sini? Apa tujuanmu?”

Bukannya menjawab, malah senyum samar terbit dari wajahnya. Ada perasaan bahagia muncul di hati Tretan. Dengan bertanya demikian, secara tidak langsung, Mark telah mengatakan bahwa ia percaya kalau Tretan memang bukan berasal dari masa ini. Oleh sebabnya, satu misi berhasil diselesaikan. Setelah berhasil meyakinkan Mark atas tempat asalnya, selanjutnya adalah meyakinkan lelaki itu untuk membantunya, dan meyakinkan Mark untuk tidak menyelesaikan Tesla---meski hal ini tidak termasuk ke dalam rencana yang ia dan kakaknya rancang, tapi Tretan tetap harus berusaha menyelamatkan orang-orang di sini. Tidak boleh ada sejarah kelam yang terulang.

“Aku hanya tersesat, Mark. Tidak sedang mengemban misi apa pun, kalau itu maksudmu.” Tapi Mark hanya mengernyit, tak percaya. “Aku tak sengaja menciptakan mesin waktu itu. Tak sengaja terdampar di sini, tak sengaja bertemu denganmu.”

“Buktikan kalau kau tak dikirim untuk menghancurkanku.”

Tretan sudah mulai frustrasi dengan Mark, tidak ada hal yang bisa ia lakukan untuk membuktikan bahwa ia bukan orang jahat. Dengan wajah yang dibuat garang, Tretan tanpa ragu berkata, “Kalau memang itu tujuanku, kau pasti tidak akan bisa berada di sini saat ini, Mark.”

Matanya menyipit, Mark mengambil waktu sebentar untuk berpikir. “Baiklah, aku akan membantumu.” Lalu ia tersenyum nakal. “Jangan cemberut begitu, Sayang.” Ia colek pipi Tretan dengan genit.

“Hentikan itu!” Tangan Mark ia tangkis sebelum mengernyit jijik. Meski demikian, Tretan mulai lega sebab temannya itu telah kembali menjadi dirinya sendiri. Ia telah berhasil menjalankan misi. Setelah ini, mereka seharusnya berangkat menuju rumah tempat Soni R278 terdampar.

Hal lain muncul lagi dalam pikiran Tretan. Bagaimana mereka akan membawa Soni R278 ke Oasis untuk diperbaiki?


***

Haiii,  chapter ini berhubungan dengan Chapter 6. Soni R278 dan Chapter 21. Speculation, dan chapter-chapter lain di depannya. Wkwkwk :D

Terima kasih sudah vote dan komen sampai sejauh ini :D

The Light-workerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang