1. White Building

544 123 232
                                    

DEVISAR, 15 AGUSTUS 2065

Awan hitam membumbung tinggi, si jago merah telah menyerah, nyalanya tidak lagi merayap. Namun, pekatnya masih membekas, menyisakan pilu pada laki-laki lugu yang membatu dipeluk rasa gusar yang membelenggu. Rambut keemasannya tersapu angin dingin yang menyudutkannya dengan rasa bersalah tak bertepi. Rambut yang biasanya dicepol itu kali ini bebas beraksi di tengah kegaduhan, menari lembut tanpa hambatan.

Tubuhnya tak lagi kuat, seluruhnya tampak bergetar menyaksikan peristiwa yang baru menimpanya. Ia pasti sudah jatuh tersungkur kalau saja badannya tak ditahan lelaki dengan jas lab yang berdiri di sampingnya.

Sekelompok pasukan merah berlari keluar, seorang di antaranya mendekati kedua lelaki yang terlihat masih shock itu. "Maafkan kami, Dr. Ken." Wajahnya tampak dibuat tegar, tapi kekecewaan jelas terlihat pada air muka petugas pemadam kebakaran itu. Seragam merahnya sedikit menghitam akibat menenangkan amukan si jago merah.

Lelaki dengan jas lab itu mengangguk sedikit. "Terima kasih sudah berusaha." Matanya menatap tak percaya apa yang ada di depan.

Gedung putih setinggi tujuh belas lantai itu masih berdiri kokoh, dengan asap hitam yang menyembul di bagian kirinya. Gedung yang dibangun dengan sistem keamanan yang canggih itu tampaknya tak mampu melindungi profesor pemilik ruangan yang terbakar itu. Meski demikian, teknologi keamanannya mampu mencegah pergerakan si jago merah. Alhasil, kebakaran hanya terjadi di sumber ledakan: ruangan Profesor Rizal.

"Tretan!" Seseorang tampak berlari kemari sambil berteriak histeris. Sejalur air mata lolos dari bendungannya ketika melihat yang dicarinya selamat dari ledakan. Tanpa menunggu persetujuan, tubuhnya bergerak sendiri memeluk laki-laki berambut keemasan yang tak berkutik. Wanita berambut pirang itu baru saja ingin terlihat tegar kalau saja ia tidak menyadari bahunya lembap akibat luapan air mata lelaki yang dipeluknya.

Gedung putih itu tetap saja menatap angkuh meski baru menarik perhatian banyak orang akibat dentuman kerasnya disertai lidah api yang menjilat-jilat sebelum berhasil dijinakkan. Getarannya sama sekali tak menggoyahkan pondasinya, atau merusak bagian lain.

Sebuah ruangan yang hangus terbakar itu tak serta merta menurunkan egonya, masih saja ia membuat orang-orang merasa kecil dengan ukiran namanya yang terpatri gagah di ujung sana, berkilau menyilaukan: White Building.

Tidak, bukan semacam istana negara atau kediaman presiden, melainkan tempat di mana hal baru ditemukan.

Atau disembunyikan.


***






Terima kasih kamu yang sudah vote dan komen.
Terima kasih apresiasinya.
Terima kasih sudah mendukung author 💕

The Light-workerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang