VII - Surat tanpa Perasaan

106 62 8
                                    

Haina

Tiga tahun lalu, aku adalah seorang bocah cengeng yang penakut. Untuk hal itu, terima kasih kuucapkan pada Yusik adikku. Dia berhasil membuat dua tahun kehidupanku menjadi amat kelam dan menyakitkan.

Sama-sama, Na.

Aku takut pada kerumunan. Aku takut pada kesunyian. Aku takut pada kesendirian. Utamanya, aku takut pada bayang-bayang gelap. Tapi bukan kerumunan itu sendiri yang buat aku takut. Bukan kesunyian, kesendirian, dan bayangan itu sendiri yang buat aku takut.

Aku takut pada sosok yang bersembunyi di kerumunan, kesunyian, kesendirian, dan bayangan.

Tiap kali aku melihat tempat-tempat gelap yang tak tersentuh cahaya, aku mendapati sosok jahat di sana. Kecil, bermata kejam, dengan tangan penuh darah. Dia ingin membunuhku. Sangat. Makhluk haus darah yang mengejarku ke mana pun aku pergi.

Dialah yang aku takutkan. Dialah yang membuatku menangis. Dialah yang bersembunyi bersama keramaian, kesunyian, dan kesendirian. Dialah iblisku.

Ada kalanya aku berharap menjadi seorang gadis normal yang kepalanya tidak dihuni suara orang mati.

A/N

PERINGATAN: VOTE DAN KOMEN AMAT DIANJURKAN KARENA BERKHASIAT UNTUK MEMPERCEPAT UPDATETAN, MENAMBAH AMAL, SERTA MEMBUAT USAHA AUTHOR BERARTI SEBAB TULISANNYA ADA YANG MENGAPRESIASI. []

Detektif Palsu: Fail Romansa Si AntibetinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang