Chapter 45 : Kehormatan Bangsawan

6 6 0
                                    

Happy Reading!!!
📖📖📖

Laki-laki itu terbangun dan langsung menyerang Takeda. Mereka berdua terjatuh karena Takeda mencoba melepaskan dirinya dari cengkeraman orang itu.

Di saat yang sama, liontin dari orang itu terlempar dan terjatuh tepat di depannya Diana.

Takeda berhasil melepaskan diri dari cengkeraman orang itu, Takeda langsung meminta Diana untuk melempar Fang.

Laki-laki itu mencoba untuk bangun, namun kakinya masih terluka dan tak bisa untuk digerakkan.

Dengan cepat Takeda mengarahkan katananya ke arah laki-laki yang terjatuh tak berdaya itu.

Laki-laki itu meminta Takeda untuk segera membunuhnya. Takeda menarik pedangnya kemudian menyimpannya lagi.

Tetapi, laki-laki itu bersikeras meminta dirinya untuk dibunuh. Dengan jantannya Takeda menolak permintaan itu.

"Karena aku terluka? Karena namamu akan ternoda? Ini... tidak bisa disebut luka!" Laki-laki itu mencoba bangkit namun ia terjatuh lagi.

Takeda memegang bajunya dan berteriak kepadanya kalau Takeda bukanlan seorang bangsawan.

"Aku tidak suka perang ataupun membunuh. Sekarang, aku hanya ingin melindungi Diana dan pulang dengan selamat! Kalau kita bertengkar di sini, kita berdua akan mati. Kalau kau ingin bertarung, lakukan setelah kita keluar dari gunung," bentak Takeda dan mendorongnya.

Diana membuka kalung laki-laki itu yang isinya foto perempuan, menurut Diana itu adalah kekasihnya yang ia tinggal karena perang.

"Ini punyamu?" tanya Diana sembari menunjuk liontinnya pada laki-laki itu.

Laki-laki itu langsung meminta Diana untuk mengembalikannya, tetapi Diana menariknya. Ia akan mengembalikan liontin itu kalau laki-laki itu berterima kasih padanya.

Takeda tiba-tiba mengambil liontin itu dan memarahi Diana untuk tidak jahil kepadanya. Kemudian, Takeda memberikan kalung itu kepada pemiliknya.

Belakang Takeda, terdengar Diana yang sedang memarahinya. "Apa kau mau memarahi tuanmu? Sejak kapan kau sok begitu? Kau ini cuma rakyat jelata!" Lalu Diana melemparkan Takeda bola salju tanpa henti, sampai mengenai laki-laki itu.

Mereka melanjutkan perjalanan yang saat ini masih tidak diketahui mereka akan ke mana. Di sisi lain, Diana masih saja memikirkan tentang dirinya yang harus melaporkan kegagalan misi kepada Putri Elsa.

"Kalau begitu, katakan yang ada saja. Katakan 'Kami gagal.'." ucap Takeda dengan tenangnya.

Diana merasa kalau mereka tidak bisa berkata begitu. Jika bisa Diana tidak akan memikirkan sampai segitunya.

"Tuan Putri... memberikan misi ini padaku karena mempercayaiku. Aku gagal memenuhi harapannya." Diana berkata lirih karena ia merasa telah mengecewakan Putri Elsa.

"Tapi... dari pada aku menanggung rasa malu saat aku pulang." Diana bergumam.

Takeda memberitahu Diana kalau Putri Elsa sedang berperang dengan ribuan orang. Keberhasilan atau kegagalan Diana tidak akan banyak berpengaruh kepadanya.

Takeda berusaha membuat hati Diana menjadi tenang kembali, namun sifat nasionalisme Diana telah mempengaruhinya.

Tugas yang diberikan kepada Diana memang tidak begitu penting, namun Diana tak bisa menghilangkan kenyataan dirinya telah kegagalannya. Karena ia adalah seorang bangsawan.

Sebagai seorang penyihir, aku harus bisa berguna untuk Putri Elsa. Jika ia tidak bisa melakukan itu semua.

"Lebih baik aku mati saja!" tegas Diana yang membuat Takeda terdiam.

"Destiny of Light and Darkness Magic" {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang