Happy Reading!!!
📖📖📖Takeda berhasil keluar dari siksaan Frani. Dia berjalan di lorong dengan wajah yang babak-belur.
Setelah memeriksa Frani, ia harus memeriksa Saphira. Dia beruntung, sifat Saphira lemah lembut. Bisa saja dia akan dimanja saat bersamanya.
Dia asal membuka pintu kamar Saphira. Saphira mempunyai peliharaan kucing, kucing itu mengeluarkan suara karena tahu ada orang asing yang sedang menyelinap ke kamar.
Saphira terbangun dari tidurnya, kemudian dia menanyakan orang yang di sana untuk memastikan saja.
Takeda ingin menjawabnya, namun di belakangnya ternyata ada Diana.
Diana memanggil nama Takeda dengan nada yang terdengar sedang marah.
Takeda terkejut karena Diana masih bangun di jam segini. Ia bangun karena sedang mencari Takeda, ia khawatir Takeda belum kembali juga.
Saat dicari ternyata Takeda sedang berusaha menyusup ke kamar kakaknya ialah Saphira.
Takeda memberitahu kalau Diana salah paham, ia ke kamar Saphira hanya ingin melihat bahunya saja.
Diana langsung menarik Takeda dan melemparnya keluar kamar.
Diana meminta maaf kepada Saphira, ia pasti akan membunuh cowok genit itu. Kakaknya tidak paham dengan maksudnya Diana.
Diana menutup pintu kamar Saphira, ia menarik kuping Takeda, ia membawa Takeda untuk pulang ke kamarnya.
"Aku jadi kesal karena aku memercayaimu. Kau akan bilang 'cinta' pada siapa pun, 'kan? Pelayan, kucing, bahkan ke kambing juga!" kesal Diana sembari menyeret Takeda.
"Sudah kubilang, kau salah paham!" ucap Takeda yang sedang diseret.
Diana sudah membeli cambuk barunya, ia tersenyum licik karena bisa menggunakan cambuk itu.
Diana memerintahkan Takeda untuk melepaskan pakaiannya. Namun, Takeda menolaknya.
"CEPAT BUKA!" bentak Diana.
Dengan terpaksa Takeda membuka bajunya, Diana terkejut saat melihat tubuh Takeda penuh dengan luka.
"Lo, kenapa tubuhmu penuh luka?" tanya Diana.
"Ah, anu...." Takeda tak berani memandang Diana.
Diana mencurigai kalau Takeda masuk ke kamar adiknya Frani. Takeda berusaha menyakinkan Diana kalau dia tak masuk ke kamarnya Frani.
"Jadi iya, ya. Kau memang menyusup ke kamar Frani," ucap Diana.
"Jangan-jangan kau bisa membaca pikiran orang lain dengan sihir," puji Takeda.
"Dengar. Bahkan tanpa menggunakan sihir, aku bisa membaca pikiranmu. Kalau begitu bacalah pikiranku sekarang." Diana mendekati Takeda agar dibaca pikirannya.
Ia berpikir kalau Diana akan memaafkannya. Namun, itu salah.
Kemudian ia menjawab kalau Diana ingin mengajak Takeda untuk istirahat, itu juga salah.
Takeda mulai menangis sembari berkata. "Kau mau... membunuhku?"
Akhirnya jawaban itu benar, Diana sangat senang Takeda bisa membaca pikirannya.
Diana menangis meminta ampun, namun sudah terlambat. Ia akan disiksa seharian tanpa henti.
Saat Diana ingin mencambuk Takeda, kembali suara ledakan. Suara tersebut berasal dari kamar kakaknya ialah Saphira.
Diana yang mengkhawatirkan keadaan Saphira, ia langsung menghampiri kamar tersebut. Dia bersyukur kakaknya baik-baik saja.
Tak lama kemudian, tempat itu menjadi ramai karena banyak murid-murid yang ingin melihat kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Destiny of Light and Darkness Magic" {End}
FantasyGenre : Fantasi, Adventure, Romance, School, Magic, Comedy. ------- Cerita berlatar Sekolah Sihir Rodesnia yang di mana setiap muridnya akan berlatih sihir sampai mereka mendapatkan Buku Sihir Grimoire mereka sendiri. Karakter utama di dalam cerita...