Chapter 4: Penyembuhan

703 103 47
                                    


Happy reading readers-chan:>
.
.
.





Setelah (Y/N) di tangani oleh dokter, tak lama kemudian ia sadar kan diri. Ia di temani Erwin di ruangan itu. Dan ia sadar jika ia di tolong oleh Erwin.

Bola mata Erwin menyorot dengan  penuh kekhawatiran pada gadis itu. Karena (Y/N) merasa takut dengan kejadian tadi, ia refleks langsung memeluk erat tubuh kekar itu, dan membuat wajah Erwin memerah.

Beberapa detik kemudia (Y/N) sadar jika ia sedang memeluk Erwin.

"M-maaf Erwin, a-aku tak bermaksud lancang." Ia gugup dan wajah nya memerah.

"Tak masalah." Erwin tersenyum dan wajah nya masih memerah.

"Di luar ada Mikasa, Eren, Armin dan Hanji sedang menunggu mu, aku akan memanggil mereka." Ujar Erwin sambil mengelus kepala gadis itu.

Erwin meninggal kan (Y/N) dan memanggil rekan mereka yang sedang menunggu di luar.

(Y/N) mengingat kembali kejadian yang tak meng enakan tadi di kastil.

"Kenapa di saat seperti ini aku malah mengingat nya? Sudah lah aku tak mau mengingat itu, itu hanya  membuat ku menjadi sesak saja, aku tak mau bertemu pria itu."

"Kyaaaa... (Y/N)." Hanji berteriak dan berlari menghampiri (Y/N).

"Kenapa kau bisa seperti ini (Y/N)? Ku kira tadi kau pergi ke kastil." Hanji mengguncang tubuh gadis itu.

"Maaf ketua regu, kau terlalu mengguncang tubuh (Y/N)." Ujar Armin melihat gadis itu seperti sedikit kesakitan.

"Ah maaf aku tadi terlalu khawatir padamu." Hanji mengelus kepala gadis itu.

"Tak usah khawatir, ini hanya luka kecil. 2jam lagi aku sudah boleh pulang." Sahut (Y/N) dengan senyuman manis nya.

"Mikasa, Armin, Eren kalian ada disini juga ya."

"Tadi aku di beritahu oleh ketua Regu bahwa kau di bawa ke klinik, dan kami di perbolehkan ikut menemui mu." Ujar Mikasa saraya memegangi tangan gadis itu.

"Hei tak usah  panggil aku ketua regu, panggil saja Hanji! Aku merasa tua sekali jikai di panggil ketua Regu." Hanji tertawa.

Akhirnya (Y/N) dan lainya kembali ke markas Pasukan Pengintai karena (Y/N) sudah boleh pulang.

Pagi harinya Erwin kembali menemui gadis itu karena masih merasa khawatir.

"Erwin sering menemani ku di banding pria cebol itu. Bahkan dia sama sekali tidak menunjukkan batang hidung nya di depan ku saat kondisi ku seperti ini." Gumam gadis itu.

"Bagaimana kondisimu (Y/N)?" Erwin mengelus kepala gadis itu.

"Sudah membaik." Gadis itu tersenyum lebar pada pria yang sudah membawa nya ke klinik.

Erwin duduk di tempat tidur (Y/N). "Kau nampak lesu sekali Erwin." Gadis itu memegang wajah Erwin sehingga wajah pria itu memerah. 

"Ah sepertinya aku hanya kelelahan." Pria itu tiba-tiba menyenderkan kepala nya ke bahu gadis itu.

Gadis itu pun peka, ia mengelus kepala Erwin hingga membuat pria bertubuh kekar itu melemah dan meneteskan air mata. Gadis itu menyadari bahwa Erwin menitikan air matanya.

"E-erwin, k-kau menangis? M-maaf aku jika ini membuatmu tak nyaman." Ujar gadis itu dan dengan sigap menarik lengannya dari kepala Erwin.

"Tak apa, justru kau membuatku sangat nyaman, aku hanya .." Erwin mengehentikan perkataan nya.

"Hanya apa?" Gadis itu nampak penasaran.

"Hanya saja aku terbawa suasana karena aku sudah lama sekali tak merasakan seperti ini." Erwin refleks memeluk tubuh (Y/N).

(Y/N) nampak merasa nyaman dan sedikit gugup atas perlakuan pria itu. Karena ia baru pertamakali di peluk oleh pria  selain ayah nya.

"Erwin.." suaranya bergetar. "A-aku jadi rindu kedua orang tua ku."

"Ya, aku mengerti." Pria itu memeluk erat tubuh (Y/N).

"Menangis lah, keluarkan semua kekesalan dan kerinduan mu. Aku akan selalu mendengar kan mu."

(Y/N) menceritakan tentang kematian kedua orang tua nya. Erwin sangat serius mendengar kan cerita gadis itu. Erwin merasa sesuatu dalam tubuh nya. Erwin menyadari bahwa ia memang benar-benar menyukainya (Y/N).

Dimulai dari senyumannya, suara lembut nya, dan sorot mata nya yang coklat  sudah bisa membuat Erwin merasa tenang dan nyaman. Ia tak mau kehilangan momen seperti ini.

"Aku sudah menceritakan tentang hidup ku. Apa kau tidak mau menceritakan tentang hidup mu Erwin?" Gadis itu mengusap air matanya.

"Tentu saja aku akan menceritakan nya." Jawab Erwin sambil membantu gadis itu mengusap air matanya.

Baru saja Erwin mengusap mata (Y/N), Hanji datang dan Erwin tak sempat memulai cerita.

"Kyaaaa.. ada pemandangan yang tak pernah ku lihat sebelum nya!" Hanji terkejut dan cekikikan melihat perilaku Erwin yang sangat manis dan manja itu.

Erwin langsung melepaskan pelukannya.

"Ternyata pria kaku seperti mu bisa bersikap romantis ya Erwin." Hanji meledek Erwin hingga membuat pria itu menjadi salah tingkah di hadapan (Y/N).

"Ada apa Hanji?", Pria itu mengalihkan pembahasan Hanji.

"Erwin, aku telah menyampaikan pesan darimu kepada seluruh pasukan pengintai jika kita akan memulai ekspedisi besok. Pada pukul 05:30 semua Pasukan Pengintai harus sudah berada di tempat berkumpul. Dan kita akan berangkat pada pukul 07:00."

"Hanji, apakah aku boleh ikut?" Tanya (Y/N).

"Yaampun aku sampai lupa menyapamu (Y/N). Bagaimana keadaan mu? Jika kau sudah membaik tentu saja  kau boleh ikut." Hanji memeluk erat (Y/N) seperti sudah lama tak jumpa.

"Aku sudah membaik Hanji." Jawab (Y/N) sambil memeluk balik Hanji.

"Yoshh kita akan pergi bersama dan bertamu Titan kawaii, ah aku tak sabar." Hanji sangat bersemangat.

" Hanji sangat bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Aww aww, cie yang abis manja manja sama Erwin (☞ >\\\<)☞

Coba cek jidat Hanji panas atau engga,masa Titan dibilang kawai•-•

Gimana ceritanya? Gaje maap ya:<

Segitu dulu buat hari ini><

Jangan lupa vote &komen yaa:>



Sayonara^^

Love in Paradise IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang