Chapter 22: Dugaan yang Salah

357 60 55
                                    









Moshi moshi^^

Typo dimana-mana!

Happy reading readers-chan>\\\\<

.

.

.

"Tunggu, kenapa (Y/N) merintih seperti itu? Ini mencurigakan." Sahut Jean.

"Hey pelan kan suaramu!" Ujar Armin.

"Apakah Mereka sedang membuat bayi?" Celetuk Sasha.

"Jangan bicara sembarangan bodoh" Connie menjitak kepala Sasha.

Jean yang pikiran nya kalangkabut langsung menerobos masuk ke dalam."Ini tak bisa dibiarkan, jika Komandan Erwin tahu pasti dia sangat kecewa dan marah." Dan tanpa basa basi, Jean langsung mendobrak pintu kamar (Y/N).

Jean terkejut dengan apa yang ada di baik pintu.
Ternyata suara rintihan itu disebabkan oleh Levi yang sedang memijat kaki (Y/N) yang terkilir.

Hanji mencubit lengan Jean dengan kencang. "Sudah ku bilang jangan berisik dan tetap tenang." Bisik Hanji dengan masih mencubit lengan Jean. Jean yang merasa bersalah karena memikirkan yang bukan-bukan  hanya diam pasrah lengan nya di cubit.

"Oi oi, apa kau tidak punya sopan santun? Seharusnya ku mengetuk pintu terlebih dahulu dan bukan mendobrak nya." Levi yang tak tahu alasan Jean mendobrak pintu hanya memasang wajah datar.

"Ya ampun, apa yang terjadi dengan mu (Y/N)?" Hanji langsung menghampiri (Y/N) dan memasang raut khawatir.

"T-tadi aku dan Levi akan menyusul mu saat eksperimen, tapi karena aku tak berhati-hati aku tersandung akar pohon dan kaki ku terkilir."

"Pantas saja aku tak melihat mu."

"Wajah kalian kenapa seperti orang canggung? Seperti melihat sesuatu saja." (Y/N) merasa aneh pada rekan nya karena ekspresi wajah yang tak biasa dan keringat mengucur di pelipis.

"A-ah tidak, kami t-tidak kenapa-kenapa." Jean canggung karena sudah menduga yang tidak-tidak pada (Y/N) dan Levi.

"Sepertinya Jean canggung karena tadi mengira kau dan kopral Levi sedang me--" Sasha belum selesai berbicara tapi mulut nya sudah di sumpal oleh Connie.

"Diamkan baka! Jangan katakan apa-apa!" Connie membisik dengan nada mengancam pada Sasha.

Levi yang menyadari jika Hanji dan yang lainya mingira jika ia sedang melakukan sesuatu dengan (Y/N) hanya mendecak dan memalingkan wajah nya.

"Jean, Sasha, Connie, Historia, Armin, Mikasa dan Eren sebaiknya kalian  membuat makanan untuk makan malam." Hanji memerintah.

"Baik Hanji." Dengan sigap mereka langsung menuju dapur.

Hanji melirik pada Levi. "Levi, bukanya nanti malam kau akan ke Distrik Trost?"

"Ya." Jawab nya dengan singkat."

"Distrik Trost? Mau apa? Apakah kau akan bertemu dengan Erwin? Aku ingin ikut. Tolong izinkan aku untuk ikut." (Y/N) memohon agar di perbolehkan pergi bersama Levi ke Distrik Trost.

"Cih, memangnya aku kesana untuk berkunjung dan bersantai? Aku kesana ada tugas. Kau tetap disini dan jangan ikut!" Levi mengetahui maksud (Y/N) memohon ikut adalah untuk bertemu dengan Erwin.

"Benar apa kata Levi, ia kesana untuk hal penting. Sebaiknya kau tetap disini bersama rekan mu." Hanji mencoba memberikan pengertian kepada (Y/N).

"Baiklah." (Y/N) menghela nafas. "Maaf kan atas sikap ketidak sopanan ku ini." (Y/N) tertunduk sedih.

Hanji yang melihat kesedihan pada (Y/N) refleks memeluknya. (Y/N) membalas pelukan Hanji.

"Sudah tidak perlu sedih. Cepat atau lambat kau akan bertemu kembali dengannya." Hanji memper erat pelukan nya dan membuat Levi iri.

"Oi oi sudah lepaskan. Kau memeluknya terlalu kencang."

Tiba-tiba Hanji terperanjat dan melepaskan pelukannya. "Ya ampun aku lupa, aku harus pergi ke asrama prajurit di Distrik Trost sekarang juga! Sampai jumpa (Y/N), sampai jumpa cebol." Hanji melambaikan tangan nya dan pergi dari kamar (Y/N).

Lambaian tangan Hanji di balas oleh (Y/N) tapi tidak dengan Levi. Setelah Hanji meninggalkan mereka, terjadilah keheningan. Untuk memecah keheningan, (Y/N) bertanya pada Levi.

"J-jadi kau akan pergi kapan ke Distrik Trost?"

"Sore ini."

"Kau akan lama disana?" Tanya gadis itu lagi.

"Tidak, mungkin menjelang pagi aku sudah kembali kesini."

"Apakah tidak cape? Perjalanan dari sini menuju Distrik Trost tidak lah dekat."

'Kenapa dia seperti mengkhawatirkan ku?' Batin Levi. Dengan refleks Levi memegang lengan (Y/N) "Terimakasih jika kau sudah mengkhawatirkan ku. Tapi demi keamanan, aku tak bisa juga meninggalkan regu ku lama lama." 'Terutama kau' batin nya.

"Berhati-hatilah di jalan. Apa kau ingin aku buatkan bekal untuk di jalan?"

"Cih memangnya kau bisa membuat apa." Levi memalingkan wajah nya yang merah padam.

"Kau jangan meremehkan ku. Aku bisa membuat apa saja."

"Yasudah, siap kan aku bekal untuk di perjalanan. Aku ingin masakan yang enak!"

"Baik kopral pendek." (Y/N) cekikikan.

"Kau lebih pendek dari ku cebol."

"Dasar pendek."

"Cebol."

"Apa kau bilang?"

"Cebol."

"Huhhh dasar kopral pendek." (Y/N) menyilangkan kedua tangan nya dan memanyunkan bibirnya karena kesal.

Levi mendekat kan wajahnya ke telinga (Y/N). "Sudah ku bilangkau tak boleh kesala padaku." Suara berat Levi mengalir hangat pada telinga (Y/N).

Wajah (Y/N) memerah dibuatnya. "B-baka!"

Levi beranjak dari kamar (Y/N). Setelah sampai pintu Levi melirik pada (Y/N). "Jangan lupa bekal ku, beberapa menit lagi aku akan berangkat."

"B-baik."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Ceritanya flat banget ini:v

Kalo misal nya yang nentuin si yeen nikah sama siapa itu readers-chan gimana? Kayanya pilihannya cuman Lipai sama Ewing si ≧◉◡◉≦

Jangan lupa vote & komen>\\\\<





Sayonara^^

Love in Paradise IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang