"Sudah tenang-tenang. Karena yang paling tampan udah maju di depan, gimana kalau Berlian suruh nunjuk cewek buat maju di depan. Suruh kenalan juga, gimana semuanya?" Revan menghentikan suara pekikan semua murid baru dengan mengusulkan idenya.
Sekalian modus intinya supaya bisa kenalan sama adik tingkat yang barangkali bisa dijadiin pacar.
"Setuju kak," ucap semua siswi serempak sambil membenarkan penampilannya dari ujung kepala sampai kaki. Tentu semua berharap dipilih oleh Berlian karena berarti cewek tersebut pasti menarik perhatian the most wanted sekolah di depan.
Kecuali satu cewek yang semakin menghindar dari mata elang di depan dengan membenamkan wajah dan tubuhnya pada teman di sampingnya.
"Lo ngapain sih Permata, dorong-dorong gue," ucap teman Permata yang bernama Selia yang merasa tubuhnya didorong Permata.
"Itu, apa itu, perut gue sakit." Permata mencari alasan untuk meyakinkan teman barunya ini.
"Tunggu bentar apa, nanti gue anter ke PMR. Tunggu Berlian nunjuk cewek, bisa jadi kan gue. Secara gue itu cantik." Selia menjawab dengan yakin sambil membenarkan penampilannya.
Permata semakin panik. Bukannya Permata kepedean akan ditunjuk. Tapi Permata itu takut, kalau itu benar-benar terjadi gimana? Permata nggak mau berurusan dengan Berlian, cukup di SD saja. Nggak mau di SMA.
Padahal, Berlian paling juga nggak bakal kenal sama wajah Permata, terakhir kali kan waktu SD.
Kesempatannya 0,01% untuk ditunjuk. Namun, bagaimana jika hal itu terjadi? Lebih baik menghindari kemungkinan 0,01% kan.
"Ayo Berlian pilih yang mana, boleh dipandang dari kanan sampai kiri, depan sampai belakang. Siapa nih ya yang akan beruntung." Revan semakin tidak sabar akan pilihan adik tingkatnya.
Mata elang Berlian menyapu semua penjuru dari kanan dan kini mengarah ke kiri.
Permata yang termasuk pada barisan kiri pun semakin panik, ia berpikir dan secepat kilat ide itu terlintas.
Segera ia menggunakan idenya untuk menghindari kemungkinan 0,01% itu.
Bruk
"Permata apa sih," gerutu Selia karena tubuhnya terdorong ke depan akibat tubuh Permata yang menubruk punggungnya.
Selia beberapa kali memukul kepala Permata pelan. Karena tidak ada tanggapan dari si empu, ia memalingkan wajah dan melihat Permata yang terpejam.
"Permata, Permata, bangun." Tepukan tangan Selia pada pipi Permata tidak menyadarkan empunya.
"Kak, tolong dong. Temen gue kayaknya pingsan," ucap Selia ke kakak PMR yang berjarak beberapa meter di belakang. Untung saja mereka termasuk pada barisan belakang.
Dengan segera petugas PMR itu menandu Permata menuju UKS.
Kok bisa ya pingsan, padahal duduk loh
Fisik tuh cewek pasti lemah
Kayaknya tuh cewek cantik deh
Siswa-siswi yang berada di sekitar tempat jatuhnya Permata mulai berbisik-bisik dan beberapa terdengar oleh Selia.
"Benar juga sih, kok Permata mudah banget sih pingsan. Padahal cuma duduk loh, bukan berdiri," gumam Selia yang mengetahui bahwa fisik Permata sangat lemah.
Penunjukan siswi yang akan berkenalan terjeda oleh insiden Permata tadi. Kemudian, dilanjukan dan hasilnya Berlian menunjuk siswi cantik untuk maju ke depan.
Namanya Suci yang bisa dikatakan akan menjadi queen sekolah selanjutnya. Karena mata elang Berlian tak pernah salah dan tidak perlu diragukan.
Petugas PMR segera membaringkan Permata dan berusaha menyadarkan Permata.
Permata yang merasa sudah aman karena sudah berada di UKS, segera berpura-pura bangun dari pingsan dengan tangan kanan yang memegang kepala. Hal ini digunakan untuk meyakinkan akting Permata tentunya di depan petugas PMR.
"Akhirnya bangun juga lo dek," ucap siswi PMR yang melihat Permata terbangun dari pingsannya.
"Gue dimana kak?" Permata berpura-pura bertanya seperti di novel yang ia baca.
"Di UKS dek. Lo tadi nggak sarapan ya? Bisa pingsan kayak gini. Lo mau makan?"
"Nggak kak, mungkin badan gue aja yang kurang sehat." Permata menolak tawaran kakak tingkatnya. Permata masih kenyang, apalagi ini masih pagi dan tadi ia sarapan dalam jumlah yang banyak.
"Yaudah, lo disini aja. Diminum teh angetnya dulu." Petugas PMR itu menunjuk teh anget yang berada di nakas.
"Iya kak. Kak ini nanti pulangnya jam berapa ya?" Permata tidak ingin berada di UKS. Karena bagaimanapun berdiam sendiri tanpa berbicara dengan teman di UKS tidaklah menyenangkan.
"Kayaknya sekitar habis dzuhur dek. Kamu kalau mau pulang duluan aja nggakpapa. Nanti kakak izinnin."
"Kalau misal mau pulang duluan berarti lewatin siswa baru ya kak?"
"Iya dek, kan tempat kumpulnya di depan gerbang. Otomatis kamu lewat depan."
Tidak. Permata tidak akan pulang. Jika pulang, sama saja wajah Permata akan ketahuan nantinya.
"Mmmm, Permata disini aja ya Kak. Nggakpapa kan?" Ini keputusan Permata dan UKS adalah satu-satu tempat untuk menyembunyikan keberadaannya.
"Nggakpapa sih, tapi kamu mau di sini sendiri sampai habis dzuhur. Lebih baik kamu pulang aja dek?"
"Nggak kak, gue di rumah sendiri juga. Jadi, lebih baik di sini. Kalau ada apa-apa kan setidaknya ada petugas PMR." Permata beralasan.
Maafkan Permata Tuhan yang berbohong.
Ibu maafkan Permata yang menyembunyikan keberadaanmu di rumah.
"Iya nggakpapa, kakak tinggal ya. Kalau ada apa-apa, kamu teriak aja. Tapi jangan keras-keras ya. Ada petugas PMR di depan juga."
"Siap kak, makasih ya."
Petugas PMR itu pun pergi dengan meninggalkan Permata. Permata yang ditinggal sendiri hanya bisa bermain HP untuk melepas rasa bosannya. Setelah lelah ia kemudian tidur.
Perlu diketahui, bahwa Permata itu suka tidur dan mudah tidur dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Sampai habis dzuhur yang bertepatan dengan selesainya acara. Permata pun pulang dengan menjeda waktu keluar dari UKS sekitar 15 menit. Hal ini ia lakukan untuk menghindari kemungkinan 0,01% apabila bertemu dengan musuh abadi SD nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Permata
Teen Fiction"Jangan terlalu benci nanti cinta" "Nggak akan" Musuh abadi sejak zaman SD, dipertemukan kembali di SMA. Sudah 2 tahun penyamaran Permata tidak terdeteksi Berlian. Namun tinggal satu tahun sebelum lulus, penyamarannya terbongkar. Sebab jus strawber...