Pagi yang cerah tidak secerah wajah Permata. Novel yang dibacanya semalam masih memberikan kesan sedih bagi Permata. Terlebih, pagi tadi terkena omel ibu nya karena terlambat bangun pagi. Belum lagi, kakaknya yang menjadi kader ibunya dan puas mengoloknya sepanjang perjalanan berangkat sekolah.
Permata yang berjalan di koridor tepat di depan kelas XII IPA 2 seketika berhenti karena ada siswi cantik berbando pink yang menghadang jalannya.
Ini masih pagi, kenapa ada orang yang bertingkah ambigu gini. Batin Permata melihat adik kelasnya yang matanya menyorot Permata dari kaki sampai kepala.
Permata akui, ia penganut negatif thinking ketika ada kejadian yang tak terduga seperti ini.
Udah sebel dengan masalahnya tadi, tambah kuadrat sebelnya Permata melihat tingkah orang di depannya.
Andai nih orang batu, udah ditendang Permata kalik.
Mau labrak? Batin Permata lagi. Permata sudah biasa dengan kejadian seperti ini. Bukan berarti pernah, tapi Permata sering melihat kejadian seperti ini.
Hidup damai tanpa mencolok, itu prinsip hidup Permata. Menghindari masalah lebih baik bukan?
"Ini buat kakak", ucap siswi itu tak ada manis-manisnya dengan mengulurkan sebuah kotak cantik ke Permata setelah selesai mengamati objek penelitiannya.
Sungguh lebih manis iklan minuman di televisi.
"Dari siapa?" Permata tak mau kalah dengan nada hampir persis siswi tersebut sambil memandang sinis dari kaki sampai kepalanya.
"Nggak tahu, buka aja." Siswi tersebut pergi begitu saja setelah menarik paksa tangan Permata untuk menerimanya.
"Gue aja yang pacarnya belum dikasih apa-apa, Kak Permata yang bukan siapa-siapa di kasih hadiah. Nggak adil." Gerutu siswi tadi menuju kelasnya.
Permata yang dipaksa menerima hadiah tersebut selang beberapa detik segera menjatuhkannya agak jauh darinya dengan keras. Dan tanpa diduga tutup hadiah tersebut terbuka sendiri dan muncullah makhluk amfibi dari kotak tersebut.
"Katak."
Seketika beberapa murid yang berada di sana berlari dan berteriak menyebut nama si makhluk sambil menghindari makhluk itu yang bergerak menuju pintu kelas.
"Permata, usir dong kataknya." Ucap Fani kelas XII IPA 2 yang cukup mengenal Permata.
"Gue." Permata menunjuk dirinya sendiri.
"Iya Permata. Itu hadiah kan buat lo." Fani mengutarakan pendapatnya dengan backsound suara-suara murid lain yang mengiyakan.
"Gue aja nggak tahu asal-usulnya si katak." Permata mengasihani dirinya sendiri.
"Apa lo cium aja si katak, bisa jadi dia pangeran. Pasti so sweet" Ucap Anita berbinar-binar dimana seorang maniak disney.
"Emang bener bisa jadi pangeran?" Permata menarik senyumnya karena tertarik dengan ucapan Anita.
Anita seketika berbinar-binar dan mengangguk-angguk sambil melompat di tempat.
"Oke." Permata mendekati si katak dan hampir jongkok. Namun, sebelum posisi jongkok sempurna seseorang menahan bahunya dan menariknya untuk berdiri.
"Bodoh." Ucap si pengganggu itu sambil menyentil dahi Permata.
"Apaan sih. Lepasin tangan lo." Permata berusaha melepaskan tangan si pengganggu di bahunya. Namun, tak bisa karena tangan itu begitu kuat diam di situ. Ada lem nya kalik.
"Lo nggak harus berbuat kayak gitu. Kalau lo emang mau cari pangeran. Ada gue di sini. Lo bisa cium gue." Ucap si pengganggu dengan senyuman manisnya.
Semua murid menyoraki ucapan si penganggu yang terdengar frontal dan pertama kalinya terdengar di telinga mereka selama sekolah di sini.
"Di mimpi lo." Permata menampar pelan si pengganggu untuk menyadarkannya.
"Gue serius." Si pengganggu memasang muka serius.
Permata segera menginjak kaki si pengganggu. Permata tak suka ekspresi serius itu.
Setelah lepas dari si pengganggu, Permata segera berjongkok. Semua murid semakin tidak percaya dengan jalan pikiran Permata yang sempit dan dengan mudahnya terkontaminasi Anita.
Karena beberapa dari mereka tahu bahwa Permata seorang yang berpikiran bijak dalam mengambil keputusan sebelum bertindak.
Sekolah ini harus segera ada penyemprotan anti disney Anita. Virus ini sangat berbahaya, Permata yang memiliki daya tubuh kebal saja terkontaminasi bagaimana dengan mereka?
"Nah, dapet kan." Permata mengangkatnya dengan senang.
Jepit rambut miliknya tadi jatuh ke bawah saat dikejutkan dengan siswi cewek yang menghadangnya. Padahal kan tadi Permata berjalan sambil membenarkan jepit rambutnya.
"Jadi lo . . . " Si pengganggu menunjuk jepit rambut di tangan Permata.
"Gue mau ambil nih jepit rambut tadi. Berhubung si pemberi hadiah di sini. Usir gih kataknya." Permata tersenyum manis.
"Dengar ya semua. Nih katak dari Berlian. Jadi, Berlian yang harus ngusir. Ngerti." Permata melihat sekeliling dan segera pergi dari sana.
###
10-07-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Permata
Teen Fiction"Jangan terlalu benci nanti cinta" "Nggak akan" Musuh abadi sejak zaman SD, dipertemukan kembali di SMA. Sudah 2 tahun penyamaran Permata tidak terdeteksi Berlian. Namun tinggal satu tahun sebelum lulus, penyamarannya terbongkar. Sebab jus strawber...