Kini penyamaran Permata terbongkar. Sudah tidak ada gunanya penyamaran Permata. Ia kini di sekolah sudah menanggalkan kacamatanya dan hanya menggunakannya saat jam pelajaran saja. Namun, rambutnya masih sama saja yaitu kucir kuda dengan poni yang tidak menghiasi wajahnya. Karena Permata sudah terbiasa dengan penampilan ini dan nyaman. Lagipula di kelas 12 ini ia akan lebih fokus pada pelajaran sehingga memutuskan untuk tetap menjepit poninya agar tidak mengganggunya saat pelajaran.
Permata seorang maniak mie ayam dan ia kini sudah jarang membawa bekal. Targetnya hari ini adalah makan mie ayam plus es teh. Makanan dan minuman yang sudah ditargetkan semalam sebelumnya dan dua hal itu juga cukup mengganggu pelajarannya tadi. Sungguh rasanya seperti memikirkan cinta pertama.
Ia kini ke kantin bersama Selia dan Ica. Dan kini di depan mejanya sudah ada dua hal yang sejak semalam menganggunya.
"Cinta pertama gue. Mie ayam. Es teh. Muach. Muach." Permata mengekspresikan kesenangannya di hadapan kedua temannya.
"Parah lo Permata. Lo udah gila. Cinta pertama kok sama mie ayam, es teh." Selia menggeleng-gelengkan kepala.
"Lo nggak tahu sih, betapa enaknya mie ayam sama es teh." Permata memandang kedua menu itu dengan mata berbinar.
"Sel ini tanda-tanda orang gila. Buruan deh, lo cariin Permata cowok." Ica menggeleng-gelengkan kepala. Berpikir ucapan Permata bahwa mie ayam sama es teh itu enak. Ica aja nggak suka makan mie ayam. Lebih baik nggak makan daripada makan mie ayam itu prinsipnya.
"Kalian tuh jangan ngeremehin mie ayam ya. Ini tuh makanan kesukaan gue. Apalagi es teh, gue juga suka. Pokoknya mulai sekarang, mie ayam sama es teh adalah cinta pertama gue." Tukas Permata sambil meracik bumbu di mie ayam lalu mengambil sendok dan sumpit.
Permata melahapnya dengan mata berbinar sesekali menyeruput es teh. Tanpa menghiraukan teman-temannya yang masih geleng-geleng kepala sambil memakan makanan pesanan mereka. Namun, ketika ia hendak memasukkan mie ke dalam mulutnya. Tiba-tiba saja tangan kanannya disentak oleh seseorang. Hal itu membuat si sumpit jatuh ke meja dan sudah tidak layak untuk digunakan sebagai alat makan. Permata segera saja menghadap si penganggu.
"BERLIAAAAAAAN." Teriakan itu menjadi ciri khas adanya perdebatan Tom and Jerry.
Semua siswa yang mendengar teriakan itu seketika diam lalu memakan pesanan mereka sambil melihat adegan yang akan terjadi.
Berlian yang sangat akrab dengan teriakan cempreng suara musuhnya ini otomatis menutup telinga. Rasanya suara Permata itu seperti speaker hajatan yang rusak. Ia menutup telinga sambil tersenyum melihat Permata yang sedang emosi.
"Lo ngapain sih gangguin gue. Tuh lihat, sumpit gue jatuh. Lo mending pergi deh. Ngapain juga duduk di sini. Gue nggak mau deket-deket sama lo." Permata menggeser tubuhnya untuk menjauh dari Berlian tidak lupa membawa mie ayam dan es tehnya.
Berlian melihat pergerakan Permata yang menghindarinya. Kini ia duduk di tempat Permata semula sehingga secara otomatis Permata kini tersudut karena berada di antara tembok dan Berlian.
"Lo ngapain sih duduk di sini. Sono pergi ke tempat lo. Gue nggak mau lihat muka lo. Bikin emosi aja."
"Gue mau duduk di sini, gue suka duduk di sini." Berlian berucap sambil tak henti-hentinya tersenyum.
"Bodo amat." Permata memutuskan untuk pergi dari kursi itu tak lupa membawa cinta pertamanya menuju tempat duduk Selia dan Ica yang masih menyisahkan satu kursi. Meskipun dalam satu meja dengan Berlian, setidaknya ia tidak duduk bersisihan.
Tanpa diduga Permata, Berlian menggeser kursinya lalu mendekati Permata yang posisinya bisa dijangkau.
"Lo ngapain sih ngikutin gue mulu. Lo pergi sana deh. Tuh lihat kursi di meja loh masih ada, sana deh makan sama pacar-pacar lo." Permata menunjuk meja yang biasanya digunakan Berlian dan tak lupa menunjuk 2 pacar Berlian yang Permata tahu dari gosip yang dibawa Ica.
"Ogah. Gue lebih suka duduk disini sama lo."
"Cieee . . . Cieeee." Para siswa yang mendengar itu berpaduan suara dan tersenyum menggoda.
Semua siswa alumni SD Pelita Harapan baik adik tingkat maupun yang seangkatan Permata dan Berlian merupakan asal muasal adanya berita yang mengatakan bahwa Berlian dan Permata merupakan the legend of SD Pelita Harapan yang mendapat julukan Tom and Jerry. Berlian dan Permata lovers yang menjadi penonton setia dua musuh itu ketika waktu SD, ternyata kejadian di kantin SMA waktu itu menarik perhatian mereka dan diadakanlah forum untuk membahasnya. Dan, keputusan dari forum itu langsung tersebar secara cepat.
Bahkan kabar itu itu juga sudah tersebar di sepenjuru sekolah SMA Pelita Harapan. Sampai tukang kebun dan satpam juga sampai tahu. Berlian dan Permata lovers ini juga tidak hanya menceritakan kisah Tom and Jerry itu di SD saat bermusuhan, namun juga menambahkan hiperbola bahwa kedua musuh abadi SD itu sangatlah cocok dan perdebatannya romantis.
Padahal, romantis dari mananya coba, tekanan batin ada.
Bahkan, kabarnya para guru di SD Pelita Harapan juga sudah mengetahuinya. Kabar angin itu sangat cepat tersebar dari mulut ke mulut.
Dug
Permata memukul kepala Berlian seakan-akan tangannya adalah palu di meja hakim.
"Jangan ngomong asal. Sana lo pergi. Gue nggak mau ngelihat muka lo, pergi sana. Jangan gangguin gue Berlian, gue benci sama lo." Permata kesal ditambah kini ia sangat emosi karena sudah tidak nafsu memakan dan meminum cinta pertamanya ini. Permata memandang cinta pertamanya dan merasa sedih gara-gara cowok di sebelahnya.
"Gue nggak mau pergi Permata. Gue mau duduk di sini. Cepet gih dimakan."
"Udah nggak nafsu." Permata kesal tanpa memandang lawan bicaranya.
"Mau gue suapin?"
"Cieee . . . Cieeee." Paduan suara itu terdengar lagi.
"Ogah. Sana lo pergi. Bikin mood gue hancur aja."
"Gue suapin ya?"
"Baper gue," terdengar suara saling sahut menyahut.
"Lo mau suapin gue. Tapi suapinnya makai sumpit." Permata tersenyum karena tahu musuhnya ini tidak bisa menggunakan sumpit.
"Permata akhirnya mau," terdengar suara saup-saup.
"Pakai garpu aja gimana?" Tuh kan bener, musuhnya ini tidak bisa makai sumpit.
"Gue pengennya pakai sumpit."
"Apasih bedanya, sama aja Permata."
"Beda Berlian, gue seneng makai sumpit." Permata kini menjawab sambil tersenyum tanpa henti, sedangkan wajah Berlian sudah tertekuk. Berlian sadar bahwa Permata sedang mengejeknya.
"Udah deh lebih baik lo pergi dari hadapan gue. Gue tau kalau lo nggak bisa pakai sumpit." Tukas Permata memutuskan sambil menggerakkan tangannya menghempas angin untuk mengusir Berlian pergi.
"Iya-iya gue pergi. Puas?" Berlian beranjak pergi. Ia sudah tidak mood berbicara dengan Permata. Salah satu kelemahannya sudah dibongkar Permata. Merendahkan pasarannya sebagai the most wanted. Padahal sultan loh tapi nggak bisa pakai sumpit. Orkay jadi-jadian kayaknya nih.
"Puas banget." Permata tersenyum menang.
Permata dilawan. Reinkarnasi Kartini dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Permata
Teen Fiction"Jangan terlalu benci nanti cinta" "Nggak akan" Musuh abadi sejak zaman SD, dipertemukan kembali di SMA. Sudah 2 tahun penyamaran Permata tidak terdeteksi Berlian. Namun tinggal satu tahun sebelum lulus, penyamarannya terbongkar. Sebab jus strawber...