Di salah satu meja sudut cafe yang terkenal oleh kalangan anak muda zaman now menampilkan beberapa cowok yang sedang berbincang dengan sesekali meminum dan memakan pesanannya.
"Lo tadi inget nggak sih sama anak baru yang tiba-tiba pingsan?" tanya cowok kepada teman-temannnya dengan pembahasan topik baru.
"Inget. Aneh tuh orang. Masa duduk aja bisa pingsan. Gimana kalau berdiri, mati kali," jawab temannya yang mencoba mengingat kejadian tadi pagi.
"Tuh anak baru kayaknya cewek. Kayaknya sih cantik," ucap teman lainnya memberikan tanggapan.
Dimana-dimana cewek juga cantik. Masa ya ganteng.
Buat cowok kalau yang namanya cantik berarti mendefinisikan wajah. Bukan karena jenis kelamin. Hal itu berlaku pada cowok secara umum, kalau hati ya nilai plus aja. Ingat, secara umum ya. Kalau ada yang tidak sama persepsi, berarti tak apa.
"Emang lo lihat mukanya?" tanya cowok yang memulai obrolan.
"Hehe, nggak sih. Cuma kata orang-orang di sekitarnya. Tadi gue juga nggak sengaja lihat rambutnya. Kalau dilihat dari rambutnya sih cantik," jawab si cowok yang mengatakan bahwa murid yang pingsan berwajah cantik.
"Gue kemarin lihat orang yang rambutnya juga bagus. Terus gue tepuk pundaknya. Setelah gue lihat wajahnya, ternyata tuh orang bencong," jelas si cowok yang menganggap Permata aneh karena bisa pingsan padahal duduk.
"Itu mah salah lo, ngapain tegur cewek di lampu merah," Berlian geleng-geleng kepala sambil menanggapi celetukan temannya.
"Gue kan cuma penasaran aja. Kapok gue, nggak mau lagi lewat lampu merah itu. Apalagi ngelihat cewek jadi-jadian. Jijik gue."
Ketiga temannya hanya bisa tertawa termasuk Berlian. Namun, tiba-tiba saja Berlian terpikirkan apa yang ia rasakan pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah. Ya, suara jantungnya yang tiba-tiba saja berdegub kencang dan terdengar cukup keras setelah bangun tidur. Ia baru pertama kalinya merasakan hal ini.
Padahal Berlian hanya tidur saja, lalu kenapa suara jantungnya seperti itu?
Apa ini wajar?
Apa Berlian punya penyakit jantung?
Apa ia harus bertanya pada teman-temannya?
Tapi, apa teman-teman absurdnya ini akan bisa menjawab?
Namun, setelah ia memikirkan hal ini. Satu kalimat terlintas di kepalanya.
Apakah gue akan bertemu dengan orang yang penting dalam hidup gue?
Sebuah pemikiran yang aneh, namun Berlian tidak menampiknya. Kalaupun itu benar, semoga orang itu juga merasakan hal yang sama.
Lain halnya di kamar dengan dominasi cat warna biru muda yang beberapa bagian berwarna putih. Di kamar itu, seorang gadis berbaring kemudian duduk, lalu berbaring lagi, dan duduk lagi. Entah berapa kali ia secara bergantian melakukan kedua posisi tersebut.
Sebenarnya ia bukan sedang olahraga namun sedang berpikir bagaimana ke sekolah besok. Apa dengan penampilan seperti biasanya? Tentu saja penampilan itu akan membuka peluang besar dikenalinya Permata oleh Berlian.
Permata tidak mau lagi berurusan dengan Berlian. Titik. Karena Permata takut emosinya akan kembali lagi seperti di SD dan tentu saja hal itu akan berdampak buruk pada Permata.
Bagaimana kalau Berlian sampai rumah sakit karena pukulan dan tendangan Permata?
Bagaimana kalau Permata di penjara karena mencelakai Berlian?
Kedua pertanyaan itu terngiang terus di kepala Permata.
Bahkan kemarin saja saat melihat wajah cowok itu dan memastikan itu adalan musuhnya, terlebih saat cowok itu menyebutkan namanya di depan semua siswa baru. Permata merasakan bibirnya gatal dan ingin memuntahkan semua kalimat-kalimat benci ke wajah cowok itu. Lebih parahnya pada saat itu tangan dan kakinya bereaksi sendiri yang bermaksud ingin segera memukul, menendang, dan menginjak tubuh Berlian. Sungguh saat itu, Permata menahan emosi dan amarahnya.
Tapi, kenapa Permata bertingkah seperti itu?
Apa alasannya?
Sungguh Permata juga tidak tahu dengan pasti. Namun, Permata yakini itu pasti karena dendam yang belum terbalaskan waktu SD.
Permata itu benci Berlian. Apalagi saat Berlian membuat menangis teman-temannya ketika waktu SD baik teman cewek atau cowok dengan membullynya. Kemudian, saat Berlian dengan sombongnya mengatakan bahwa ia anak pemilik sekolah dan bertingkah seenaknya sendiri. Selanjutnya, ketika Berlian tidak memiliki peri kemanusiaan dengan berkelahi ke siapa saja yang menurutnya mengganggu, sampai lawannya memiliki banyak luka. Dan, Permata juga benci Berlian karena selalu mengganggunya dan menjailinya. Bahkan ketika di SD, tidak ada satu haripun Berlian tanpa membuatnya marah.
Permata sangat memegang prinsip emansipasi wanita. Kartini. Itu adalah salah satu tokoh favoritnya. Jadi tidak heran, Permata sangat menentang bahwa perempuan lebih lemah dibandingkan laki-laki.
Hal ini juga dibuktikan dimana Permata waktu SD berani menentang murid laki-laki dan menjadi satu-satunya cewek yang berani kepada Berlian. Mungkin hal ini juga didukung fisik Permata yang jauh lebih berisi dibandingkan teman-teman lainnya. Lebih tepatnya paling tinggi dan gemuk.
Tapi, kenapa Berlian tidak pernah bermain fisik ke Permata? Misalnya dengan memukul atau menendang. Padahal Permata sering bermain fisik dengannya.
Kenapa saat Permata beradu fisik dengan Berlian misal memukul lengannya, Berlian justru memegang tangan Permata lama tanpa mau melepaskannya, bahkan Permata perlu memohon lama pada Berlian untuk melepaskannya. Kenapa Berlian tidak membalas dengan pukulan saja? Biar cepat selesai masalahnya gitu.
Kenapa saat Permata menjambak rambut Berlian, justru Berlian memegang tangan Permata dengan erat lalu menuntunnya perlahan mengusap rambut Berlian secara perlahan seakan-akan sedang di salon?
Kenapa Berlian cukup sering mengacak rambut Permata? Kalau di novel yang Permata baca sih, biasanya dilakukan ke orang yang disayang. BerartiBerlian sayang Permata. Tentu tidak, kalau sayang kenapa buat Permata kesal coba.
Kenapa Berlian tidak pernah membuat ia menangis dengan mengejeknya? Padahal waktu dulu banyak teman laki-lakinya yang mengejek Permata.
Kenapa waktu itu Berlian diam saja tidak mengejek Permata? Apa ia takut dengan Permata, padahal dengan cewek lainnya Berlian berani mengejek bahkan berkata kasar.
Kenapa Berlian tidak pernah mengejeknya secara berlebihan? Kalaupun pernah itu adalah dengan membuat berita bohong dimana Permata berpacaran dengan Dino.
Kenapa Berlian tidak pernah berkata kasar padanya? Padahal pada cewek lainnya Berlian berani mengucap kata kasar yang membuat orang menangis sampai ingin pindah sekolah.
Pertanyaan aneh itu belum terjawab. Tapi satu yang pasti. Permata benci Berlian. Dan itu pasti.
Jadi, Permata harus mengubah penampilannya agar dampak buruk akan kebenciannya dengan Berlian berupa rumah sakit dan penjara tidak dapat terealisasikan. Lalu bagaimana caranya?
Permata segera bangun dari tempat tidur menuju kaca yang menampilkan wajahnya. Ia melihat ke sekeliling ruangan barangkali menemukan ide. Dan, terlintaslah ide ketika tanpa sengaja melihat tempat kacamata di tas sekolah.
Permata segera mengeluarkan kacamata minus nya dari tas sekolah. Selama ini, Permata hanya menggunakan kacamatanya saat pelajaran saja. Namun, sepertinya kini akan digunakan selama di sekolah.
Kemudian ia mengambil jepit rambut berwarna hitam untuk menjempit poni depannya. Poni nya itu ia arahkan ke rambut. Sehingga kini, wajahnya terlihat jelas dengan kacamata.
Lalu, ia mengambil kucir rambut dan mengucir kuda rambutnya.
Perfect. Satu kata yang dapat membuat Permata berbeda dari biasanya. Karena tidak biasanya poninya ini tidak berada di wajahnya. Terlebih dengan kacamata yang bertengger di matanya.
Berbeda, ya berbeda dari penampilan biasanya. Semoga saja penyamarannya akan berhasil sampai ia lulus. Ya semoga saja berjalan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Permata
Fiksi Remaja"Jangan terlalu benci nanti cinta" "Nggak akan" Musuh abadi sejak zaman SD, dipertemukan kembali di SMA. Sudah 2 tahun penyamaran Permata tidak terdeteksi Berlian. Namun tinggal satu tahun sebelum lulus, penyamarannya terbongkar. Sebab jus strawber...