Tikus

374 19 0
                                    

Setelah dari toilet di istirahat kedua Permata dikejutkan dengan kotak cantik yang berada di bangkunya.

"Punya siapa ini?" Permata bermonolog namun memandang teman-temannya yang kini juga memandangnya.

"Tadi di kasih adik kelas, katanya buat lo Permata," cewek di bangku depan menjawab.

Permata curiga. Rahasinya sudah terbongkar dan kini kotak cantik ada di depannya. Sudah pasti ini masih rencana musuhnya.

Permata membuka kotak itu secara pelan-pelan dengan posisi tubuhnya yang cukup jauh dari kotak. Teman-temannya hanya memandang Permata dan terheran-heran akan tingkah Permata yang aneh. Kotaknya aja cantik, pasti isinya juga cantik. Kenapa Permata harus bersikap seakan-akan kotak itu adalah bom.

Dan setelah kotak itu terbuka. Secara otomatis isi kotak yang berupa tikus langsung meloncat keluar dan bepergian tanpa tentu arah untuk bersembunyi. Kini semua orang di dalam kelas berteriak-teriak, semua berdiri di atas kursi. Termasuk Permata yang berdiri di atas kursi guru karena mejanya tadi adalah asal-usul si tikus.

Teriakan-teriakan yang keras itu banyak mengundang atensi kelas-kelas di kanan kirinya dan kini dari arah pintu dan jendela banyak siswa-siswi yang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi di kelas itu. Si tikus akhirnya bersembunyi di tumpukan alat kebersihan di sudut. Tikus itu juga ketakutan akan suara-suara berisik yang terdengar. Tikus dan semua penghuni kelas sama-sama takutnya.

Setelah beberapa lama suara teriakan-teriakan itu hampir hilang, netra Permata menyorot arah pintu dan langsung saja di barisan paling depan terdapat seonggok darah yang berwujud manusia tersenyum ke arahnya.

"BERLIAAAAAAAN." Permata turun dari kursi dan mendatangi Berlian.

"Lo pasti kan yang beri gue tikus itu. Ambil nggak tikusnya dari kelas ini. Permata berucap penuh emosi ke orang di depannya."

"Kok lo nuduh gue sih. Gue aja baru datang loh. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan." Berlian menjawab tuduhan Permata dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.

"Jangan bohongin gue deh. Pasti ini ulah loh. Gue udah 100% yakin."

"Coba apa buktinya?"

"Tuh buktinya. Lo dari tadi senyum-senyum mulu. Lo pasti yang ngerencanain ini kan. Udah jangan mengelak, gue udah tau ini pasti ulah lo. Meskipun lo nggak ngaku, gue tetep yakin ini perbuatan lo."

"Kok lo nuduh sih. Orang bukan gue. Bisa aja orang lain. Ngapain juga gue kirim tuh tikus ke kelas ini, kayak nggak ada kerjaan aja."

"BERLIAAAAAAAN." Permata berteriak dan langsung menginjak kaki Berlian dengan kekuatan penuh.

"Awww, sakit." Berlian mengubah rautnya menjadi kesakitan dan meregangkan kakinya.

"Mampus, cepet ambil tikusnya dari kelas ini."

"Ogah, bukan urusan gue." Berlian beranjak ingin pergi.

Permata yang melihat itu, segera saja menarik seragam belakang Berlian.

"Lo nggak boleh pergi. Lo harus ambil tikusnya." Permata berusaha menyeret Berlian masuk ke dalam kelas.

"Gue nggak mau Permata. Gue nggak ada urusan sama si tikus." Berlian menahan kakinya agar tidak beranjak pergi atau masuk ke dalam kelas Permata.

"Gue nggak mau tau. Lo harus ambil tuh tikus. Lo harus bertanggungjawab. Ini salah lo dan lo harus bertanggungjawab."

"Nggak, bukan gue yang ngasih lo tikus. Tikusnya suka kali ke elo."

"Berlian ambil nggak tikusnya. Cuma ambil tikus doang. Cepet keburu masuk jam pelajaran."

"Nggak, gue nggak mau."

"Lo takut sama tikus?"

Keduanya kini berdiri berhadapan dan masih bergencatan senjata.

"Siapa bilang gue takut. Gue berani kok."

"Gue nggak percaya. Kalau lo berani ambil tuh tikus. Usir dari kelas ini."

"Ogah, bukan urusan gue."

"Bilang aja takut. Berlian takut tikus. Berlian takut tikus." Permata mengejek Berlian.

"Gue tuh nggak takut tikus ya. Permata di kaki lo ada tikus." Berlian menunjuk kaki Permata.

Permata yang mendengar itu langsung berteriak melepaskan seragam Berlian dan loncat-loncat di tempat. Setelah sadar bahwa dia dibohongi dan melihat Berlian yang berlari pelan menuju kelasnya. Ia berteriak keras.

"BERLIAAAAAAAN, GUE BENCI SAMA LO."

Berlian hanya tertawa mendengarnya dan berbalik untuk melihat ekspresi Permata yang marah padanya. Suara itu menjadi penutup hari ini dan adegan perdana Tom and Jerry yang akan berjalan di esok-esok hari.

Kepergian Berlian bersamaam dengan datangnya Bu Siti ke kelas Permata. Setelah Bu Siti mengetahui alasan anak-anaknya berdiri di atas bangku. Bu Siti memutuskan memanggil tukang kebun untuk mengusir tikus.

Berlian Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang