Kini Permata berbaris dengan rapi sebelum melaksanakan ektrakurikuler voli. Tentunya mendengar arahan terlebih dahulu dari guru pengampu ekskul. Voli merupakan olahraga favoritnya dan Permata paling jago di olahraga ini dari sekian olahraga yang pernah ia mainkan.
"Selain anak kelas 10, kalian juga dapat teman baru. Berlian sekarang juga ikut ekskul voli." Guru di depan itu matanya menyorot si objek nama.
Permata yang mendengar itu terkejut dan secara otomatis mencari keberadaan si objek nama. Benar saja, objek itu justru tersenyum menebarkan pesonanya ke segala penjuru sisi.
Seperti biasa. Siswi perempuan bermain voli di lapangan sebelah kanan, sedangkan siswa laki-laki di lapangan sebelah kiri.
"Izin berpendapat Pak." Suara keras itu mengundang atensi semua mata.
"Iya, ada apa Berlian?"
Radar kewaspadaan Permata kini on. Permata mencium bau-bau kejailan. Sungguh sudah dipastikan keakuratan radar ini.
"Bagaimana kalau dibuat campurann saja Pak, antara pemain cewek dan cowok. Supaya lebih seru dan kemampuan siswi cewek lebih meningkat." Pemain cewek memang kemampuannya di bawah siswa cowok ya, secara kekuatan memang jelas beda.
"Boleh juga."
Banyak pikiran terlintas di kepala cantik Permata. Sungguh ini pasti skenario yang dibuat Berlian.
Guru olahraga itu menunjuk empat anak cowok yang memiliki kemampuan paling menonjol dibanding yang lainnya. Tentu saja, Berlian ditunjuk secara dia itu jago olahraga, terlebih pengampu ekskul adalah Pak Jamal yang juga pengampu guru olahraganya. Sehingga, Pak Jamal tahu akan kemahiran permainan Berlian.
Keempat ketua itu pun menunjuk satu persatu anggotanya. Dimulai dari siswa cowok kemudian ke siswi perempuan. Dan pada pemilihan pertama siswi cewek, benar saja tanpa ada keraguan dalam suara itu, ucapan itu dengan tegas menandakan kepemilikannya.
"Permata."
Permata ingin pulang saja.
Permata ingin kabur saja.
Permata ingin memiliki pintu kemana saja.
Permata ingin menghilang.
"Kayaknya gue nggak ikut deh. Perut gue sakit." Alasan Permata sambil memegang perutnya. Satu tim dengan Berlian. Tidak akan. Bau-bau kejailan sungguh semakin tercium saat ini. Daripada menderita nantinya, lebih baik mencegahnya.
"Kamu sakit Permata?" Pak Jamal khawatir akan kondisi siswinya.
"Iya Pak. Perut saya sakit. Saya izin tidak ikut bermain ya Pak. Saya menonton saja." Permata belum bisa pulang. Mbak Neta memang belum menjemput Permata. Daripada berdiam diri di kelas, toh lebih baik lihat voli.
"Ya sudah . . ." Belum selesai Pak Jamal bicara, sosok menyebalkan itu bersuara.
"Dia bohong Pak. Masa tiba-tiba dia sakit perut. Bapak mau aja dikibulin sama Permata."
"Nggak Pak. Saya nggak bohong. Perut saya benar-benar sakit." Permata tak mau kalah berdebat.
"Kalau lo bener-bener sakit, ayo gue gendong ke UKS." Ucapan Berlian yang mengagetkan semua orang termasuk Permata dan Berlian kini berjalan ke arah Permata.
"Lo mau ngapain?" Permata melangkah mundur dan menatap orang yang semakin mendekatinya.
Dan ketika Berlian sampai di depan muka Permata.
"Pak, perut saya nggak sakit lagi. Saya ikut voli saja." Permata mencari keberadaan Pak Jamal yang berada di depan, mengalihkan pandangannya dari orang menyebalkan di depannya yang kini tersenyum menang.
"Ya sudah, kamu ikut tim nya Berlian."
Satu tim sama Berlian. Sungguh Permata tidak mau. Lagi dan lagi. Nggak di SD, nggak di SMA, Permata pasti satu tim sama Berlian. Apa sih niat Berlian? Ingin membentak Permata kalau buat tim kalah? Ingin buat Permata jatuh sampai lecet-lecet? Atau mau ganggu Permata? Atau justru semua dugaan Permata benar?
Sejak SD, baik itu permainan atau olahraga, kemungkinan besar Berlian pasti akan satu tim dengan Permata. Entah dengan Berlian yang memilihnya atau takdir yang mempertemukannya.
Jangan bilang takdir. Permata tidak akan suka memiliki takdir dengan Berlian.
Bahkan saat kelompok pelajaran saja, Berlian berusaha satu kelompok dengan Permata. Berlian pernah menolak di kelompok lain dan memaksa wali kelas untuk menempatkannya di satu kelompok dengan Permata. Kejadian itu, membuat guru wali kelas tersebut tidak menyukai Berlian dan tentu saja anggapan anak-anak kelas bahwa Berlian menyukai Permata semakin menjadi-jadi.
Gosip Berlian menyukai Permata itu tersebar di SD Pelita Harapan. Bagaimana tidak menjadi gossip? Jika setiap bertemu mereka ribut, namun secara tidak disadari justru membuat mereka terlihat dekat.
Permata dengan keras menolak gosip tersebut. Sedangkan Berlian, tak ada klarifikasi dari mulutnya. Ingin Permata menjambak mulut Berlian, apa susahnya bilang kalau Berlian nggak suka Permata.
Dengan pasrah Permata kini berada di satu tim dengan Berlian. Dan seperti dugaan Permata, Berlian pasti berada di belakangnya.
"Lo jangan di belakang gue deh Berlian." Sebelum permainan dimulai, Permata memulai negoisasi dengan Berlian. Kalau Berlian di belakang Permata, tentu saja hal ini mengkhawatirkan Permata. Berlian itu suka banget mainin rambut kucir kuda Permata.
"Gue mau di sini." Wajah tanpa dosa Berlian tercetak jelas.
"Terserah lo." Permata menyerah dan menatap Iren.
"Iren gantian posisi dong, lo di sini." Iren yang mendengar permintaan Permata, segera saja ingin berganti posisi. Namun tiba-tiba saja sebuah suara menghentikannya.
"Ren, kalau lo ganti posisi. Gue bakal smash muka lo. Lo mau kena smash an gue. Berlaku juga buat semua. Jangan ada yang ganti posisi." Berlian memandang semua teman satu timnya, sedangkan Iren yang beranjak ingin pindah tadi bergidik ngeri.
Permata yang mendengar instruksi si ketua abal-abal itu hanya menghela nafas.
Dasar setan kredit. Batin Permata
Pintu kemana saja doraemon, tolong Permata saat ini. Permata ingin menghilang saja.
"Jangan pernah mikir lo bisa jauh dari gue, Permata." Berlian berucap dengan lirih di dekat Permata sebelum permainan di mulai.
Permata yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dengan kasar.
Kapan penderitaan Permata berakhir Tuhan?
Berilah balasan pada setan kredit ini Tuhan.
Permohonan Permata dengan tulus.
Setan kredit adalah julukan buat Berlian. Entah dari mana asalnya, tapi julukan itu memang disematkan Permata ke musuhnya sejak SD.
Mungkin karena muka Berlian itu seperti setan yang menagih kredit ke Permata. Padahal Permata kan nggak penah beli panci di Berlian.
Maka dari itu, Permata harus selalu waspada sekaligus sebel sama Berlian.
Ibu, Ibu punya kredit panci ya sama Berlian? Kenapa anakmu ini terus dikejar setan kredit. Batin Permata
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Permata
Teen Fiction"Jangan terlalu benci nanti cinta" "Nggak akan" Musuh abadi sejak zaman SD, dipertemukan kembali di SMA. Sudah 2 tahun penyamaran Permata tidak terdeteksi Berlian. Namun tinggal satu tahun sebelum lulus, penyamarannya terbongkar. Sebab jus strawber...