Ditembak

353 17 0
                                    

Tanda-tanda itu ada. Namun, kamu berusaha menampiknya.

"Permata cepet dong nulisnya. Keburu gurunya pulang."

"Bentar Ca, bentar lagi selesai. Tinggal satu kalimat."

20 detik kemudian.

"Nih, udah selesai. Cepet gih dikasih ke ibu guru."

"Temenin, gue nggak berani sendiri." Ica tersenyum.

"Hmmmmm. Ayo cepet."

"Ada apa kok rame-rame gitu?"

"Gue nggak tahu." Permata menjawab jujur.

Sesampainya mereka berdua di kerumunan.

"Dinda, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Huaaaaaa

So sweet

Gue juga mau

"Gimana Din?"

"Lo yakin nembak gue Berlian? Nggak salah nembak? Gue kan udah punya pa . . ."

"Gue nggak salah nembak. Gue suka sama cewek yang ada di depan gue."

Huaaaaa

"Lo suka sama gue?"

"Iya, gue suka sama lo."

"Gue terima."

Tiga teman dekat di belakang Berlian tertawa.

"Wih ada yang menang taruhan nih." Ucap Reynand sambil geleng-geleng kepala.

"Gue kan udah bilang. Gue pasti yang menang." Berlian tersenyum ke arah teman-temannya.

"Maksud kalian apa?"

"Maaf Din. Sebenarnya gue nembak lo karena taruhan sama teman-teman gue."

Seketika bunga yang ada di tangan Dinda dilempar ke wajah Berlian.

"Lo jahat Berlian."

"Lebih jahat cewek yang nerima cowok padahal dia udah punya pacar."

"Kasihan." Ucap Permata lirih melihat drama di depannya.

"Iya emang kasihan si Dinda." Ica membenarkan ucapan Permata.

"Bunganya kasihan Ca. Itu mawar putih, bunganya cantik."

Dinda segera pergi dari kerumunan karena malu, terlebih sudah dipastikan dia akan diputuskan pacarnya.

Selama drama tadi, sudah dipastikan ada yang menyiarkan live di instagram. Sudah dipastikan pacarnya anak sekolah sebelah sudah mengetahuinya.

Berlian yang hendak pergi tanpa sengaja ekor matanya melihat ke arah Permata berdiri.

"Permata." Teriak Berlian membuat kerumunan mengarahkan pandangan ke arah Permata.

"Ca, gue harus pergi. Setan kredit manggil nama gue."

Belum sampai di kelas. Tepat di depan pintu kelas, Berlian dapat menarik kucir rambut Permata.

"Berlian, balikin."

"Ogah."

"Bodo amat Berlian. Gue mau pulang".

Berlian segera berlari mengambil tas Permata.

"Berlian, lo mau ngapain sih. Please, balikin tas gue. Gue mau pulang."

"Nggak mau."

Permata yang kesal, duduk di bangkunya.

"Terserah lo mau ngapain, yang penting 5 menit lagi lo harus balikin kucir sama tas gue."

"Kalau gue buang kucirnya gimana?"

"Terserah lo. Lo emang jahat Berlian."

"Permata. Kalau gue jahat, gue akan balas orang yang suka mukulin gue termasuk lo."

Permata menarik tangannya di atas meja ke bawah meja.

"Kalau gue jahat. Gue akan balas orang yang nggak manggil nama gue yang asli." Berlian menatap Permata dengan tajam.

Permata menengok ke samping untuk menghindari mata Berlian.

"Tapi, semua itu gue buat pengecualian buat lo."
Berlian berdiri dari bangku, meletakkan tas Permata di meja dan kucir rambutnya di atas kepala Permata yang sebelumnya mengelus pelan puncak rambut Permata.

"Dasar orang aneh." Ucap Permata ketika Berlian sudah keluar kelas.

#####
06/10/2021

Berlian Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang