Senin

500 18 8
                                    

"Apakah aku mencintaimu? (barangkali iya)
Ya kamu benar, aku kalah dalam lakon drama yang kita buat dengan menyadari perasaan ini lebih awal"

####

Sekolah diawali hari Senin sebagai pembukanya. Permata yang sudah mengenakan topi upacara berdiri dengan khidmat. Materi dari pembina upacara yang semula dapat dipahami Permata tiba-tiba terjeda akibat gangguan beberapa helai rambutnya yang ditarik dari belakang.

Ketika ia menengok ke belakang. Berdirilah sosok jagal yang menyunggingkan senyum lebar yang menurut si pemilik adalah senyuman terbaik miliknya.

"Kok lo di sini sih, lo mau dihukum lagi?" Lirih Permata.

"Sekarang kita satu kelas."

Permata menganggap jawaban Berlian hanyalah hembusan angin. Tanpa sengaja ekor matanya melihat kedua temannya yang berteduh di bayangan Berlian yang cukup lebar.

"Lo baik banget ya Berlian. Nggak mau berbuat baik juga ke gue?"

"Maksudnya?" Raut bingung tercetak jelas di wajah Berlian.

"Lihat ke belakang."

Berlian menengok ke belakang mendapati dua sosok cewek yang mengambil kesempatan berteduh di balik bayangannya. Keduanya yang menyadari si empu pemilik bayangan melihat mereka hanya bisa mengucapkan maaf dan kembali berdiri tegak di tempat semula.

Permata yang sudah melihat ke pembina upacara lagi harus terganggu kembali dengan tarikan tangan Berlian di rambutnya.

"Apalagi?" Lirih Permata yang menampilkan muka jutek.

"Mau?"

Berlian menawarkan satu permen bungkus biru dari tangannya ke Permata.

Permata yang sedang dilanda bosan saat upacara tergiur untuk mengambil permen tersebut. Tangan Permata yang hampir bergerak ingin mengambil permen harus diurungkan ketika sebuah suara terdengar.

"Gue juga mau dong Berlian." Ucap Riris yang berdiri di samping Berlian dan sedari tadi menjadi CCTV hidup yang melihat drama di hadapannya.

"Kasih aja ke Riris, gue nggak mau." Ucap Permata akhirnya yang merasa tidak enak jika menolak keinginan Riris.

"Makasih Permata." Riris segera mengambil permen dari tangan Berlian dan memakannya.

Padahal demi satu permen untuk Permata, Berlian rela mengendap berganti posisi dari barisan belakang ke depan. Sebagaimana biasanya barisan cowok belakang saling berbagi permen yang diselundupkan di balik seragam.

Selain itu, mereka juga sangat pelit jika para siswi meminta dengan alasan para siswi tidak berkontribusi menyelundupkannya. Butuh perjuangan keras menyelundupkannya karena petugas OSIS sangat ketat menjaga barisan belakang.

Berlian yang merasa sedikit kecewa atas penolakan Permata mendekatinya dengan Permata yang sudah melihat ke pembina upacara. Ia berbisik.

"Padahal tadi permennya khusus buat lo."

Permata yang mendengarnya kemudian berbalik ke belakang.

"Besok bawa yang lebih banyak."

Berlian tersenyum memandang Permata lalu melangkah ke posisi ketua kelas. Sang ketua kelas pun mundur ketika Berlian mengusirnya.

Permata yang melihat Berlian menempati posisi ketua kelas kini sangat bingung.

Kok bisa?

Nih orang otaknya apa sedikit geser?

Mana di depan lagi. Tuh kan semua orang lihat dia.

Aneh

Batin Permata yang menggunjing Berlian terus sedangkan yang digunjing semua siswa justru melihat ke pembina upacara dengan tenang.

Tapi ada untungnya Berlian di posisi ini karena Permata jadi bisa berteduh di bayangannya yang mampu menghalau sinar matahari.

Jangan lupakan parfum yang digunakan Berlian. Tercium semerbak setiap kali berada di dekatnya. Jadi, tidak heran banyak cewek yang selalu mendekatinya dan nyaman berada di sisinya karena selain kata-katanya yang manis, ia juga sangat harum setiap saat.

Bahkan saat upacara dengan posisinya saat ini mampu menggaet para siswi untuk mendekat ke arahnya demi menghirup bau parfumnya.

Parfum mahal. Batin Permata setiap kali berada sangat dekat dengan Berlian. Parfum ini juga yang tidak Permata sadari sebagai bau familiar yang dihirupnya dan membuatnya dapat mendeteksi siapa saja yang menggunakan parfum jenis ini bahkan ketika bertemu dengan orang asing.

Gunjingan Berlian berdiri tidak sesuai kelasnya yang semula kecil akhirnya menjadi cukup riuh sampai membuat guru pembina OSIS mendatangi biang masalah.

"Berlian kelasmu bukan di sini. Kembali ke kelasmu!" Ucap Pak guru dengan mencolek Berlian sebelumnya.

"Bapak yakin?"

Semua siswa yang mendengar itu terkejut tanpa kecuali Permata.

Berlian terlalu berani. Pikir semua orang.

"Kamu meragukan ingatan Bapak? Sebaiknya kamu kembali ke kelasmu!"

"Coba Bapak buka grup guru."

Guru pembina OSIS itu pun sedikit berpikir sebelum membuka HP di saku celananya. Karena menyadari sedang berurusan dengan Berlian yang statusnya bukan murid biasa, ia membuka HP nya. Sebuah pengumuman di grup yang dikirim bertepatan saat upacara dimulai muncul di layarnya lalu ia baca sampai selesai.

"Jadi, kamu sekarang kelas IPA 3 ya. Jika begitu, tetaplah berdiri dengan khidmat di sini." Ucap guru tersebut yang sebelum pergi menepuk pundak Berlian dua kali.

Semua orang yang mendengarnya syok dan mulailah berita tersebut menyebar ke semua barisan upacara termasuk para guru yang beberapa orang membuka HP untuk memastikannya.

"Gimana Permata?" Tanya Berlian yang menengok ke belakang tempat Permata berdiri dengan senyuman bangga.

"Lo gila." Dua kata yang terlontar dari mulut Permata yang tidak percaya akan tindakan Berlian.

"Lo bener - bener gila." Ucap Permata kembali dengan penekanan pada setiap kata sambil menggeleng-gelengkan kepala karena sangat bingung dengan apa yang ada dalam pikiran Berlian.

Berlian yang mendengarnya hanya tersenyum manis dan beberapa giginya terlihat mengintip sebagai tanda kebahagian yang kini ia rasakan.

Ayah nepatin janji. Batin Berlian yang merasa senang karena permintaannya dikabulkan ayahnya sebagaimana kesepakatan yang telah disepakati antara keduanya.

####

5 April 2023

Apa yang kalian rasakan ketika membaca BAB ini?
(ditunggu komentarnya😊)

Berlian Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang