arindra kos
arindra seperti biasa berjalan menuju stasiun MRT, dan melanjutkan perjalanan ke kantor, rutinitas yang jarang sekali berbeda, selalu sama setiap harinya, weekend kemarin ara hanya berdiam dirumah dan membersihkan kosan, hanya itu, tidak ada keluar mengunjungi saudara ataupun menemui teman, yang pertama ara tak punya saudara dan untuk teman, ara memang hanya memiliki sedikit sekali teman.
hari ini kegiatan ara menemui mbak nadia kembali, dan kemungkinan ini final metting untuk buku kali ini. "mbak nadia, jam 1 nanti ya?" ara menelfon dan langsung menanyakan apakah nadia bisa hari ini " iya ra, ditempat yang kemarin lagi aja ya, kan deket dari kantor kamu," nadia menjawab cepat.
"baik mbak" singkat ara. ara kembali melanjutkan pekerjaan yang lain.
-restoran
"siang mbak" ara duduk didepan mbak nadia sambil tersenyum dan melanjutkan "udah lama mbak?"
"mbak udah dari jam 11 tadi disini, tadi mbak makan siang disini sama suami," nadia menjelaskan.
"sering ya mbak kesini?" ara kembali bertanya
"iya, kayanya restoran favorit keluarga deh disini" jawab nadia sambil tertawa,
ara hanya diam, dan mereka melanjutkan pekerjaan. setelah hanyut oleh pekerjaan mereka selesai jam 5 sore. dan kali ini nadia berhasil membujuk ara untuk mengatntar ara pulang.
"oh ya ra, kamu mau mesen makanan lagi ga, mbak laper lagi nih, tadi cuma minum coffe aja" . nadia bertanya sambil menatap ara yang membersihkan kertas-kertas yang ada dihadapanya.
"iya gapapa mbak, aku juga laper" ara menjawab sambil tersenyum.
setelah makanan yang dipesan datang, ara dan nadia makan dengan tenang.
"mbak, udah lama kenal sama yang punya restoran ini?" ara bertanya dengan nada pelan, sebenernya ia ragu untuk bertanya lebih lanjut tentang andre, sipemilik restoran ini, namun karna rasa ingin tahunya sudah luar biasa, ia memberanikan diri.
"ya, udah dari awal restoran ini, yang punya mbak kenal juga sama orang tuanya, jadi ya sejak pembukaan mbak udah tau restoran ini, emang kenapa ra? kamu kenal andre juga?" nadia menjawab kemudian bertanya kembali.
dan ara terdiam.
"hahaha, iya mbak, aku kenal dia juga jadi aku nanya kaya gitu" nadia menjawab dengan wajah gugup yang tak bisa ia sembunyikan.
"kok gugup ra, kamu mantan andre?" nadia langsung bertanya seperti itu.
ara tertawa keras dan kemudian menjelaskan "ga kok mbak, hanya kenal aja, waktu itu ada yang ngenalin ke dia, dan kenalnya juga kayanya waktu pembukaan restoran ini deh, 4 tahun yang lalu mungkin"
"ohh yaa, berarti kamu masih kuliah?"
"ga mbak, udah lulus kuliah, baru lulus kuliah waktu itu, jadi pergi makan sama temen, jadi kesini" ara kembali melanjutkan, di dalam hati ia berfikir, mudah sekali untuk bercerita tentang masa itu, tapi kenapa ia masih tak bisa lepas dari seseorang dari hari tersebut, namun ia juga tak mau jika kembali.
"mbak juga hadir waktu pembukaan, mungkin takdir kita belum ketemu ya ra," nadia terkekeh dnegan ucapannya sendiiri.
"iya mbak" dan mereka melanjutkan makan
"ok let's go home" nadia berseru pelan dan mengambil tasnya. beberapa detik kemudia ada yang memangil nadia
"tante, are you here?"
nadia membalik badan dan tersenyum lebar, "oh hay alan"
ara terdiam, tubuhnya kaku mendengar nama itu dan suara yang memanggil mbak nadia barusan, dia hanya membeku tak bergerak. dia ingin lenyap, ini sudah sangat lama sekali, bagaimana ia akan menghadapi situasi ini, bagaimana cara menghindar, oh ya tuhan aku ingin menghilang.
"hay tante, lagi ngurusin buku baru?" alan bertanya santai sambil datang dan memeluk adik dari mamanya tersebut.
"iyaa, udah lama ga ketemu ya, kamu nambah tinggi deh"
"baru sebulan tan ga ketemu, gimana sabrina, she is oke?" alan bertanya lagi, sabrina anak nadia yang bulan kemarin mengalami sakit tipes.
"she is okay, udah kaya biasa" nadia menjawab cepat. kemudian teringat bahwa ia tidak sendirian hari ini, "tante lagi sama editor tante, nih kenalin namanya arindra" nadia menghadapkan tubuh ke nadia yang sejak tadi hanya memebelakangi mereka.
alan terdiam mendengar nama tersebut, sudah lama sekali tak bertemu mantan kekasihnya itu, dan malah bertemu saat ia bersama tante nadia, alan sudah mempersiapakan diri baik-baik jika suatu hari nanti mereka akan bertemu, ia tak menyangka kalau hari itu adalah sekarang.
nadia membalikan badan, dengan senyum kecil yang terbit di bibirnya, ia tak tau bagaimana menghadapi kondisi ini, yang terfikirkan hanya tenang dan jangan gugup. ia bingung apakah menyapa seperti pertama kali kenal atau mengatakan bahwa ia sudah kenal.
"nadia ini keponakan mbak, namanya alan, dia seorang arsitek" nadia menjelaskan, alan dan nadia hanya diam saling memandang.
alan terkekeh kemudian "arsitekkk, bangga sekali ya tan, keponakannya arsitek"
"iya dong" nadia juga tertawa mendengar yang alan ucapkan.
alan segera mengajukan tangan untuk bersalaman dengan ara, ara membalas.
"udah lama ya ga ketemu" alan menyapa. ia tak berfikir bahwa mereka akan seperti orang yang baru kenal, karna nyatanya mereka memang sudah lama mengenal.
ara tersenyum dan menjawab "iya, senang ketemu kamu lagi" ara hanya ingin mengatakan bahwa ia senang melihat alan baik-baik saja. dan mereka melepas jabatan tangan. alan senang mendengar suara yang ia rindukan, apakah ia rindu ara, kenapa bahagia sekali melihat perempuan ini kembali.
"kalian udah kenal, jadi alan yang ngenalin kamu ke andre ra?" nadia bertanya
"iya mbak" ara hanya menjawab singkat.
"wahh, sempit ya jakarta" nadia merasa bahwa ara sangat canggung atau gugup, ia tak bisa memastikan, tapi ia sedikit mengenal ara, gadis yang seperti anti sosial ini pasti sedang tak nyaman.
"ok alan, tante sama ara mau pulang dulu. bye. yu ra" nadia berbicara dengan cepat.
alan membalas kemudian "aranya boleh pulang sama aku aja ga tante?"
ara tidak bisa mneyembunyikan wajah kagetnya, dan alan dengan wajah datarnya bertanya, nadia juga terkejut kemudian berkata "tanya sama aranya aja"
ara terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
another time
Romancearindra bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbit, orang yang introvert dan hidup dengan zona nyamannya sendiri. alan seorang cowo yang bebas, tidak ada yang rumit dihidupnya, atau mungkin ada yang rumit,yaitu bekerja sebagai arsite...