beberapa hari kemudian, ara dan alan sudah sampai di indonesia, perjalanan yang sangat berarti bagi mereka dan juga membahagiakan.
pagi ini alan kembali berada di bandara, riuh-riuh suara panggilan pesawat dan beberapa pasangan yang sedang berpelukan, entah baru bertemu setelah sekian lama atau akan berpisah untuk beberapa lama.
alan melanjutkan perjalananya ke ruang tunggu bandara, dia sudah cek in, entah kenapa pagi ini semaangat sekali untuk pergi bekerja, hari ini alan akan ke singapura untuk mengruus pekerjaanya disana selama sebulan, cukup lama namun untuk proyek yang besar satu bulan bukanlah waktu yang lama.
alan duduk dengan tenang, seteah 5 menit menunggu ia mengeluarkan handphonenya dan menelfon ara.
"halo, kamu udah di bandara sayang?" saut ara langsung dari seberang sana, ara sedang di kantor dan sedang fokus menatap layar komputer walaupun saat ini ia sedang menelfon dengan alan, senin pagi yang hectic seperti biasa.
alan berkata "iya aku udah di bandara ini, sendirian"
ara tertawa setelah mendengar alan seperti merunggut sambil mengatakan bahwa ia sendirian, kemudian menjawab "makanya ajak tika aja, ngapain kamu sendririan disana, sebulan lagi"
"karna kalau aku ajak tika, pekerjaan di jakarta jadi numpuk, jadi ya bagi-bagi tugas" jelas alan
"kamu tau kan asisten kamu itu yang ngebantuin kamu kemana-mana, bukan bagi-bagi tugas sayang" ara berkata sambil geleng-geleng kepala dengan mata yang sudah tak fokus lagi ke meja komputer.
"iyaa, i know, tapi saat saat genting ini bagi-bagi tugas adalah penting" jawab alan menjelaskan dengan senyum cerah, walaupun ia kadang juga berfikir apakah orang-orang di sekelilingnya akan mengangap dia aneh.
"baiklah sayang, aku mau lanjut kerja lagi. kayanya besok ada buku yang mau keluar jadi agak hectic hari ini"
"baik ibu editor yang sibuk, semangat kerja, jangan lupa kabarin aku"
"bye sayang"
"bye"
-singapura-
alan sudah sampai satu jam yang lalu, dan ia mulai berbersihkan baju-baju selama di sini, alan berencana ia tak akan pulang selama sebulan, karna ia hanya berfikir bahwa ini akan cepat selesai jika ia melihat pembangunan dari awal, semoga tidak ada revisi.
hanya berharap bahwa ini sesuai dengan yang telah ia rencanakan.
-jakarta-
jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan ara masih duduk di kursi kebangaannya, entah efek liburan seminggu atau entah karna besok ada salah satu buku yang ia kerjakan akan dipasarkan.
"iya aku masih di kantor, ini hari senin alana, janga mengajakku pergi hangout hari ini"
alana di ujung sana sangat terkejut karna ara yang berteriak cukup kencang, "santaii bukk, santai. kamu kenapa?? pasti laku kok bukunya, santai aja"
ara menghembuskan nafas kasar "ini kenapa ribet banget sih hari ini? liburan kayanya cuma seminggu kenapa segunung yang keteteran?"
"kamu lupa, kalau waktu kamu cuti ada yang resign jadi ya udah kerja kamu doble"
"hahhhhhhh, pantesan email banyaknya 2 kali lipat hari ini" ara msih tak percaya bahwa ia lupa ada rekan kerjanya yang resign, "kalau kaya gini, lama-lama gue yang resign"
"amit-amit, lo ngomong sekali-sekali tapi nakutin ya ra, dimana lagi lo mau kerja, tumben banget, biasanya ngomong kalau cinta banget sama kantor ini"
"becandaa, kamu dimana?" tanya ara kemudian
"udah nyampe apartement, hehe, semangat kerja sahabatku" dengan tubuh yang sudah berada di ranjang hangatnya
"hmm, gue jam 8 harus pulang sih, apapun yang terjadi"
"sekali-seklai jadi budak perusahaan gapapa, kan nanti juga doble ra" dnegan diiringi tawa
"dah lah"
-london-
emili pov.
hari ini cuaca cukup bagus, tapi hatiku sangat berantakan, sudah seminggu sejak kejadian memalukan itu, entah kenapa aku yang tak bermaslah malah merasa sangat malu untuk menghadapi kenyataan. masih belum ada kejelasan antara hubungan kami. hatiku masih sangat hancur. dia mungkin juga paham bahwa aku masih membutuhkan waktu untuk emikirkan semua ini dengan baik. wlaupun harga diri dan atas nama baik semua keluargaku, aku tak pantas untuk diperlakukan seperti ini, sangat tak pantas.
mau bagaimanapun aku harus menyelasaikan ini, siap atau tidak siap sekarang atau besok aku harus menghadapi ini. aku tak ingin membuat mama papa dan alan pusing hanya karna masalah ini, mungkin mereka juga memiliki permasalahan yang lain.
aku mengambil handphone dengan perasaan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata lagi, hanya perasaan marah dan kecewa yang snagat besar. telfon itu sudah tersambung
"halo"
"halo" aku menjawab singkat, kemudian melanjutkan, "ini tak akan lama, jadi mohon untuk tidak memotong omonganku hingga selesai"
"kamu tau? ini sangat memalukan, sungguh sangat memalukan, apa yang kamu lakukan sungguh tak bisa aku maafkan, entah kita yang tak punya satu pikiran dalam menjalin hubungan ini, entah aku yang berfikir terlalu panjang entah bagaimana, aku merasa sangat tak pantas untuk mendapatkan penghianatan ini, kamu mungkin sudah tau, ini tak akan termaafkan. i know kita sudah sangat dewasa, dan yang kamu lakukan kemarin bukanlah sebuah hal yang besar, dan sebagai informasi itu bukanlah sebuah hal yang tabu untukku, tapi saat kamu melakukannya disaat kamu dan aku memiliki ikatan yang buakn lagi sebuah ikatan abal-abal anak-anak. aku cukup berharap bahwa kamu bisa menyelesaikan denganku dulu sebelum melakukan hal yang sangat melukai harga diriku"
aku menarik nafas dan menangis, dia belum bicara satu katapun lagi, dia hanya diam entah diam karna apa aku pun tak tau.
"thank you untuk bahagianya selama ini, sampai jumpa lagi, mungkin saja di acara keluarga, oh btw, ini tak akan jadi permasalahan keluarga, ini hanya menjadi sebuah masalah kita"
di ujung sana dia mulai bicara "again, maaf. dan jika boleh bisa aku jelaskan bagaimana itu bisa terjadi"
aku terdiam, sebenarnya aku bertanya untuk apa, keputusanku tak akan beda, namun mari meberikan kesempatan.
"ya"
"ini hanya karna minuman, aku pergi main dan yah seperti itu terjadi, i don't know kamu tau darimana, dan jika itu aku aku juga ga akan maafkan, maaf sekali lagi karna kamu harus melihat kejadian memalukan itu secara langsung"
"ya, itu akan jadi salah satu malam terburuk selama aku hidup, dan jangan lupakan sampaikan kepada teman-temanmu aku termasuk orang-orang yang bisa mengendalikan emosi berapapun mereka mengatakan hal buruk tentangmu hingga rasanya bisa membuat aku menggila malam itu, dan terakhir, you have bad friends really bad friends"
KAMU SEDANG MEMBACA
another time
Romancearindra bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbit, orang yang introvert dan hidup dengan zona nyamannya sendiri. alan seorang cowo yang bebas, tidak ada yang rumit dihidupnya, atau mungkin ada yang rumit,yaitu bekerja sebagai arsite...