ara memasuki kamarnya dan membersihkan diri, ia merasa sangat sakit melihat reaksi dari alan seperti tadi, tapi ia juga menyadari bahwa itu adalah kesalahan dia. kadang dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua hal buruk yang ia katakan, ia tak bisa berhenti dari sifat defensif kepada orang-orang walaupun itu adalah orang-orang yang menyayanginya. ara sadar dia sangat buruk dalam hal komunikasi, dia orang yang sangat defensif dan anti pada hal-hal yang nantinya akan membuat ia tidak nyaman dan sakit.
ara melanjutkan tangisnya, dia menyelimuti seluruh tubuhnya dan menangis dengan keras, ia sendirian didalam kamar, namun ia tak terbiasa dengan suara tangis yang keras, ia selalu menghilangkan suara tangisnya.
setelah cukup tenang ia bisa berfikir dengan baik dan bergumam "oke ara minta maaf sekarang"
ara mengambil handphone yang masih terletak di tas yang dia bawa sewaktu bekerja tadi.
iya, ara menelfon alan. setelah mendengar suara alan.
"halo alan" jawab ara
"ya" jawab singkat alan
"dimana?" ara menanyakan karna ia tak ingin alan sedang berada ditempat yang tidak nyaman untuk berbicara.
"ada apa?" alan menanyakan kembali.
ala menarik nafas pelan dan bertanya kembali "dimana?"
"baru nyampe apartemen, ada apa ra? kamu abis nangis?"
ara terdiam cukup lama, ia sedang menyusun kata-kata untuk permintaan maafnya kepada alan.
tanpa menjawab pertanyaan alan, ara berkata "aku minta maaf untuk tadi, aku ga bermaksud untuk menolak ajakan kamu kaya gitu, namun kamu tau aku, tapi aku ga membenarkan hal tersebut, maaf ya"
"you say sorry?" tanya ala dengan suara lelahnya.
"aku ga mengharapkan jawaban kaya gitu" ara duduk dengan tegap, ia tau pasti mereka akan berdebat karna mendengar jawaban dari alan seperti itu.
"sangat kaget karna kamu minta maaf"
"setalah memikirkannya dengan baik, dan tadi liat wajah kamu kaya gitu, jadi aku minta maaf"
"kalau aku tadi wajah aku ga kecewa, kamu ga akan minta maaf?"
"kita memang ga bisa lepas dari permasalahan seperti ini ya?" ara menghembuskan nafasnya, ia lelah namun ia tau ia salah.
"kamu ga pernah berubah ra,"
"aku ga pernah menjanjikan untuk berubah alan." jawab ara dengan cepat.
"but you hurt me, aku kira setelah malam kamu meluk aku, kamu bisa lebih paham bahwa ga semua kata-kata dingin kamu itu bisa kamu sampaikan ke aku"
"malam itu kita ga berbicara hubungan kita, kita berbicara hal yang lain. alan, kamu tau aku ga pernah janji untuk selalu mengeluarkan kata-kata baik kepada kamu, aku tau karna itu kita berakhir, aku tau karna aku yang tidak bisa bersikap hangat dan kadang menjawab dingin bahkan kasar, aku sadar dengan semua kesalahan aku lan, tapi aku juga sadar bahwa kamu ga bisa nerima itu, dan sampai hari ini kamu ga bisa nerima itu, aku ga akan pernah berubah, siapapun kamu dalam hidup aku, aku tak bisa membuat hidupku bergantung seratus persen kepada seseorang"
"aku ga ingin kamu bergantung ke aku, aku hanya ingin bahwa kamu paham bahwa kita adalah orang yang saling mencintai, dan berhenti dari sikap defensif kamu itu, kamu ga percaya sama aku ra, kamu seperti tak ingin didalam hubungan, untuk apa mempertahankan hubungan seperti itu"
"aku memang ga bisa sepertinya memiliki hubungan yang terikat, akupun tak paham bagaimana aku sangat defensif pada orang-orang"
"coba ra, coba untuk tidak mengangap bahwa orang-orang bisa menyakiti kamu, berfikirlah bahwa kamu memikirkan sesuatu secara berlebihan dan ramahlah pada orang" alan dengan lembut menjawab.
"aku minta maaf untuk tadi, maaf lan, mungkin untuk tiga tahun yang lalu aku juga minta maaf, aku tutup dulu"
"kamu bilang pergi bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah" kata alan
"kita bisa berfikir apapun yang menurut masing-masing kita benar, aku hanya ingin minta maaf, udah lan, aku tutup"
ara menutup telfon, dan ia berteriak karna kesal, ia sudah lama tidak berdebat dengan orang lain, dan ini membuat tenaganya terkuras.
alan yang sudah didalam kamarnya hanya terdiam, dia masih dengan orang yang sama tiga tahun lalu, dia masih berfikir bahwa semua orang akan menyakitinya. dengan menjawab pertanyaan dengan dingin dia masih berfikir itu adalah perlindungan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
another time
Romancearindra bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbit, orang yang introvert dan hidup dengan zona nyamannya sendiri. alan seorang cowo yang bebas, tidak ada yang rumit dihidupnya, atau mungkin ada yang rumit,yaitu bekerja sebagai arsite...