part 11

35 1 0
                                    


-2017

ara sudah menungu didepan kosan, karna ia diberi tau bahwa alan hampir sampai.  setalah 5 menit berdiri didepan pagar kosan ara melihat mobil hitam menuju kearahnya dan benar itu adalah mobil alan. 

"haiii" alan menyapa dengan senyuman, sambil keluar dari mobilnya.

"haii" ara menjawab dengan setengah tertawa, ia baru dengan situasi seperti ini.

"ayokk" alan berdiri dibelakang ara.

"ha?"

alan tersenyum melihat ara yang kebingungan dan berkata "ayuk masuk mobil"

"kamu ngapain dibelakang aku?" ara bertanya.

"ha?" sekarang alan yang binggung harus menjawab dan menjelaskan seperti apa.

alan tak tau harus menjelaskan seperti apa, ia menarik tangan ara pelan dan pergi kearah kiri mobil, membukakan pintu untuk ara dan mempersilahkan ara untuk masuk.

"aku bisa buka pintu mobil sendiri loh" ara berkata setelah alan duduk di kursinya, dengan ia yang sedang memasang sabuk pengaman. 

"aku juga bisa bukain untuk kamu" alan menjawab sambil memasang sabuk pengaman dan melihat kearah ara.

"duh ra, orang kaya apa dia ini, mau-mau aja di ajak jalan" ara sejak tadi menanyakan pertanyaan tersebut dipikirannya, namun ia tak mengerti kenapa ia bisa mau untuk berada disebelah orang yang baru beberapa jam yang lalu ia kenal.

"gimana kuliah? enak?" 

"ha? enak?" 

"iya?"

"biasa aja, masih dalam zona nyaman aku"

"jurusan?"

"sastra indonesia"

"jadi, diluar zona nyaman apa?" 

"kedokteran mungkin?" ara tertawa dengan jawabannya sendiri, dan alan juga tersenyum mendengar itu.

"ga ada yang ga mungkin, kalau kamu bisa keluar zona nyaman kayanya bisa deh jadi dokter"

"ga tertarik dan ga menarik hati, pada prosesnya, dan ga ingin memiliki tanggup jawab untuk sebuah nyawa" ara tanpa sadar berbicara cukup panjang.

"kok berat ya?"

"hahaha, kamu duluan,"

"can guess? aku jurusan apa?" 

"bisnis?" 

"NO"

"music?"

"ha? emang wajah aku kaya seniman?" alan bertanya dengan wajah penuh tanya, baru kali ini orang mengira dia seorang musisi.

"ga juga sih, tadi aku cuma ngira bisnis tapi ga, jadi asal tebak" 

"coba lagi"

"psikologi?" 

"no"

"done"

"apa?"

"nebak nya, ga tau lagi"

"masa cepat banget nyerahnya?" 

"arsitektur? terakhir udah ga mau nebak lagi, cape" dengan wajah memelas ara menjawab.

"ga usah nebak lagi udah betul" alan menjawab dengan melihat wajah ara yang tanpa semangat

"iya?" ara menoleh langsung dengan keseluruhan badannya menghadap ke alan.

another timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang