part 17

22 0 0
                                    


selama perjalanan menuju bandara ara hanya diam, tak bicara karna ia juga tak tau apa yang akan dibicarakan, terserah orang di sampingnya ini melakukan apa. 

sampai dibandara alan berhenti setalah bertanya di guide berapa ara akan naik pesawat, ara menjawab singkat dan kembali diam. 

mereka diam hingga ara membuka pintu mobil.

"wait" ucap alan

"aku mau telat ini"

"aku mau nunggu kamu"

"what?"

"ya, aku nunggu kamu untuk mau lagi sama aku?"

"kamu sakit?"

"ga ra, ini serius"

"aku udah selesai bahas ini waktu malam itu, you know" wajah ara sudah sangat letih.

"tapi aku ga bisa lepasin gitu aja"

"aku berangkat, terserah kamu"

"aku bakal nunggu"

ara membuka pintu mobil, mengambil koper dikursi belakang, alan hanya diam melihat ara yang sangat mandiri untuk itu. 

"ga usah kagum gitu, aku tiap bulan bawa koper kemana-mana segede ini"

alan tertawa mendengar itu.

"kita berdua memang aneh ra, barusan berantem tapi udah ketawa lagi"

"bye"

"hmm" 

dan alan pergi.

ara melihat mobil alan yang pergi hanya bisa mengeleng-ngelengkan kepala untuk keputusan alan barusan, betapa gilanya orang karna cinta. 


ara sampai di vila yang sudah ia pesan jam 2 siang, setelah lelah mengurus cek in villa yang sedikit bermasalah, akhirnya ia bisa merebakan badan.

"duh capek" keluh ara

ia membuka gorden kamar, dan tersenyum menatap pemandangan hamparan pantai didepannya. ia sangat bersyukur untuk semua yang telah ia lihat dan rasakan selama ini, andai orang tuanya masih ada, apakah dia bahagia bila di ajak kesini, ketika sendiri ara sering berfikir apakah orang tuanya bangga denganya, apakah mereka tersenyum bahagia disurga melihat ara hari ini, apakah mereka berdua juga mengatakan bahwa ara adalah anak yang aneh, banyak sekali pertanyaan tentang itu, namun ia tau bahwa itu tak akan terjawab, ia hanya bisa selalu mendoakan kedua orangtuanya.

ara kelelahan dengan semua pikirannya hingga ia tertidur.

menjelang malam, ara terbangun.

"shit, i want to walk in beach" dia mengerutu sendiri karna rencanya untuk berja lan di pantai sore ini tak jadi. 

"oke ara, mari makan" bicara sendirian adalah hal yang biasa ia lakukan, karna jika lama tak berbicara itu juga membuat ia bosan, dan berbicara dengan diri sendiri adalah jalan satu-satunya.

ara makan disalah satu restoran pinggir jalan di jalan dekat villa ia berada, villa ara sangat strategis karna ia cukup berjalan kaki menuju pusat keramaian di daerah seminyak ini. ini pertama kali ara kedaerah ini, biasanya ia ke kute atau ke daerah terkenal lainnya.

ara pulang dan istirahat kembali, ia tak suka memasukkan bajunya kedalam lemari, ia memilih untuk langsung mengambil dari koper, karna menurutnya itu membutuhkan dua kali kerja. lebih baik diambil dari koper langsung saja.

ara menjalani weekend dengan tenang, ia pergi sarapan, pergi berjemur kepantai, berenang, makan siang, tidur siang, makan lagi, pulang, malam keluar lagi atau hanya duduk sambil melihat langit dari luar. hanya itu yang ia jalani selama dua hari belakang. dan 4 jam lagi waktunya ia akan pulang ke jakarta. i miss my home.


"la gue berangkat jam 8 malam" ara berkata setelah panggilan diangkat alana

"lo bener-bener ya, nanti kecapekan kalau pesawat malam" respon alana setelah mengetahui jadwal keberangkatan ara.

"mau naik pesawat malam. udah lama ga" ara tersenyum diujung kamarnya, ia lagi duduk diatas koper yang sudah ia bereskan.

"bukannya takut?" tanya alana

"makanya diberaniin ini" di iringi tawa oleh ara

"yaudah hati-hati" alana tau sahabatnya itu akan melakukan apa yang ia mau, jadi menyerah saja.

"mau gue jemput?"

"ih apaan sih lo, lebay"

"yaudah ra, bye"

"bye la" ara mematikan telfon dan kemudian bersiap menelfon pihak hotel untuk mengantarnya kebandara.

sudah jam 7 malam, dan ara sudah menungggu di ruang tunggu bandara ngurah rai bali. ditanganya ada botol air mineral, ia pasti akan gugup dan ia butuh air dari sekarang. 

"ra,ra takut tapi sok berani"

ara naik kepesawat, melihat nomor tempat duduk, dan duduk dengan tenang, memakai sabuk pengaman, sejak tadi ia hanya menatap lurus kedepan, ia tak melihat sisi kananya yang merupakan jendela, karna langit malam sangat menyeramkan dari dalam pesawat. 

ia sangat menyesali keputusan untuk mengambil jadwal pnerbangan malam, karna itu masih menakutkan untuknya, setelah setahun yang lalu ia mengalami turbelensi didalam pesawat dan hari itu untuk pertama kalinya ia naik jadwal penerbangan malam membuat ara tidak  ingin lagi naik pesawat pada malam hari.

namun lihatlah yang ia lakukan hari ini, dengan sok beraninya, dan itu ia sendiri. 

"ra, lo gila"

setelah turun dari pesawat dengan wajah yang sangat pucat, sudah kali kelima pramugari menanyakan apakah ia baik-baik saja dan yang terakhir menjelang ia keluar dari pesawat, dan ia hanya mengatakan bahwa badanya sedang tak enak.

ara duduk disebuah restoran cepat saji, ia sudah mendaptkan makanan dan tertawa kecil melihat kenekatan yang ia lakukan hari ini.  

ara makan dengan tenang, ia akan memesan  taksi online sebentar lagi. 

setelah hampir hapis, ia memainkan handphone sebentar, karena sejak dibandara bali tadi ia belum cek notifikasi dihapenya. 

beberapa menit kemudian, seorang laki-laki duduk dihadapanya. ara memandang kedepan dan ia kaget karna itu adalah alan.

ara hanya diam tanpa menyembunyikan wajah terkejutnya.

"kamu ga apa-apa?" tanya ara

"fine" jawab singkat ara

"ada apa?" tanya ara lagi?

dari siapa tau aku disini? ara menambahkan pertanyaan

"jangan aneh deh kamu, serem tau kamu kaya gini, muncul dimana-mana" kata ara setelah alan hanya diam 

"dari alana"

"ngapain kamu sama ala?"

"ha? ga ngapa-ngapain"

"oh"

"dia bilang kamu pulang malam ini, dan dia gabisa jemput"

"aku ga minta jemput dia"

"dia khawatir karna katanya kamu takut naik pesawat malam"

"apaan sih dia"

"kamu yang apaan, jangan sok berani kalau ga berani"

"maaf tuan pemarah, mari pulang" ara berkata dan langsung berdiri kemudian mengambil koper yang ada di sebelahnya.

alan hanya menatap ara.

"ayok" ucap ara kembali.

ara berjalan duluan dan diikuti  alan dibelakang.



another timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang