-BACK NOW.
ara kembali melanjutkan hari-hari dengan dipenuhi pekerjaan seperti hari biasanya yang telah ia lalui, pergi kantor dan pulang di waktu yang sama hampir setiap hari, menggurung diri dikamar pada weekend, hanya itu.
tapi ara suka solo traveling, ia ingin ketika umurnya sudah 30 tahun ia telah mengunjungi seluruh provinsi yang ada di indonesia dan sudah ke 10 negara. ara seorang yang ingin pergi kebanyak tempat dimana tak ada orang yang mengenal dia satupun, solo traveling adalah healingnya dari kegiatan monoton yang ia lakukan bertahun-tahun.
"ra, mau nonton ga?" alana mengunjungi meja ara sebelum ia pulang. mereka berdua sangat hobby menonton film.
"ga, aku mau langsung pulang" jawab ara
"banyak deadline?" tanya ala kembali
"ga banyak, tapi mau pulang aja" jawab ara
"oke ra, hati-hati"
alana juga pulang setelah ara.
ara sampai di kosan, seperti biasa ia berjalan kaki dari halte, beberapa langkah lagi ia sampai di gerbang kosan ara melihat mobil yang tampaknya tidak asing bagi ara. namun ia tak ingin memikirkan itu sekarang, jadi dia dengan santai masuk ke gerbang kosan.
"raaaa" alan dengan tergesa-gesa memangil nama ara setelah keluar dari mobilnya. ya itu adalah mobil alan
"yaa, ada apa, ngapain kamu disini?" ara sangat terkejut melihat alan disini, ia tampak curiga pada mobil ini, tapi ia tak menyangka bahwa ini memang mobil alan.
"mau ngajak makan" alan menjawab dengan cepat, karna ia tak enak mengangu ara yang baru pulang kantor.
"ha? alan, can you stop this?" ara sudah menghadapkan seluruh badannya ke arah alan, seperti dia ingin berbicara serius.
alan tau maksud dari ara, ia tau gadis ini tak nyaman, namun ia ingin, hanya ingin makan disuatu tempat, tidak makan di dalam mobil seperti 5 hari yang lalu.
"i want" jawab alan.
"i don't" singkat ara
alan terdiam lagi, ia sudah biasa dengan ara yang selalu mengatakan apa yang ingin ia katakan, namun setelah sekian lama, mentalnya belum cukup kuat lagi untuk itu.
ara yang melihat alan terdiam membatin "shit,salah lagi gue ngomong", ara menghembuskan nafas dengan pelan dan berkata "kamu tau, aku ga nyaman dengan mendadak kaya gini, but i'm so sorry for say like that, sekarang ada apa?"
"no, i will go now, bye" alan menjawab sambil membalikkan badan.
"alan, ga semua masalah selesai dengan pergi" ara menyampaikan kalimat tersebut dengan cepat.
alan menoleh dan berkata "kamu ga mau pergi sama aku kan? ya sudah, aku pergi, ngapain disini"
"oke" sekarang ara yang membalas singkat dan membalikkan badan, masuk kedalam gerbang kosan dan membelok ke tangga untuk naik ke lantai dua dan menghilang dari pandangan alan.
"kita masih berantem karna masalah komunikasi" ucap alan pelan dan pergi dari sana.
-kantor alan
in morning.
"pagi ka" sapa alan sambil melewati meja asistennya.
"pagi pak" jawab tika dan mengikuti alan dari belakang untuk masuk keruangan alan.
"hari ini ada meeting ya?" tanya alan
"ya pak, di restoran 'olivier' pada jam makan siang dan makan malam di 'animale' restoran,"
"2 meeting hari ini?" tanya lan kembali
"iya pak"
"baiklah, saya lanjutin kerjaan ini dulu, nanti kita bahas masalah meeting"
"baik pak" tika menundukkan sedikit kepala dan berbalik menuju pintu.
"kaa" alan kembali memangil tika.
"ya pak" tika menoleh kembali
"untuk makan malam boleh di rescedule ulang ga? nanti malam saya udah ada acara" tanya alan.
"baik pak, akan saya scedule ulang"
"thank you"
"oke, mari kerja alan" alan melanjutkan pekerjaannya.
hari sudah menjelang malam dan tika sudah pulang kerumah, alan masih didalam ruangan dan memikirkan apa yang mau ia lakukan malam ini.
"alan, alan, memangnya kamu ada acara apa malam ini" alan berkata sendiri sambil terkekeh karna tidak tau apa yang akan ia lakukan namun ia tak ingin menghadiri makan malam hari ini.
alan berfikir, sudah 5 hari berlalu sejak ia bertemu dengan ara, sejak malam itu dan ia mengantar ara pulang tak ada lagi mereka saling berhubungan, baik itu melalui chatinggan atau bertemu secara langsung, alan tak tau ia ingin mengatakan apa kepada ara melalui telfon atau chatingan, oleh sebab itu ia tak menghubungi ara sama sekali.
setelah berfikir dengan baik, sekarang alan ada didepan kosan ara, menunggu mantan kekasihnya itu pulang kerja.
-
ara masuk kedalam kamar kosan, ia menangis, menangis tanpa tau apa yang ia tangisi, ia heran dengan perasaan dan fikirannya sendiri, hatinya ingin mengiyakan semua yang alan inginkan, namun fikirannya menolak semua itu. ara tak tau kenapa permasalah mereka tetap sama seperti 3 tahun yang lalu, apakah salah satu diantara mereka tidak ada yang mnejadi dewasa, kenapa masalah komunikasi selalu jadi permasalahan besar bagi mereka berdua.
ara sadar bahwa cara dia berkomunikasi sangat berbeda, ia menyampaikan apa yang otaknya pikirkan, tanpa ia tau itu akan menyakitkan bagi orang lain, namun ia merasa itu yang jujur dan otaknya inginkan, ia jarang sekali mengunakan hati, jadi setiap hal yang masuk di fikirannya itu yang akan ia lakukan, walaupun setelah ia sadar, ia menyakiti hatinya sendiri.
"atau gue yang ga dewasa ya" ara sering merasa kesal karna sifat cueknya yang selama ini ia miliki disampaikan pada orang-orang yang sebenanarnya tidak pantas untuk mendapatkan itu semua.
-
alan melajukan mobilnya dengan tenang, ia berusaha untuk menenangkan dirinya karna ia sudah tau bahwa seperti itulah ara, ia akan mengatakan tidak pada hal yang memang tidak otaknya inginkan.
"kenapa gue yang pergi tadi ya, seharusnya jelasin, bukannya pergi, tapi kesel, tapi lo harus ngertiin" banyak sekali yang alan pikirkan tentang kejadiaan tadi, hingga tersadar bahwa ia hampir sampai diapartemennya.
telfon alan berdering, ketika dia selesai memarkirkan mobil. alan keluar dari mobil dan berjalan menuju lift yang ada di basemant apartementnya.
"ya halo" sapa alan tanpa melihat siapa yang menelfon
"halo alan"
alan terhenti, langsung meilihat siapa yang menelfon, ia kaget mengetahui bahwa memang ara lah yang menelfon
"ya" jawab singkat alan, setelah sadar dari keterkejutannya barusan.
"dimana?"
"ada apa?"
"dimana?"
"baru nyampe apartemen, ada apa ra, kamu abis nangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
another time
Romancearindra bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbit, orang yang introvert dan hidup dengan zona nyamannya sendiri. alan seorang cowo yang bebas, tidak ada yang rumit dihidupnya, atau mungkin ada yang rumit,yaitu bekerja sebagai arsite...