.
.
.
"Yang aku butuhkan adalah kasih sayang. Lagi-lagi aku berbeda. Bisakah aku merasakan hal itu?"
.
.
Aeera berjalan memasuki toko mainan anak-anak. Sebenarnya tujuan dia ke toko tersebut ingin membeli pistol. "Pak, ada pistol mainan?" tanya Aeera di depan meja kasir.
"Ada, Mbak," jawab sang kasir.
"Disebelah mana, Pak?"
"Sebelah kiri bagian paling pojok ya."
Aeera sedikit menundukan kepala dengan ekspresi datar. Dia melangkahkan kakinya menuju tempat pistol mainan yang diarahkan sang kasir. Saat sudah di hadapan tempat tersebut. Aeera terdiam sejenak. Memandang satu-satu pistol dari yang berwarna hingga bentuknya yang lebih besar.
Tangannya terulur mengambil pistol mainan yang berbentuk seperti pistol yang digunakan polisi. Sekilas bentuknya mirip dengan warna hitam yang menyeluruh. Ah, mungkin sangat mirip. Meskipun isinya hanya berisi bola kecil. Tanpa mikir lama, akhirnya Aeera mengambil pistol tersebut.
"Kenapa ke sini, Ga?"
"Saya ingin membeli hadiah. Menurut kamu, saya harus kasih hadiah apa?"
"Lo mah, dibilangin kalo ngobrol sama gue pake bahasa informal aja!" geram seorang laki-laki yang berperawakan tinggi sekitar 170 cm, memiliki alis yang tebal namun tak nyatu. Wajahnya yang imut sering dijadikan bahan lelucon oleh teman setim-nya di kepolisian.
"Ipda Arga, menurut kamu saya harus membeli hadiah berupa apa?" tanya laki-laki di sampingnya yang tengah memilih mainan untuk anak laki-laki. Laki-laki bernama Saga itu, menengok ke arah temannya. "Ipda Arga?"
Arga menye-menye tak jelas. Sebelum tangannya terarah ke pistol berukuran sedang dengan warna hitam yang menyeluruh. "Eh, bentar. Emangnya buat siapa?"
"Anak-anak panti."
"Wih, cewek-cowok dong?"
Saga mengangguk.
"Hm..." Arga berpikir sejenak. "Kalau mau, yang cowok pistol-pistolan atau mobil-mobilan. Kalau yang cewek, kasih aja mainan masak-masakan sama boneka? Tapi terserah lo sih."
Saga mengiyakan. "Makasih, Ipda Arga. Atas jawabannya," ujar Saga lalu beranjak dari tempat tersebut menuju ke tempat mainan khusus perempuan. Arga yang mendengar itu hanya mendengkus. Saga memang pria kaku yang pernah dia temui. Padahal mereka berdua sudah dekat sejak SMA hingga masuk ke akademi kepolisian, dan sekarang mereka berdua sudah menjadi petugas polisi. Tapi tetap saja, Saga tetap berbicara formal kepadanya.
"Iya sama-sama, Ipda Saga," ledek Arga mengikuti langkah Saga.
Buk!
"Eeeh... maaf-maaf, saya beneran tidak sengaja," ungkap Arga yang hanya bisa meruntuki dirinya sendiri karena tak sengaja menabrak bahu seorang perempuan. Dengan cepat, Arga membantu mengambil mainan pistol yang tak sengaja dia jatuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
60 detik yang berharga
Mystery / ThrillerAeera adalah seorang gadis SMA yang semasa hidupnya hanya merasakan kesendirian. Akibat dari kemampuan istimewa yang dia dapat sejak kecil dan cap 'Anak Pembunuh' melekat ditubuhnya, membuat Aeera dikucilkan. Menyaksikan kematian seseorang itu meman...