23. Sidik Jari

20 8 0
                                    


.

.

.

"Jangan mempercayai siapapun di dunia ini, selain dirimu sendiri."

.

.

"Papa dia datang lagi... ter-rus dia ancam aku. Katanya dia bakal hukum aku lagi. Ak-ku takut, Kak Aeera...."

Setelah mengunjungi seseorang yang tadi meneleponnya. Kaki Aeera sudah bergerak keluar dari Rumah Sakit Jiwa Jagratara. Iya, orang itu dirawat di rumah sakit ini. Sebenarnya dia masih waras, namun mental perempuan itu yang bermasalah. Seringkali dia akan menjadi gila ketika ada hal yang mengingatkan tentang traumanya dimasa lalu. Umurnya masih belasan, sama sepertinya. Namun bedanya, orang itu lebih muda empat tahun darinya. Aeera jadi merasa kasian.
Apalagi orang itu sepupunya sendiri.

Tangan Aeera mengepal. Sudah berulang kali, Aeera memperingati pamannya untuk tidak mengunjungi orang itu lantaran trauma yang dia miliki, belumlah pulih. Dengan langkah kaki yang lebar-lebar, Aeera berjalan menuju mobilnya yang berada di parkiran. Dia langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

10 menit kemudian....

Aeera keluar dari mobil, saat sudah sampai ditujuannya. PSW Entertaiment. Agensi hiburan yang menunjuk generasi muda berbakat dan menjadi idol. Agensi itu sangat terkenal dikalangan anak muda, karena banyak idol-idol yang mereka sukai. Bahkan setiap mengadakan trainee baru. Agensi PSW Entertaiment sudah dikerumungi para remaja yang ingin mencari berbakat, mulai dari bakat bernyanyi, dance, rapper, model, hingga akting.

Perempuan itu membuka bagasi mobilnya. Lalu mengambil salah satu barang yang sering dia bawa, jika mengenakan mobil. Aeera mengeluarkan benda panjang yang dibagian ujungnya menonjol itu, dan menutup bagasi tersebut. Dengan rasa percaya diri, Aeera memasuki gedung agensi yang disegani orang-orang tanpa rasa takut sedikitpun seraya membawa pemukul basbol di bahunya.

Di depan pintu masuk agensi PSW Entertaiment sudah dijaga oleh dua petugas untuk tidak mengizinkan seseorang masuk dengan sembarang, sebelum menunjukan kartu PSW Entertaiment. Mereka berdua menghalang jalan Aeera.

"Maaf, Anda tidak boleh masuk," ucap salah satu mereka berdua. Sebenarnya mereka berdua sudah tahu siapa Aeera. Dia anak dari pemiliki agensi ini yang sebenarnya. Namun karena perintah sang pemimpin, untuk tidak mengizinkan perempuan bernama Aeera masuk ke dalam. Mereka tidak bisa mengelak. Selain mengikuti perintah tersebut.

Aeera menurunkan pemukul basbol yang dia bawa ke lantai. Dia mendongak, memandang kedua petugas keamanan tersebut dengan raut datar. Tanpa aba-aba, Aeera melayangkan pemukul basbol yang dia bawa ke salah satu mereka. Sayangnya itu tidak mengenai badan petugas itu. Aeera sengaja menghentikan pergerakannya, dan pemukul basbol itu mengambang di atas ketika melihat reaksi takut dan terkejut petugas tersebut.

Aeera menurunkannya kembali. "Jangan sampai saya harus menggunakan kekerasan. Anda pasti malu, bukan? Kalau harus berkelahi dengan remaja perempuan seperti saya? Apa kata orang? Jelas, Anda akan dilihat sebagai pengecut," cibir Aeera. "Lebih baik, kalian memberikan saya jalan. Atau..."

Merasa harga diri itu lebih penting. Akhirnya dua petugas itu membukakan pintu masuk tersebut untuk Aeera. Mereka tak ada pilihan lain, karena mereka juga tahu bagaimana watak Aeera yang sangat keras kepala. Ini bukan pertama kalinya, Aeera datang ke agensi sambil membawa pemukul basbol.

60 detik yang berhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang