..
.
"Aku ingin selalu berada didekatnya. Hanya didekatnya, aku merasa hidup."
.
.
Sebulan sebelumnya...."Baiklah, anak-anak! Sekarang kalian baris yang rapi!" pinta pak Hendri selaku guru olahraga mereka. Dia memerintahkan pada murid-muridnya untuk berbaris yang rapi, karena ingin mengambil penilaian. "Sesuai gender dan masing-masing kelas, ya!"
"Baik, Pak!"
Mendengar perintah dari sang guru. Mereka merapatkan tubuhnya pada murid lain, hingga membentuk barisan garis lurus yang memanjang. Aeera baris dibagian paling belakang. Dia menikmati permen karet dimulutnya, sembari membuat balon tanpa mempedulikan tata tertib sekolah.
"Baik. Bapak mulai pembelajarannya, ya." Hendri berdeham. "Sebelumnya Bapak ingin meminta maaf untuk kelas XII IPA 1 dan IPA 3, karena pelajaran olahraganya digabung dengan kelas IPA 2. Adakah yang keberatan?" jelas Hendri yang merasa tidak enak pada murid-muridnya.
Aeera mengangkat tangan.
"Iya, Aeera. Kalau Bapak boleh tahu, apa alasannya?" tanya Hendri yang sudah menghampiri posisi Aeera baris.
"Terlalu banyak sampah."
"Hah? Apa maksud kamu?"
Ternyata bukan pak Hendri saja yang tak paham dengan ucapan Aeera. Seluruh murid juga merasakan hal yang sama. Kenapa perempuan itu berkata sampah? Padahal ruangan khusus berenang di SMA Jagratara itu sangat bersih dan besar hingga muat untuk 100 orang lebih.
"Bapak gak tau?" Aeera bertanya. "Semua yang ada di sini itu sampah."
Murid-murud seketika tertawa sebagai tanggapan dari jawaban Aeera. "Diam!" Hendri menyuruh murid-muridnya agar diam. "Jadi, ini alasan kamu merasa keberatan jika kelasnya digabung?"
"Bukan."
Hendri menghela napas. "Alasannya apa, Aeera... kenapa kamu menjawabnya berbelit-belit?"
"Kita lihat saja nanti," balas Aeera mengulas senyum. Hendri menggeleng-gelengkan kepala, karena tak mengerti jalan pikiran salah satu muridnya. Dia sudah kembali ke tempat semula, yaitu di depan selaku guru yang mengajar.
"Oke, langsung aja kita mengambil penilaian. Nilai ini penting untuk kelulusan kalian!"
"Baik, Pak!"
Satu jam sudah berlalu. Aeera naik ke pinggiran kolam renang setelah selesai melakukan pengambilan nilai renang gaya meluncur dan lain-lainnya. Mungkin hanya Aeera satu-satunya perempuan yang memakai celana olahraga dan baju kaos putih setiap ada pembelajaran berenang. Tidak seperti siswi-siswi lain yang memakai pakaian renang yang ketat.
"Nih, minum," ujar Genta yang tiba-tiba saja ikut duduk di sebelahnya. Aeera menengok, sedikit mendengkus tak suka dengan kehadiran Genta. Dia menggeser tubuhnya agar tidak terlalu berdekatan dengan cowok itu.
Tangan Genta masih terulur pada Aeera dengan sebuah botol minum yang dia genggam di dalamnya. "Cepet ambil. Tangan gue pegel."
Masih tak ada balasan. Genta menyerah, lalu membuka botol minum tersebut untuk dirinya sendiri. Seperti biasa, Aeera selalu menolak bantuannya. Dia letakan botol itu di sampingnya sesudah dia minum hingga tersisa setengah botol. Genta menoleh, pemandangan Aeera yang menatap kolam renang membuat cowok itu menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
60 detik yang berharga
Mystery / ThrillerAeera adalah seorang gadis SMA yang semasa hidupnya hanya merasakan kesendirian. Akibat dari kemampuan istimewa yang dia dapat sejak kecil dan cap 'Anak Pembunuh' melekat ditubuhnya, membuat Aeera dikucilkan. Menyaksikan kematian seseorang itu meman...