..
.
"Kehancuran orangtua adalah anaknya. Begitupun sebaliknya."
.
.
13 tahun yang lalu....
"Pembunuh Waktu semakin banyak membunuh orang. Sudah terhitung 20 orang yang menjadi korban. Untuk saat ini, para penyidik yang menyelidiki kasus tersebut masih belum menemukan pelaku. Cara pelaku terlalu bersih, sehingga tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Pelaku dengan sengaja menaruh dua barang bukti, yaitu ponsel Blackberry dan jam digital disetiap para korbannya. Kami berharap para penyidik yang bertanggungjawab, segera menangkap Pembunuh Waktu tersebut agar tidak membuat masyarakat ketakutan seperti sekarang. Jika sampai minggu depan, investigasi masih belum ada kemajuan. Tak ada pilihan lain, selain kami (masyarakat) melakukan demo besar-besaran di depan gedung putih."
Tim Khusus Kejahatan Serius Satu yang mendengar pernyataan dari salah satu reporter di televisi, hanya bisa menghela napas berat. Wajah letih dan lesu tercetak jelas diwajah mereka. Kantung mata yang hitam dan dalam. Muka kusam. Belum lagi, rambut mereka yang acak-acakan entah kapan mereka terakhir menyisir rambut.
"Kalau sudah seperti ini. Bagaimana, Kapten?" tanya si junior. Sang kapten yang sama merasakan apa yang timnya rasakan, sedikit mengusap wajah dan seraya berpikir.
"Saya bertanya dahulu dengan Pak Komisaris. Kalian tunggu di sini saja, sampai saya memberikan perintah ke kalian," pinta kapten pada timnya. Mereka mengangguk.
"Baik, Kapten!"
Dia melangkahkan kakinya untuk ke ruangan pak Komisaris yang berada di lantai paling atas. Dia memasuki lift. Tangannya bergerak menekan angka empat.
Sebenarnya dia juga bingung. Terhitung sejak dua bulan, mereka masih belum juga menemukan Pembunuh Waktu. Bukti yang ditinggalkan tidak tertuju kepada siapapun. Cara bermainnya terlalu bersih. Sampai-sampai mereka tidak menemukan jejaknya sedikitpun. Hal itu membuat masyarakat ketakutan, dan menuntut para penyidik agar lebih cepat menangkap Pembunuh Waktu. Demi keselamatan masyarakat.
Begadang, makan tidak teratur, tidur ketika sempat saja, pakai baju seadanya, dan meninggalkan orang yang mereka sayang sendirian di rumah. Itu yang dilakukan tim mereka selama dua bulan ini. Pekerjaan mereka terlalu mendadak, dan tidak mengenal waktu. Mereka harus mencari bukti yang akurat, menginterogasi saksi, mengamankan TKP, menyamar, bolak-balik ke rumah sakit, lalu ke BIN untuk meminta identitas, membuat berkas-berkas kasus pembunuhan yang tidak sedikit, pergi ke satu tempat ke tempat yang lain, dan lain-lain.
Dia memencet bel pintu ruangan saat sudah sampai di lantai empat. "Masuk!" seru seseorang dari dalam. Dia mendorong pintu tersebut.
"Ada apa, AKP Herman?" tanya pak Komisaris yang sudah duduk di ruang tamu. Tangannya menyeka kacamata yang dia gunakan agar lurus.
Herman hormat sejenak, lalu setelah itu ikut duduk di hadapan pak Komisaris. "Saya ingin Anda memberikan saran terkait kasus Pembunuh Waktu yang telah mengegerkan masyarakat. Apa yang harus tim kami lakukan? Saya benar-benar sudah berada diujung, Pak Komisaris."
KAMU SEDANG MEMBACA
60 detik yang berharga
Misterio / SuspensoAeera adalah seorang gadis SMA yang semasa hidupnya hanya merasakan kesendirian. Akibat dari kemampuan istimewa yang dia dapat sejak kecil dan cap 'Anak Pembunuh' melekat ditubuhnya, membuat Aeera dikucilkan. Menyaksikan kematian seseorang itu meman...