.
.
.
"Hanya kebenaran yang mereka butuhkan. Sayangnya, di dunia ini sudah dipenuhi kepalsuan."
.
.
Tim Khusus Kejahatan Serius Satu langsung bergerak demgan menggunakan mobil, untuk menuju tempat lokasi seseorang yang ternyata berada di TKP kasus pembunuhan Alex. Mereka tak peduli sekarang sudah menunjukan pukul 1 malam lewat. Inilah pekerjaan mereka, tak mengenal waktu juga antara hidup dan mati.
"Iptu Jaka, tolong percepat mengemudinya," pinta Kapten Yuda yang juga ikut. Tangan pria yang sudah memiliki tiga anak itu terulur ke luar jendela, lalu menempelkan lampu sirine polisi ke atas atap mobil. Mereka sering menggunakan hal seperti itu, ketika dalam darurat saja.
Saga benar-benar tak menyangka jika pembunuh tersebut tak hampir 24 jam, sudah mengakuinya. Bahkan sampai menelpon ke salah satu polisi yang mengambil kasus tersebut. Arga yang di sampingnya hanya bisa memaklumi hal mengejutkan seperti ini. Cowok itu sedang mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk karena dia sehabis mandi. Hanya Iptu Umad yang tidak ada di dalam mobil karena pria itu sedang memenuhi kemauan istrinya yang sedang hamil. Mereka tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Ddrrt!
Mereka saling menatap satu sama lain. Ternyata ponsel milik Kapten Yuda yang berbunyi. Dengan segera dia mengangkatnya karena saat melihat nama anak pertamanya yang tertera di layar persegi panjang tersebut. "Kenapa? Apa? Duit lagi? Paketan? Kouta? Dan kenapa kamu belum tidur, Rezaaaa?!!" omel Yuda yang langsung menguarkan aura seorang ayah.
Ada suara kekehan dari sebrang sana. "Abi mah, ngomel-ngomel duluan. Dalam bertelepon ataupun ke rumah orang, kita harus mengucapkan 'assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarokatuh' gitu, Bi. Masa Abi langsung bilang, 'kenapa belum tidur? Kurang duit? Apa paketan?'. Abi kurang diajarin Umi sopan santunnya."
Yuda yang mendengar itu hanya bisa memutar kedua bola mata. "Yaudah iya. Abi ulang. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Puas kamu?"
"Hihihi... wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh, Abi."
"Langsung ke intinya. Abi lagi kerja."
"Tau kok, tau... Abi, besok Reza gak usah sekolah ya? Boleh, kan?"
"Kamu mau hape kamu Abi sita? Terus Abi gak kasih duit jajan, sama paketan berbulan-bulan?"
"Dih... Abi curang, mentang-mentang jadi Ayah. Eh, enggak kok. Reza cuman bercanda. Lagian kalo Reza masuk sekolah malah enak bakal ketemu sama Abi. Terus minta duit lagi deh."
Anak pertama Yuda memang bersekolah di SMA Jagratara. Namanya Reza, dia masih kelas 10.
"Iya ya, terserah kamu aja. Kenapa belum tidur?"
"Gak tau. Kepikiran aja sama Abi."
"Kamu khawatir sama Abi?" tanya Yuda senyuman geli.
"Ihhhh, enggaaakk. Tapi iya deh. Abisan Abi kenapa harus jadi polisi? Kok Umi mau-mau aja ya ditinggalin mulu sama Abi. Hayoo jujur, Abi pake pelet ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
60 detik yang berharga
Mystery / ThrillerAeera adalah seorang gadis SMA yang semasa hidupnya hanya merasakan kesendirian. Akibat dari kemampuan istimewa yang dia dapat sejak kecil dan cap 'Anak Pembunuh' melekat ditubuhnya, membuat Aeera dikucilkan. Menyaksikan kematian seseorang itu meman...