29. Kamera Pengintai

19 6 0
                                    


.

.

.

"Kenikmatan dunia itu bersifat fana."

.

.

Ting!

Ting!

Aeera menggeliat ketika mendengar suara bel apartemennya. Dia meruntuki seseorang yang datang ke apartemennya disiang-siang hari seperti ini. Perempuan itu mencoba mengubah posisinya menjadi duduk dan menyender di sofa. Penglihatan yang kuning menjadi pemandangan utama saat matanya sudah terbuka dengan sempurna.

Dia menatap jam di dinding. Ternyata masih pukul 1 siang lewat. Sebenarnya dia sangat malas untuk melihat seseorang yang datang ke apartemennya. Tapi bunyi bel yang dipencet orang itu membuat telinganya berdengung. Belum lagi, dia sehabis tidur. Aeera merasa kepalanya akan pusing jika tidak membuka pintu apartemennya.

Tek!

Dia membuka pintu apartemennya. "Apa?" tanya Aeera dengan mata yang sayup-sayup tanpa menggunakan kacamata hitam. Dahi Aeera mengkerut ketika dia hanya melihat punggung tubuh seseorang di hadapannya.

Tubuh itu berbalik badan. Pupil Aeera membesar saat mengetahui siapa pemilik punggung yang kekar itu.

Saga tersenyum manis. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya berbasa-basi. "Ada yang ingin saya berikan padamu."

Aeera ingin menutup kembali pintu apartemennya, namun lebih dulu dicegah oleh Saga menggunakan kaki kanannya dicelah pintu tersebut. Perempuan itu berdecak. Dengan rasa malas, dia mendongak. "Apa yang Anda ingin berikan pada saya?"

Saga merogoh saku jaket yang dia pakai. Dia mengeluarkan sebuah kalung berwarna silver dengan lambang huruf 'H' yang ada ditangan Saga, setelah merogoh saku jaketnya. Aeera langsung terkejut. Tangannya bergerak memegang lehernya sendiri. Tidak ada kalung yang selalu dia pakai.

Saga sedikit melihat Aeera yang sedang menge-cek ke jenjang leher perempuan tersebut. "Kalung ini milik kamu, kan?" ungkap Saga seraya menggoyang-goyangkan kalung tersebut.

Aeera menghembuskan napas. "Apa yang Anda mau?"

"Berbicara dengan saya."

•••

"Saya tidak akan berbuat macam-macam pada kamu, karena saya masih menyayangi pekerjaan saya," tegas Saga yang sudah duduk di ruang tamu apartemen Aeera. Aeera sengaja menyuruh Saga masuk, karena dia malas untuk berpergian keluar dari apartemen. Apalagi kepalanya masih sangat pusing akibat pola makan dan tidur yang tidak teratur.

Saga sedikit memajukan tubuhnya. "Kamu sedang sakit?" tanyanya khawatir. Wajah Aeera terlihat sangat pucat. Bahkan bibir gadis itu sudah mengelupas.

Aeera menggeleng sebagai jawaban. "Apa yang ada ingin bicarakan pada saya?" Dia merasa aneh, kenapa polisi itu tiba-tiba datang ke apartemennya tanpa menelponnya dahulu. Lebih baik, Aeera yang datang ke kantor polisi, daripada harus bertemu di apartemennya.

"Sepertinya kamu sedang tidak baik-baik saja. Kamu sudah meminum obat? Bibir kamu panas dalam," cerocos Saga seraya mencoba meletakan telapak tangannya di dahi perempuan itu, untuk mengecek suhu badannya. Aeera menepisnya dengan decakan.

60 detik yang berhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang