PROLOG

64K 4.7K 131
                                    

Jika kalian menemukan cerita ini dalam keadaan yang sudah COMPLETED, tetap tinggalkan vote dan comment ya sebagai bentuk dukungan💕

.

Februari, 2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Februari, 2017

Tubuh ringkih itu terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajahnya yang pucat dan penuh luka. Di sampingnya, monitor masih menunjukkan garis dan bunyi teratur. Jantung yang berdetak, menandakan jika gadis itu masih hidup.

Malam hari, tepat saat jarum pendek jam menghimpit angka sepuluh, matanya yang beberapa jam ini telah terpejam, mulai mengerjap dan berusaha mencari secercah cahaya yang bisa membuat kesadarannya kembali pulih.

Namun, satu detik, dua detik, tiga detik, netranya masih urung menangkap cahaya.

Kegelapan itu membuat napasnya memburu. Ketakutan mampu dilihat dari kilatan matanya yang kosong. Peluh dingin mulai merambat kulit tubuhnya yang mendadak tegang. Gemeletuk yang tercipta dari giginya semakin menunjukkan jika gadis itu sungguh ketakutan.

"Zahra."

Panggilan wanita paruh baya yang baru memasuki ruangan itu tak dihiraukannya. Zahra masih berusaha mengejapkan mata sekali lagi, berharap hal baik mulai menghampiri.

Namun, nihil. Tidak ada warna selain hitam dari perspektifnya.

"Tolong ... takut! Di sini gelap ...."

Wanita tersebut mulai mengguncang tubuh ringkih itu dengan pelan. "Ra, kamu kenapa? Bunda di sini, Nak. Zahra lihat Bunda ... Bunda di depan kamu."

Namun, melihat anak perempuannya itu masih ketakutan dan mulai memukul-mukul kepala yang terbalut perban, ia dengan sigap menekan tombol darurat yang ada di samping ranjang.

"Dok ... Sus ... anak saya kenapa?" lirih wanita itu tatkala beberapa orang berbaju putih mulai memasuki ruang ICU dengan tergesa.

Wanita itu menyeret kaki untuk keluar dan disambut oleh suaminya di depan sana. Namun, setelah ia melihat sang dokter mulai menyuntikkan sesuatu pada tubuh Zahra demi membuatnya tenang, wanita itu lantas memegang dadanya yang terasa penuh.

Harapan baik yang terus dirapalkan pada gadis yang beberapa waktu lalu terkapar di aspal dengan genangan cairan merah mulai sirna begitu saja.

Zahra akan menghadapi hidup yang menakutkan setelah ini.

-Meeting Point-

Budayakan follow terlebih dahulu sebelum lanjut membaca:) tinggalkan vote dan komen juga sebagai bentuk apresiasi.

*

P L A Y L I S T

Untuk menemani kalian baca Meeting Point

(link spotify on my bio) or scan the code

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(link spotify on my bio) or scan the code

(link spotify on my bio) or scan the code

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

A/N

BISMILLAH

Ini cerita ketiga aku. Sesuai janji untuk membuat Spin off dari cerita "Impostor". Buat yang belum baca bisa dibaca dulu😉

Wdyt? Udah cukup penasaran?
Kalian nggak bakal pernah ngira Zahra punya masa lalu sekelam ini karena di lapak sebelah kalian fokus sama Nadia.

Berbeda dengan cerita Impostor, yang banyak sedihnya, untuk Meeting Point mungkin akan sedikit lebih banyak senangnya ><

Jadi ... maaf kalau mungkin akan too much gombalan keju di awal WKWK

Di sini nanti kalian akan bertemu dengan Zahra-Andra-dan karakter lain (include : Raga - Nadia).
Siapa kangen mereka?

See you on 1st Point

See you on 1st Point❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[20.02.2021]

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang