29th Point

10.6K 1.4K 93
                                    

Tepat pukul sembilan pagi, di sinilah mereka bertiga duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul sembilan pagi, di sinilah mereka bertiga duduk. Di warung makan yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Andra dirawat dengan isi kepala yang riuh oleh keputusasaan. Sementara itu, Zahra masih belum ditemukan. Keberadaannya pun sama sekali tidak bisa dilacak, karena ponsel gadis itu ada di tangan Nadia setelah Zahra sempat menitipkan malam itu.

"Ga, bilang sama gue kalau omongan dokter tadi itu nggak bener. Andra pasti selamat, 'kan?" tanya Satya dengan nada putus asa.

Lelah, lelaki beralis tebal itu memijit dahinya.

Ucapan dokter yang menangani Andra di depan ruang ICU tadi masih mengganggu pikirannya. Kata yang mengandung rasa takut untuk kehilangan itu membuat Satya tak henti-hentinya merapal sebuah harap sembari mengusap wajah frustrasi. Pun, dengan Raga dan Nadia yang merasakan hal serupa, sekalipun hubungannya dengan Andra tidak sedalam Satya.

Raga yang duduk di seberang lantas meletakkan teh manis hangatnya. "Kita berdoa aja, Sat. Bagaimanapun juga tetap Allah yang punya kuasa sama keselamatan Andra."

Di sampingnya, Nadia terus menunjukkan air muka pias acap kali mendapat pesan dari keluarga Zahra yang menanyakan kabar gadis itu. Nadia merasa, ia belum bisa menjadi teman Zahra yang baik selama ini. Pikiran buruk atas segala kemungkinan tentang keadaan Zahra terus memenuhi kepalanya.

"Nad ...."

Nadia mendongak tatkala Raga memanggilnya. Ia menautkan seutas senyum tipis, sebelum napas kembali lolos dari mulutnya tanpa sadar.

"Zahra tadi malam tidur di mana ya, Ga? Udah hampir dua belas jam dia nggak ada kabar," lirihnya.

Hal tersebut, membuat Raga dan Satya saling melempar pandangan selama beberapa saat. Lantas, Satya menepuk lututnya sekilas, sebelum membuat keputusan.

"Kita cari dia lagi."

"Kalian semalam belum tidur," sangkal Nadia. "Mending kita istirahat dulu aja di kos masing-masing, terus nanti agak siangan baru cari Zahra lagi."

Keduanya masih bungkam setelah mendengar ucapan Nadia. Mereka memang belum sempat pulang ke tempat tinggal masing-masing setelah semalaman penuh mencari keberadaan Zahra. Saran dari Nadia untuk memutuskan istirahat barang sejenak memang ada benarnya juga.

Satya dan Raga mengangguk mengerti, sementara Nadia lantas kembali membuka suara.

"Seenggaknya kalian jangan sampai sakit. Kita nggak butuh pasien lagi."

Dan saat itu pula Raga tersenyum samar. That's my girl!

*****

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang