27th Point

8.9K 1.3K 52
                                    

Sudah menjadi rutinitas bagi Departemen Seni Olahraga untuk selalu mengadakan liburan dadakan di sela kesibukan proker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah menjadi rutinitas bagi Departemen Seni Olahraga untuk selalu mengadakan liburan dadakan di sela kesibukan proker. Entah setiap tiga bulan sekali ataupun sekali selama masa kepengurusan. Terlebih kemarin malam, Kak Saras telah melemparkan ajakan liburan di grup internal Departemen Seni Olahraga. Jadi, di sinilah sekarang semua anggota--termasuk Zahra--berada. Tepat pukul tiga sore mereka semua tengah bersiap di kampus sembari memanggul ransel masing-masing.

"Nata serius lo mau ikutan kita?" tanya Fadlan sembari mempersiapkan peralatannya.

Zahra yang saat itu tengah membalas pesan dari orang tuanya di rumah lantas mendongak dan menghadap ke arah Nata, seolah ikut menunggu jawaban.

"Udah jadi rutinitas sih, Lan, kemarin gue yang ngizinin Nata ke nyokapnya," sahut Kak Saras.

Nata tergelak. "Thanks a lot, Kak. Aku emang selalu butuh orang yang punya peran penting biar dapat izin."

"Ya udah, yuk berangkat. Eh, Nino bawa mobil, 'kan?"

Kini, Kak Saras mulai beralih pada Nino, karena sesuai rencana sebelumnya, mereka akan pergi ke Puncak Bogor menggunakan dua mobil--milik Kak Saras dan Nino.

Namun, setelah seluruh pasang mata yang ada di sana menatap lurus pada lelaki itu, Nino justru menggeleng. "Lagi rewel, Kak. Harus nginep dulu di bengkel. Sorry banget, nih, nggak bilang. Dadakan banget tadi pagi soalnya."

"Harusnya tuh lo bilang dulu oncom! Ya kali, mau batal ... udah siap banget, nih," sahut Fadlan dengan tangan yang sudah bersiap menoyor kepala Nino.

Belum sempat Kak Saras kembali bersuara, Nata terlebih dahulu berkata, "Eh, Kak. Satunya pakai mobil aku aja nggak apa-apa. Aku bawa mobil kok ada di parkiran."

Yang diajak bicara terlihat menghela napas lega. "Ya udah biar nanti Nino yang nyetir, ya?"

Nino membeliak. "Eh, nggak-nggak! Nanti tiba-tiba gue masuk pesantren dadakan gara-gara nih mulut refleks bilang bismillah ratusan kali biar nggak lecetin mobil mahal."

"Yah ..., masa Nata bawa sendiri, sih?" tanya Kak Saras lagi.

"Nggak apa-apa, Kak," ucap Nata meyakinkan. Gadis itu beralih menghadap Zahra. "Hmm, Ra, mau ikutan mobil gue aja nggak? Biar gue ada temen ngobrol."

Zahra mengangguk. "Boleh, sih, nggak apa-apa."

"Oke. Berarti gue, Kak Saras, Elsa, sama Nino naik mobil Kak Saras. Terus Nata, Zahra sama barang-barang kita biar di mobil Nata." Fadlan memastikan.

"Ya udah, bisa langsung berangkat sekarang. Yuk, keburu malam nanti."

Setelah ajakan dari Kak Saras, mereka berlima mengangguk dan berjalan menuju parkiran sembari membawa beberapa bawaan masing-masing. Rombongan yang akan menaiki mobil Kak Saras sudah berjalan jauh di depan, sementara Nata dan Zahra menghentikan langkah karena Nata berkata kepada Zahra jika ia ingin ke toilet terlebih dahulu.

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang