7th Point

11.8K 1.6K 83
                                    

"Ya elah, No

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya elah, No. Itu makan siomaynya bisa kali di luar aja. Baunya nyebar, nih!" Elsa yang baru masuk ke ruang sekretariat bersama Nata di belakangnya tiba-tiba menatap sengit Nino--teman satu departemennya--yang saat ini sedang duduk melingkar bersama Zahra dan Fadlan.

Zahra hanya bisa melongo mendengar Elsa melontarkan ucapan tersebut, walaupun tidak bisa dipungkiri ia setuju dengan perkataan gadis itu. Ruang sekretariat yang ber-AC membuat aroma makanan berat berbumbu semacam siomay mudah sekali menyebar hingga mengalahkan pengharum ruangan.

Elsa melirik ke arah Kak Saras--Ketua Departemen Seni Budaya--yang masih sibuk memeriksa file di laptop. Ia berdeham sejenak, lalu kembali melempar tatapan sengit pada Nino sebelum rapat internal benar-benar dibuka oleh Kak Saras.

"Ngapain, sih, Sa. Kok, lo yang sewot? Gue makan siomay juga duit gue sendiri. Lebay, ah!" balas Nino tidak terima.

Elsa membuka matanya lebar-lebar. "Keluar enggak?"

"Enggak!"

Gadis yang rambutnya digelung menggunakan jepitan itu berdecak. "Keluar!"

"Enggak!"

Zahra sontak ingin memekik dan menghentikan perdebatan teman organisasinya itu, ketika tiba-tiba Kak Saras mulai bergabung dengan mereka sambil membawa laptop di tangannya.

"Kita mulai sekarang, ya, Guys!"

Suara dari gadis berkacamata itu mampu membuat perdebatan Elsa dan Nino terhenti.

"Alhamdulillah ...,"  ucap Zahra, Nata dan Fadlan hampir bersamaan.

"Eh, tumben kalian semangat rapat. Biasanya si Fadlan aja suka molor di pojokan tiap Bang Iyal lagi ngoceh di depan pas rapat," ucap Saras takjub sambil menyeret nama Ketua BEM Fakultasnya itu.

Fadlan mengangguk mantap. "Ya habisnya, lebih mending dengerin merdunya suara Kak Saras daripada denger suara cempreng dari duo sedeng ini!"

"Lo nyindir gue, Lan?" Elsa memutar wajahnya ke arah Fadlan tidak terima.

"Sa, udah ... kalian mau pulang jam sembilan malam?"

"Maaf, Kak. Silakan dimulai rapatnya," ucap Elsa sambil tersenyum canggung.

Saras mulai membuka rapat internal Departemen Seni Budaya yang berlangsung secara informal ini. Rapat internal kali ini, difokuskan pada kegiatan art therapy yang merupakan program kerja baru hasil gebrakan Ketua BEM Fakultas periode ini.

Art therapy adalah suatu bentuk proses penyembuhan yang dilakukan dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif, di mana seseorang diharapkan mampu mengekspresikan diri, baik secara fisik, mental, dan emosional.

"Jadi, untuk proker art therapy memang proker baru dari grand design Ketua BEM Fakultas periode ini." Gadis berkacamata klasik rambut sebahu itu terlihat sesekali melirik laptop di pangkuannya. "At least, untuk kelompok seni yang diajak bermitra pun, enggak perlu yang ribet-ribet biar bisa dibuat evaluasi tahun depan. Dari UKM Seni kampus kita juga boleh."

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang