2nd Point

23.6K 2.4K 118
                                    

Pagi ini, tampak ada yang berbeda dari pria di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, tampak ada yang berbeda dari pria di depannya. Andra hanya diam sembari mengaduk makanannya tanpa minat, mengabaikan papanya yang sejak kemarin malam hanya diam, seolah tidak terlalu mengharapkan kepulangannya.

Pria itu mendongak ketika merasa ada yang memperhatikan. Pandangannya langsung bertemu dengan Andra. Mereka hanya saling tatap sama lain, hingga akhirnya pria tersebut yang membuka suara terlebih dahulu.

"Kamu hari ini ikutan aksi?"

Sultan Wiguna dengan segala sikap keras kepalanya, menatap laki-laki di depannya dengan sorot mata beribu makna. Sementara, yang ditatap lantas mengembuskan napas kasar, karena tahu arah pembicaraannya akan ke mana.

"Apa Papa masih peduli sama urusan Rafa?"

Pria paruh baya itu mengernyit, diam selama beberapa saat dan kembali menunduk untuk melanjutkan sarapannya. "Nggak usah lah ikut-ikutan hal yang nggak berguna," ucap Sultan pada akhirnya.

"Nggak berguna?" Andra meletakkan sendoknya yang sama sekali belum ia gunakan untuk makan. "Gimana bisa Rafa diam aja ngelihat masyarakat yang terancam menderita dengan adanya undang-undang itu?" tanya Andra tak kalah tajamnya.

"Bukan berarti Rafa anak anggota DPR ... Rafa juga harus ikut tutup mulut dan angkat tangan soal ini kayak Papa," ucap Andra final, sebelum menyambar almamater yang terletak di sampingnya.

"Raf ...."

"Kalau Papa malu anaknya ikutan demo, tenang aja. Rafa juga jarang, kan, pulang ke Bekasi? Itu kenapa Rafa minta kos aja daripada harus tinggal berdua sama Papa, tapi kita diem-dieman kayak semalam."

Andra diam sejenak seraya menghela napasnya selama beberapa kali, lalu meraih gelas di depannya dan menandaskan dalam sekali teguk. Ia mengabaikan ucapan papanya dan segera beranjak dari duduknya.

"Rafa berangkat, Pa. Assalamualaikum."

*****

Lelaki beralmamater biru tua itu bersyukur memiliki sifat keras kepala yang membuatnya menentang larangan sang papa untuk turun ke jalan. Walaupun ia tidak terlalu menjamin semua aman, tetapi keinginan untuk menyampaikan aspirasi mengalahkan segalanya.

Jika saja ia memilih untuk patuh dengan papanya, Andra pun sudah pasti tidak akan pernah bertemu dengan Zahra--gadis yang baru ditolongnya keluar dari kekacauan di tempat aksi.

Gadis yang alih-alih tersipu karena ucapan manis darinya, tetapi justru menggelengkan kepalanya samar. "Bisa banget ya, ngomongnya. Jadi bener kata Satya sama Raga kalau lo womanizer?"

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang