26th Point

9K 1.3K 60
                                    

Jika bukan karena masalah organisasi, Zahra akan memilih berdiam diri di kamar indekosnya yang tidak seberapa luas alih-alih duduk diam di dalam ruangan pertemuan dalam keadaan yang campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika bukan karena masalah organisasi, Zahra akan memilih berdiam diri di kamar indekosnya yang tidak seberapa luas alih-alih duduk diam di dalam ruangan pertemuan dalam keadaan yang campur aduk. Dua minggu berlalu semenjak perdebatan yang berujung perpisahan antara dirinya dan Andra, kini Zahra kembali melihat sosok itu lagi di ruangan yang sama.

Ingatannya jatuh saat Andra bercerita tentang program kerja departemennya untuk melangsungkan program kerja BEM Visit dengan BEM FKM-UI.

Zahra mampu menangkap gerakan Andra yang masih bersikap seperti biasanya. Tetap percaya diri dengan senyum ramah yang begitu mengembang, seolah tidak terusik dengan keberadaannya di sini.

Sementara Zahra, gadis itu sebisa mungkin untuk mengalihkan pandangan ke sisi lain. Dua minggu berlalu, nyatanya belum cukup membuat Zahra mampu menatap mata Andra tanpa peduli dengan apa yang telah terjadi di antara mereka.

Terlebih, Zahra menyadari jika dengan secara blak-blakkan anak BEM Zenius tengah memandang ke arahnya, lalu tersenyum geli kepada Andra yang masih bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Zahra yakin, sebelum mereka memiliki masalah yang mengharuskannya berpisah dengan Andra, lelaki itu pasti juga terang-terangan mengaku kepada temannya jika ia sedang dekat dengan anak BEM FKM-UI--dirinya.

Saat sesi sharing antar departemen, Zahra justru tidak bisa menahan diri untuk tidak terlihat lemah hanya karena melihat gelagat Nata yang selalu mencuri pandang ke arah Andra. Jiwa Zahra berteriak jika ia tidak akan mempermasalahkan hal tersebut, tetapi entah kenapa yang ia lakukan sekarang justru mencondongkan tubuhnya kepada Kak Saras--Kepala Departemennya--untuk meminta izin pergi ke toilet.

Zahra tahu tindakannya untuk mengesampingkan keperluan kelompok daripada masalah pribadi tidak dibenarkan. Namun, mengingat apa yang telah Andra lakukan kepadanya, membuat Zahra tidak mampu bertahan di posisinya yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat duduk lelaki itu.

Ia sempat melirik ke arah Elsa yang seolah menyadari perubahan ekspresinya, dilihat dari tatapan Elsa yang sorot yang akan kekhawatiran. Namun, Zahra hanya mengurai senyum tipis dan menepuk pundak Elsa sekilas sebelum benar-benar meninggalkan ruang pertemuan.

Zahra mengayunkan kaki menuju toilet perempuan yang berada tidak jauh dari ruang pertemuan. Gadis itu melangkah dengan cepat masuk ke salah satu bilik--satu-satunya tempat yang Zahra pilih untuk membiarkan segala pertahannya runtuh. Ia menangis dalam diam sampai ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk dari Elsa.

Elsa
Ra, lo baik-baik aja?

Kalimat tersebut layaknya sebuah perintah yang membuat Zahra terdorong untuk semakin terisak. Dengan sisa-sisa tenaganya, gadis itu lantas mengirim balasan.

Azzahra
I'm fine. 5 minutes ya.

Setidaknya Zahra berharap ia mampu lebih tenang--sekaligus merapikan penampilannya agar tidak berantakan dalam waktu lima menit.

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang