6th Point

12.6K 1.6K 60
                                    

Zahra tidak tahu pasti apa yang ia rasakan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra tidak tahu pasti apa yang ia rasakan sekarang. Perasaan yang dulu pernah menghantui kembali berkelana di kepalanya. Gadis itu meraih celery juice di kulkas indekos, lalu masuk kembali ke kamar dan menandaskannya dalam sekali teguk.

Ia beralih melirik layar laptop yang menampilkan laman google document kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Seiring embusan napas berat yang lolos dari mulutnya, Zahra kembali merutuki tugas tersebut.

Harapan Zahra untuk dimudahkan pada tugas kali ini mendadak sirna, karena ia belum beruntung saat di-ladder. Mendapatkan pembagian tugas pada BAB pembahasan adalah yang paling dihindari oleh para mahasiswa. Selain karena kesulitan bagaimana mengolah data yang didapat, juga harus paham betul apa yang disampaikan sehingga tidak menjadi bumerang saat presentasi nanti.

Lamunan Zahra terhenti karena tiba-tiba ponselnya bergetar dan sebuah nama telah memenuhi layarnya yang menyala.

Rafandra sent you a message.

Ia harus kembali menelan ludahnya kasar saat melihat berapa banyak pesan dari lelaki itu yang sudah diabaikannya seharian.

Rafandra
Za di kos, kan? Aku di depan.

"Hah?"

Zahra harus mengerjapkan matanya berulang kali, karena merasa salah dengan lelaki ini. Ini panggilan Za yang ditujukan buat gue beneran, kan? Bukan ceweknya?

Rafandra
Za dibales juga dong ... jangan di-read aja:( banyak nyamuknya nih

Zahra
Eh, iya sebentar, Ndra.

Zahra tidak menyangka Andra benar-benar merealisasikan pesannya. Setelah membuka gerbang indekosnya, ia disuguhkan oleh kehadiran lelaki yang sedang duduk di atas motornya dalam keadaan yang sangat rapi. Jaket bomber army, kaos abu misty, dan aroma parfum--yang Zahra duga--adalah perpaduan antara wood and musk lagi-lagi mendobrak masuk ke hidungnya tanpa permisi.

"Hei," sapa lelaki itu membuat Zahra yang masih berdiri sekitar jarak satu meter refleks mengerjap.

"Hai, Ndra. Sorry, ada apa malem-malem ke sini?"

Andra tidak menjawab. Ia hanya memberikan seulas senyum tipis kepada Zahra. "Ganti baju dulu, gih, Za. Kamu nggak akan keluar pakai piyama gitu, kan?"

"Hah? Suddenly?"

Andra mengangguk. "Aku takut kamu nggak sempet makan malam, soalnya balas chat-ku aja nggak sempet."

Menyadari apa yang baru ia lewatkan, Zahra hanya bisa tersenyum kikuk. Kakinya perlahan melangkah mundur, menghindari tatapan Andra yang semakin mengintimidasi.

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang