23rd Point

8.6K 1.3K 25
                                    

Zahra duduk di bangku panjang yang terletak di halaman indekosnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra duduk di bangku panjang yang terletak di halaman indekosnya. Alih-alih menatap manik mata Andra yang bagaikan candu baginya, ia memilih melayangkan pandangan pada beberapa tanaman monstera di sekitarnya.

Andra pun melakukan hal yang sama. Lelaki itu cenderung lebih banyak diam. Tidak ada lagi rayuan atau kata-kata manis yang Zahra dapatkan selama beberapa menit mereka duduk diam seperti ini.

"Kamu marah sama aku, Za?" Dengan nada bicara yang masih tenang, Andra mulai memecah keheningan.

Zahra tersenyum tipis. "Buat apa aku marah sama kamu? Kamu, kan, nggak salah," ucap Zahra berbohong, karena dadanya terasa pilu seiring dengan kalimat tersebut keluar dari mulutnya.

"Aku rasa kita udah sama-sama paham masalah apa yang sekarang terjadi sama kita."

Zahra memilih diam. Ia sama sekali tidak mampu membalas tatapan Andra yang saat ini sedang terarah lekat kepadanya.

"Say it. Apa yang ngeganggu pikiran kamu selama ini? Kalau kamu memang butuh penjelasan."

Zahra memejamkan mata kuat-kuat sebelum membuka suaranya kembali. "Do you still love her?"

Pertanyaan sama dengan yang ia lemparkan kepada Nata kemarin sore, kini Zahra tanyakan lagi kepada Andra.

Andra menggeleng. "No. Oke, aku pernah suka sama dia. Tapi itu dulu dan sekarang aku udah nggak ada rasa lagi sama dia."

"But, you know that she loves you."

"I know."

"Kenapa kamu nggak bilang?" tanya Zahra dengan nada kecewa, sekalipun dia telah berusaha menahan diri untuk tetap tenang.

"Ya karena perasaanku udah selesai sama dia, Za."

Alih-alih merespons jawaban dari Andra, Zahra melemparkan pertanyaan lain. "Pacaran kamu yang serius kapan, Ndra? I mean, pacaran yang lama."

Ekspresi Andra yang sebelumnya masih terlihat tenang, kini berubah dingin. "Zahra, are you seriously asking me the question? Ngapain kamu tanya pertanyaan yang sebenarnya kamu udah tahu sendiri jawabannya?"

"Jawab aja, Ndra!"

Andra menggelengkan kepalanya mantap. "No, Za. Buat apa? Hanya untuk make sure ucapan Naudita yang bilang kalau kita pernah pacaran zaman SMP? Kalau aku jawab pacaranku serius yang terakhir adalah zaman SMP, kamu juga pasti akan ngeraguin perasaanku lagi, kan? Jadi, aku harus lakuin apa lagi biar kamu percaya sama aku?"

Baru kali ini Zahra mendengar suara penuh jerit putus asa dari Andra. Lelaki yang tengah menatapnya lekat itu sama sekali bukan sosok ekspresif seperti biasanya. Zahra menghela napasnya panjang.

"Kenapa setelah pertemuan kita di mal waktu itu kamu nggak cerita, Ndra?"

Andra masih menatap Zahra dingin. "Balik lagi ke jawaban awal, Za. Karena hubungan kita di masa lalu udah selesai. Dan nyeritain semua masa laluku itu bukan termasuk rencanaku selama ini karena aku tahu, kamu pun nggak peduli sama masa lalu orang."

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang