Selama seminggu terakhir, Zahra dan Andra tidak bertemu. Selain karena Andra ada kegiatan kampus di luar kota, Zahra pun harus mengurus deadline tugas-tugas kuliahnya yang nyaris membuat gadis itu menyerah.
Jika saat SMA dulu ia selalu berekspetasi kehidupan di kampus itu menyenangkan layaknya sinetron yang sering ditonton oleh sang bunda, sekarang Zahra akan melawan argumen itu habis-habisan. Baginya, kehidupan masa sekolah adalah yang paling menyenangkan. Di sekolah, pelajaran satu bab materi saja membutuhkan waktu berminggu-minggu. Namun, saat kuliah, Zahra dituntut memahami satu bab dalam satu kali tatap muka.
Hal tersebut, membuat Zahra harus memaksa otaknya untuk menerima tujuh bab materi setiap akan ujian semester. Tugas kuliah pun terkadang deadline-nya tidak masuk akal. Siang hari presentasi dan baru diberi masukan oleh dosen tentang hal yang perlu direvisi, tepat jam dua belas malam revisi itu harus segera dikumpulkan kembali melalui email dosen.
Zahra yang malam itu baru saja menyelesaikan tugasnya yang akan dipresentasikan besok, lantas mengalihkan atensi pada benda pipih yang ia letakkan di samping laptop. Sembari melemaskan otot-otot yang terasa kaku, gadis itu membuka layar kuncinya.
Rafandra
It's been a week, right?
Wanna come with me?
*send pict*Zahra menyempatkan melihat foto yang dikirimkan kepada Andra sebelum ia membalasnya. Sebuah poster acara job fair yang akan digelar akhir pekan ini. Tidak butuh waktu lama, Zahra langsung menyetujuinya.
Azzahra
Okay, thanks infonya.Rafandra
Kenapa formal banget sih, Za? wkwkwAzzahra
Kebanyakan nulis makalah haha. Dichat jadi ikutan refleks pake bahasa yang baik dan benarRafandra
Istirahat, Za. Selamat tidur yaZahra tersenyum sebelum ia meletakkan kembali ponselnya. Enam bulan lamanya ia dekat dengan Andra, Zahra sudah sangat paham karakter lelaki itu. Andra bukan tipikal lelaki yang lebay dalam memperlakukan seorang perempuan. Bagi Zahra, sekalipun lelaki itu selalu melontarkan kalimat gombalan yang terkadang garing, Andra memiliki kebiasaan lain yang sepertinya lelaki itu sendiri tidak sadar telah melakukannya.
Seperti halnya saat Andra berjalan ia selalu di sisi kanan, atau saat Zahra mengambil barang yang ada di bawah meja lelaki itu selalu sigap menahan ujung meja alih-alih ikut bersimpuh layaknya adegan di sinetron. Selain itu, Andra juga bukan tipikal lelaki yang wajib mengirim pesan dan berkabar setiap menit. Mereka akan lebih memilih bertemu daripada menghabiskan waktu menatap layar ponsel seharian.
That's all that matter.
Tindakan-tindakan kecil itulah yang membuat Zahra sangat kagum dengan Andra sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting Point (COMPLETED)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2021 Kategori New Adult] - Campus Series #2 Sejauh ini, tidak ada yang tahu jika Azzahra Safa Alsaswita menyimpan banyak rahasia di balik senyum merekah dan matanya yang berbinar. Berbekal dengan lensa kontak yang terus melekat di m...