11th Point

9.9K 1.5K 32
                                    

Kaki jenjang Zahra yang terbalut highwaist jeans hitam menginjak halaman rumah berlantai dua di depannya dengan ragu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki jenjang Zahra yang terbalut highwaist jeans hitam menginjak halaman rumah berlantai dua di depannya dengan ragu. Rambut panjangnya sengaja ia ikat satu ke belakang, menyisakan helaian poni yang menutupi dahi. Gadis bermanik cokelat itu terlihat sangat manis hingga membuat Andra yang baru saja menutup pintu taksi enggan melepaskan pandangannya sedikit pun.

Keduanya memang memutuskan untuk menempuh perjalanan dengan KRL, karena bisa dipastikan akan pulang larut dan Andra tidak mungkin membiarkan Zahra terkena angin malam di atas motornya.

"Ndra, nggak ada kenalan lain? Harus banget Mama kamu?"

"Kenapa, sih, panik gitu? Bukan Zahra-nya aku, nih, kalau gugup ketemu orang baru."

Zahra menghela napasnya panjang. "Ndra ... ini bukan sekadar ketemu temen baru yang seumuran dengan kita atau sesama mahasiswa, loh. Mama kamu tahu aku ikutan?"

"Nggak, aku nggak bilang. Mama suka heboh soalnya. Nanti yang ada kamu malah nggak nyaman kalau udah disambut kayak lagi kondangan."

"Nanti kalau mama kamu tanya aku itu siapa gimana? Santai banget, sih, kayak nggak ada beban."

"Ya udah, tinggal dijawab. Kamu mau aku jawab apa?"

"Teman. Kita emang temenan, 'kan?"

"But, friends don't do the things we do, Za," ucap Andra sambil tersenyum simpul sebelum merengkuh pundak Zahra dan mengajaknya masuk.

Zahra hanya bisa menghela napas panjang dan tidak menyangkal jika ia nyaman ada di posisinya sekarang. Gadis itu mendongak tatkala Andra kembali bersuara, setelah lelaki itu menekan bel yang ada di samping pintu.

"Harusnya, sih, mama sekarang udah pulang." Andra melirik jam di tangannya yang bebas.

Sesaat setelahnya, pintu di hadapan mereka terbuka. Sosok wanita paruh baya yang baru saja muncul itu sempat terkejut sebelum seutas senyum terbit di wajah cantiknya.

"Capek, Nak? Masih seger?" tanya Marisa kepada Andra yang hanya bisa menyembunyikan senyum.

Andra menyambut uluran tangan Marisa sopan. "Alhamdulillah ... Ma, ada yang mau minta bantuannya, nih."

Zahra mengejap, lantas menyalami wanita di depannya dengan senyum lebar. "Sore Tante, saya Zahra, hmm ...." Zahra melirik ke arah Andra sekilas. "Temennya Rafandra. Maaf saya ke sini nggak bawa apa-apa, tapi tiba-tiba malah minta tolong."

"Aduh ... nggak usah bawa apa-apa aja Tante udah seneng bisa bantu kamu."

Melihat senyum lebar dari wanita di depannya, Zahra mengangguk. "Terima kasih banyak, Tante."

Marisa menggeleng cepat. "Tante yang makasih, karena kamu yang secantik ini mau-mau aja digandeng sama Rafa dateng jauh-jauh ke sini. Masuk dulu, Nak."

Zahra mengangguk. Ia menyempatkan melirik Andra sebelum kakinya melangkah masuk.

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang