13th Point

8.9K 1.4K 38
                                    

Andra masih terpaku di depan sebuah unit apartemen setelah ia menekan bel, menunggu hingga sang empu membukakan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andra masih terpaku di depan sebuah unit apartemen setelah ia menekan bel, menunggu hingga sang empu membukakan pintu. Sesaat setelahnya, pintu terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang tengah menyugar rambut basahnya karena keringat. Sepertinya lelaki itu baru selesai olahraga.

"Lo nggak ada kerjaan banget, ya, malem-malem ke sini?" tanya Raga kesal sambil berjalan menuju meja makan, mengabaikan Andra yang memilih mengikuti dari belakang.

Andra masih menatap Raga yang tengah meraih gelas dan water jug di meja, sebelum akhirnya berkata, "Gue nginep di sini, ya, malem ini?"

Gerakan Raga menuang air ke gelas terhenti dan segera membeliak. "Nggak! Apa-apaan .... Kos lo nggak ada jam malamnya, kan? Ngapain nginep di sini?"

Ada hening yang cukup lama setelah Andra hanya membalasnya dengan kekehan kecil. Waktu itu digunakan Raga untuk meneguk air yang baru ia tuang.

"Gue ketemu Nadia."

Andra memilih berkata nama gadis itu terlebih dahulu, sebelum berlanjut cerita tentang seseorang di masa lalunya.

"Oh," gumam Raga pelan setelah ia baru saja menandaskan minumnya.

Andra yang melihat respons temannya itu lantas berdecak dan segera berdiri untuk mengampiri Raga. "Bener kata lo, dia tipe-tipe superwoman dan independent gitu lah menurut first impression gue."

Raga masih diam dan memilih bersikap acuh pada perkataan Andra. Tidak menyerah, Andra terus melancarkan aksinya dengan melemparkan ucapan-ucapan diplomatis penyemangat agar lelaki di depannya itu mau bergerak kembali untuk memperjuangkan Nadia.

Namun, karena Raga adalah lelaki penganut rasa gengsi nomor satu yang pernah Andra kenal, saran-sarannya justru dipotong lelaki itu untuk membahas ujian OSPE-OSCE mereka yang akan dilaksanakan besok.

"Sialan, lo!"

Raga sontak menyemburkan tawa melihat respons Andra. Setelah beberapa saat keduanya membisu dan hanyut dalam pikiran masing-masing, Andra terlebih dahulu membuka suara.

"Gue juga ketemu Naudita tadi."

Raga mendongak. Nama itu baru saja ia ketahui di akhir semester lalu, tetapi nyatanya Raga pun bisa menangkap dampak besar sosok tersebut bagi teman di depannya. "Dita mantan lo zaman SMP? Kok, bisa?"

Andra tersenyum miris. "Naudita temen kampus Zahra, satu organisasi."

"Terus lo tadi ketemu Naudita pas sama Zahra? Gimana respons mereka kalau tahu lagi terjebak di cowok yang sama?"

Lelaki berlesung pipi itu menggeleng. "Gue ketemu Naudita di luar kafe, karena tadi gue pulang duluan dan nggak bareng Zahra. Jadi mereka berdua belum ada yang tahu."

Raga menatap mata Andra dengan tajam. "Terus sekarang rencana lo apa?"

Andra menggeleng. "Nggak tahu. Ini bener-bener unexpected banget, Ga. Walaupun gue nggak tahu Dita masih punya perasaan yang sama kayak dulu atau enggak ... walaupun sekarang hati gue udah sepenuhnya buat Zahra ... gue masih belum paham sebenernya apa yang Tuhan rencanain sama gue ke depannya."

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang