Andra melepas airpods yang menyumpal telinganya begitu saja. Lelaki itu mendengus setelah melakukan banyak kesibukan, tetapi nyatanya ia tidak mampu mengatur perasaannya agar sedikit tenang. Di depannya, dua laki-laki tengah menatapnya intens--antara prihatin dan mengejek.
"Gue kesel sama lo yang kayak tai gini, Ndra! Sumpah," celetuk Satya sembari menyesap kembali americano-nya.
Andra bergidik sekilas melihat minuman pesanan Satya. Lelaki di depannya itu memang selalu mencari menu americano setiap mereka sedang di gerai kopi seperti ini.
"Nggak bosen tuh minuman americano terus?"
"Udah paten buat gue, Ndra. Pahit-pahit gini bikin gue lebih bugar alias nggak loyo kayak lo. Ya nggak, Ga?" Satya beralih menghadap Raga, sementara Raga lantas menganggukkan kepala.
"Grow up, Ndra! Lo sendiri yang kemarin-kemarin nyemangatin gue. Lah, sekarang ... sejak kapan buaya darat berubah jadi jentik-jentik nyamuk gini?"
"What the--gue disamain kayak jentik nyamuk!" sahut Andra tidak terima.
Satya--sebagai orang yang humornya paling receh--tidak henti-hentinya menyemburkan tawa, membuat Andra seketika berdecak.
"Nadia tadi bingung nyari jentik-jentik nyamuk buat praktikum pengamatannya. Sorry, sorry kebawa!" jelas Raga.
Lagi-lagi arah pembicaraan mereka kembali mengingatkan Andra pada Zahra. Ia pun menyadari, hal tersebut adalah susahnya memiliki hubungan romansa di satu circle pertemanan. Melihat Raga yang hubungannya kini telah membaik dengan Nadia, membuat Andra diselubungi rasa iri. Namun, setelahnya lelaki itu tersenyum samar karena sadar mungkin itu yang juga dirasakan Raga tatkala melihatnya dekat dengan Zahra di saat hubungan Raga dan Nadia sedang di ujung tanduk kala itu.
Andra mengembuskan napas tanpa sadar. Ia tidak pernah bersikap melankolis seperti ini, hanya karena dirinya sedang memiliki masalah dengan perempuan. Sepanjang sejarahnya dia berkuliah di Zenius, Andra akan bersikap santai sekalipun pagi harinya ia baru saja mencampakkan seorang perempuan.
Mungkin itu yang dinamakan karma.
Sekarang karena Azzahra, Andra justru memasang wajah kusut dan tidak bersemangat lagi hanya karena saat memesan tadi, ia melihat menu yang selalu Zahra pesan. Se-mudah itu.
"Nggak usah belagu lo pada! Mentang-mentang sekarang lagi mode bucin sama ceweknya."
"Jangan iri dengki, Bos! Iri penyakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting Point (COMPLETED)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2021 Kategori New Adult] - Campus Series #2 Sejauh ini, tidak ada yang tahu jika Azzahra Safa Alsaswita menyimpan banyak rahasia di balik senyum merekah dan matanya yang berbinar. Berbekal dengan lensa kontak yang terus melekat di m...