4th Point

16.1K 2K 130
                                    

Zahra menatap lalu lalang penumpang lain yang sedang melintas secara bergantian di dalam kereta dengan bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra menatap lalu lalang penumpang lain yang sedang melintas secara bergantian di dalam kereta dengan bosan. Dalam perjalanan seperti ini, ia biasanya selalu membawa buku bacaan untuk membantunya membunuh rasa bosan. Namun, karena ia melupakannya, Zahra hanya bisa menyumpalkan earphone di kedua telinga dan mendengarkan lagu dalam metode acak.

Gadis itu kini telah berada di dalam KRL yang akan membawanya ke Depok, setelah ia menempuh perjalanan dari Sukabumi ke Bogor beberapa jam yang lalu. Seiring dengan suasana gerbong beraroma apel yang semakin dingin, helaan napas kasar lolos dari mulutnya.

"Lho? Zahra?"

Zahra spontan melepas earphone-nya dan terkejut setelah melihat siapa yang berdiri di depannya. "Andra?"

"Hei! Enggak nyangka kita ketemu lagi di sini."

Dengan nada yang masih terkejut, Zahra menggeser tubuhnya dan mempersilakan Andra duduk di sampingnya. "Lo asli Bogor?"

Zahra sudah menduga, jika Andra bukan penumpang yang tengah berganti kereta seperti dirinya, karena tampilan Andra masih terlihat segar dan tidak tersirat raut keletihan seperti telah menempuh perjalanan. Bahkan, aroma apel gerbong kereta telah dikalahkan oleh parfum lelaki itu.

"Kebetulan selalu nomaden dan sekarang nyokap tinggal di Bogor. Bisa dibilang homebase gue di Bogor, lah, ya." Andra tersenyum kecil. "Lo sendiri dari Bogor atau ...?"

Zahra yang semula manggut-manggut, lantas tersenyum. "Dari Sukabumi. Bisa dilihat, lah, tampilan gue udah kucel kayak gini ... yang jelas gue bukan dari Bogor."

"Kucel dari mana, sih, Za? Masih cantik, kok. Banget malah."

Zahra hanya tersenyum simpul setelah mendengus. Sementara Andra, sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. "Buat nemenin biar nggak bosen. Gue, sih, mau-mau aja nemenin lo ngobrol. Tapi, kayaknya akan terlalu memancing perhatian penumpang lain, deh."

Lagi-lagi Zahra mengernyit. "Wajah gue emang kelihatan se-transparan itu, ya?"

Andra mengangkat kedua pundaknya, sementara bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman yang khas. "Agak berat, sih, konflik masalahnya. But, I hope you enjoy this book."

Zahra menilik blurb buku berjudul 'Atomic Habbits' karya James Clare tersebut sekilas dan kembali tersenyum lebar. Ia sama sekali tidak menyangka seorang Andra dengan segala ekspresi yang menyebalkan ketika melontarkan gombalan juga memiliki selera bacaan yang bagus.

"Bacaan lo bagus," ujar Zahra dengan tulus sambil menatap ke arah Andra yang melakukan hal serupa. "Kebetulan gue belum sempat baca juga. Thank you, Ndra."

"You're welcome, Za. Gue emang selalu bawa buku kalau lagi naik kereta. Tapi, sekarang kayaknya ada yang lebih butuh daripada gue," terang lelaki itu sambil tersenyum. "Baca aja, Za. Gue juga sekarang nggak terlalu bosen, karena sebelahan sama lo."

Meeting Point (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang