Mobil yang disetir oleh Emilia hampir saja oleng saat tiba-tiba pusaran hitam besar mewujud di tengah jalan di depan kendaraan mereka. Ibu Yustas itu berhasil menghindari pusaran hitam itu dengan membanting setir ke kiri hingga mobilnya terhenti menabrak pembatas jalan. Tiba-tiba saja seorang lelaki terlempar keluar dari pusaran hitam dan mendarat di kap mobil, membuat anak-anak berteriak kaget.
Emilia otomatis turun dari mobil, diikuti oleh anak laki-lakinya. Dirga tetap duduk di kursi belakang bersama Hayu dan Liana yang menjerit ketakutan.
"lingkaran itu yang aku lihat kemarin." Ucap Dirga pada Hayu.
"Lia, kamu bisa lihat di depan itu ada apa?" Tanya Hayu.
Liana yang kini gemetar ketakutan berbisik pelan, "Iya ... aku lihat pusaran hitam atau apapun itu."
Hayu sedikit panik, jika pusaran hitam seperti itu sampai terlihat oleh Liana, berarti pusaran itu memiliki energi yang kuat. Beruntung mereka sedang melewati jalan raya pedesaan yang jalan dilewati orang. Kejadian ini pasti akan membawa banyak pertanyaan untuk orang-orang biasa.
Saat Emilia dan Yustas menolong lelaki tadi, dari pusaran itu tiba-tiba ada seseorang lagi yang terlempar, kali ini dia langsung jatuh di aspal. Begitu lelaki kedua mendarat di tanah, pusaran hitam itu menghilang.
Hal yang paling menakutkan dari adegan itu adalah, saat keduanya mulai tersadar dan langsung beranjak berdiri dengan bahasa tubuh yang menunjukkan mereka sedang mempertahankan diri dari Emilia dan Yustas.
Hayu baru menyadari kalau dua lelaki itu memakai balutan kain yang menutupi bagian atas badan mereka dengan celana pendek selutut dilapisi dengan kain yang dililitkan memutari pinggang.
Kedua lelaki itu sedikit tenang saat Emilia mengangkat kedua tangan dan menahan Yustas agar tidak berdiri di tengah.
"Tolong tenanglah, kami tidak berniat menyakiti kalian." Ucap Emilia pada kedua lelaki yang terlihat identikal itu.
"Di mana ini?" Tanya lelaki yang ada di kiri.
"Kalian ada di kerajaan Nagaragung." Jawab Emilia masih tenang. "Saya tidak bermaksud menyakiti kalian." Tambahnya dengan nada lebih tenang.
"Kalian tadi tiba-tiba jatuh ke sini melewati semacam pusaran hitam ... Jadi coba kalian ingat-ingat apa yang kalian alami sebelum terjatuh atau apapun itu."
Kedua lelaki kembar itu saling bertukar pandang lalu menoleh ke belakang mereka. Salah satu yang berdiri di kanan mengumpat, "Sial! Kita dikhianati."
Lelaki yang di kiri bergumam dalam bahasa yang tidak dikenali Emilia. "Jadi ... apakah kalian kaum perubah wujud juga?" Tanya Emilia dengan suara yang dipelankan.
Pertanyaan Emilia menarik perhatian keduanya. Mereka berdua memandang ke arah Emilia, "Apa kamu juga Siluman?"
Emilia menoleh sekilas ke dalam mobil mengamati tiga anak yang duduk di dalam mobil. Ia kemudian mengangguk pelan. "Tolong jangan buka identitas kalian selama di sini. Kaum perubah wujud menyembunyikan identitas untuk hidup di antara para manusia.
Lelaki di kanan memandang ke arah Emilia, "Kenapa aku tidak bisa merasakan auramu kalau kamu juga Siluman?"
Emilia menggerakkan jari-jari tangan kirinya untuk menarik perhatian mereka. Sebuah cincin melingkar di jari manisnya. Yustas yang mengerti juga menunjukkan tangan kanannya untuk menunjukkan cincin yang melingkar di jari tengahnya.
"Kalian menyembunyikan aura kalian? tapi Kenapa?"
Emilia mengamati jalanan yang untungnya masih sepi. "Saya bisa menceritakan semua hal yang ingin kalian ketahui, tapi sebaiknya kita pergi ke tempat yang lebih aman. Apa kalian mau ikut dengan saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasy[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...