12 - Rindu

720 112 9
                                    

Vella berlari cepat dalam wujud Harimaunya meninggalkan Jeffri dan Noel di teras rumah. Ia merasa sesak dengan semua pertanyaan orang-orang yang ada di dekatnya. Ia terus berlari menuju ke arah selatan dari rumahnya yang terletak di tengah pegunungan Halimun. 

Ia sampai di sebuah tebing dengan pohon besar yang tumbuh di ujungnya. Vella memandang ke arah lembah tempatnya tinggal. Ia menghirup udara sejuk sore itu sambil melihat matahari mulai terbenam. Vella berjalan mendekat ke arah pohon lalu memandang ke arah dua nisan batu di bawah pohon. Ia duduk di antara dua makam itu lalu bergumam, "Bagaimana di alam sana? apakah kalian bahagia?"

Angin berdesir pelan. Vella tersenyum kecil, "Aku lelah sembunyi ... mungkin dalam waktu dekat mereka akan datang atau mungkin menemukan kami di sini ..."

Vella memejamkan mata, dari tubuhnya keluar sesosok harimau transparan yang mewujud di depan Vella. Gadis itu membuka mata lalu mengelus harimau itu, jari-jari Vella menembus sesosok harimau transparan itu, ia merindukan sensasi seperti memegang air ketika bersentuhan dengan si harimau. Ia memejamkan mata sekilas lalu si harimau pergi menembus badannya dan berlari ke arah hutan.

Vella mengatur napasnya masih dalam diam. Ia memandang batu nisan kiri, "Kakak mungkin tidak akan percaya kalau Yaksa dan Siluman bisa hidup bersama. Meskipun kadang aku bosan dengan Noel yang jahil pada Fero, kepedean Erfan dan Jeffri yang suka berkomentar ini itu, tapi aku bersyukur mereka di sini bersamaku. Aku mungkin tidak akan bisa membesarkan Dirga tanpa bantuan mereka."

Harimau transparan Vella kembali sambil mengigit beberapa batang tumbuhan yang berbunga. Ia duduk bertumpu di kaki belakangnya lalu menjatuhkan bunga yang ia bawa ke pangkuan Vella. Gadis itu mengelus si harimau sekilas sebelum akhirnya ia memejamkan mata dan si harimau menguap seperti asap dan masuk ke tubuh Vella.

Vella meletakkan dua tangkai bunga di makam kiri yang bertuliskan Velia, lalu meletakkan sisa yang lainnya di makam kanan dengan batu nisan bertuliskan Ravan. Vella tersenyum pada makam Ravan, "Dia tumbuh mirip sekali denganmu ... padahal aku berharap dia lebih mirip kakakku."

Vella menghembuskan napas melihat matahari yang sudah terbenam dan malam mulai datang. "Apakah aku akan bernasip seperti kalian?"

Vella mengangkat tangan kanannya untuk melihat cincin di jari manisnya. "Apakah kami akan benar-benar memulai hubungan atau ketidakjelasan ini terus berlanjut?"

"Ah iya, sepertinya Dirga sudah masuk fase pubertas. Ah, pubertas adalah istilah manusia untuk mendeskripsikan proses pendewasaan dari remaja menuju dewasa? Yah aku paham ini aneh, tapi dia kabur meninggalkan kami dan mencoba hidup sendiri ... Mungkin ini saatnya aku memberitahu identitasnya yang sebenarnya. Mungkin dia juga mulai jatuh cinta dan lainnya. Intinya aku sedang memberi kesempatan padanya untuk berpetualang."

Vella mengelus batu Nisan Velia dan Ravan, lalu ia berdiri. Suasana sudah gelap dan berbagai kegiatan malam sudah semakin terasa di sekelilingnya. "Kenapa kalian tidak jadi hantu seperti para manusia? Kalau kalian jadi hantu setidaknya kalian bisa melihat Dirga tumbuh besar. Dan mungkin memarahinya juga ..."

Vella menghirup udara malam. Ia lalu berubah menjadi harimau lalu berlari ke arah hutan untuk kembali ke rumahnya. Hutan yang ia lewati mendadak lebih ramai dengan para penghuni malam selain makhluk hidup. Vella terus memacu larinya hingga ia sampai ke garis ke area rumahnya.

Ia mendengar obrolan ringan di dalam. Fero sudah kembali, Noel dan Jeffri juga masih bertengkar seperti biasa. Saat Vella menginjakkan kakinya ke dalam rumah, mereka semua menatap ke arahnya, "Kakak sudah lega?" tanya Noel.

Vella berubah wujud menjadi manusia. "Yah, aku tidak apa-apa ..."

"Fero, ada kabar dari Erfan?" Tanya Vella.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang