33 - Ranggaditiya

438 80 6
                                    

Nanda, Deka dan Ilyas terkejut saat bertemu Raga yang membawa kabar mengejutkan. Sekitar lima hari lalu mereka bertiga dikejutkan dengan kedatangan Fero di hutan tempat mereka selesai melakukan retrokognisi. Fero datang untuk mengajak Raga pergi ke suatu tempat.

Akhirnya misi mereka ditunda dan Raga meminta mereka untuk menunggu di markas terdekat. Kini lima hari berlalu sejak kepergian Raga, mereka mendapati kabar bahwa misi mereka selesai dan keturunan keraton sudah ditemukan.

Nanda, Deka dan Ilyas bahkan tidak berjengit saat mendengar kabar itu, hal yang lebih mengejutkan adalah daripada ditemukannya keturunan keraton yang hilang adalah kenyataan bahwa dalam kurun waktu lima hari Raga pergi, lelaki itu selesai melangsungkan pernikahan dengan Kara dan langsung pergi menemui mereka keesokan harinya. Raga baru sampai di markas mereka dini hari karena harus melakukan perjalanan normal.

"Mas Raga beneran udah nikah sama mbak Kara?" Tanya Deka masih tidak percaya.

Untuk kesekian kalinya Raga mengangguk. Ia sedang mengaduk kopinya sambil duduk di kursi meja makan dengan Deka dan Nanda yang duduk di seberang meja. Ilyas yang terlihat tenang berdiri di sudut ruangan sambil menyeruput tehnya.

"Kalian tidak percaya sekali sih ... Aku kan sudah menunjukkan cicin kawinku." Gerutu Raga sambil menyodorkan tangan untuk menunjukkan cincin ke depan mereka lagi.

"Tapi, bagaimana bisa kalian menikah secepat itu? bagaimana surat-suratnya?" Ucap Deka.

Raga menaikkan kedua bahu, "Para Dayang akan mengurusnya. Kalian lupa siapa aku? urusan administrasi bukan masalah bagiku."

Deka dan Nanda kehabisan kata-kata.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku mengatakan ini supaya kalian berdua tidak meledekku tentang masalah Kara lagi." Gerutunya pelan.

Ilyas akhirnya buka suara, "Sudahlah, urusan itu adalah masalah pribadi. Jangan terlalu diungkit lagi. Sekarang yang terpenting adalah apa misi kita sudah selesai? Kamu bilang keturunan yang hilang itu sudah ditemukan ....?"

Raga mengangguk, "Ya aku baru mendapat kabar juga dari yang lain kalau anak itu sudah sudah ditemukan dari Tuan Fero. Tapi sebelum itu, kita harus mengunjungi seseorang, untuk meminta persetujuan untuk merahasiakan suatu hal."

"Siapa?"

"Kita harus bertemu keluarga Lita."

Mereka bertiga memasang ekspresi bingung, "Lita ... mbak Lita mantan kandidat putri mahkota kan?"

Raga mengangguk. "Sepertinya akan ada satu keluarga lagi yang harus kita awasi."

***

Menemui keluarga Ranggaditiya bukanlah hal sulit bagi Raga. Ia tinggal menunjukkan kartu hitam spesialnya dan itu bisa membuatnya diterima di sebagian besar tempat resmi atau rumah pejabat. Semua orang tahu kalau pemegang kartu hitam berasal dari keluarga ningrat atau petinggi penting.

Raga berdiri di gerbang depan rumah Lita dan saat ditanya mengenai identitas, Raga mengeluarkan kartu hitam miliknya yang bertuliskan 02-04 PW.S pada kamera pengawas gerbang dan tidak berapa lama pintu gerbang langsung otomatis terbuka. Ilyas dan dua orang lainnya menunggu Raga masuk mobil dan akhirnya mereka masuk ke halaman rumah keluarga Lita.

Mereka memutari kolam air mancur kecil lalu memarkir mobil tepat di pintu depan rumah. Saat mereka semua sudah keluar dari mobil seseorang mendatangi Ilyas untuk meminta kunci mobil. Tak lama seorang pengurus rumah datang keluar menyambut sambil mempersilahkan mereka semua masuk.

"Saya sudah dengar dari mbak Lita kalau akan ada tamu, mohon tunggu sebentar mbak Lita baru saja pulang dan sedang bersiap." Jelas si pengurus rumah.

Mereka semua mengangguk lalu duduk di sofa. "Sebenarnya kami ingin bertemu dengan anak kedua dari keluarga Ranggaditiya ... tapi karena kami mengenal Lita, kami menghubunginya dulu."

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang