31 - Hayu

426 84 0
                                    

Hayu terdiam. Dia masih memandang ke arah Aldas menunggu orang itu berbicara. 

"Aku bukanlah orang yang baik. Dan mungkin jika bukan karena ibumu, aku masih menjadi menjadi 'orang jahat' di dunia ini." Jelas Aldas.

Aldas beranjak berdiri lalu berjalan mendekat ke arah jendela. Ia berdiri sambil memandang jauh keluar, "Mungkin aku pantas disebut sebagai pembunuh berantai abad ini."

Hayu duduk lebih tegak dan tanpa sandar menjauhkan dirinya dari Aldas. Lelaki yang mengaku sebagai ayahnya memasang ekspresi muram, keramahannya benar-benar menghilang. 

"Apa kamu tahu kasus terkenal hilangnya anak-anak puluhan tahun lalu? Kasus yang juga menjadi periode kelam keraton karena seorang putri juga hilang dalam kasus itu?"

Aldas bertanya sambil menyandarkan badan ke dinding untuk menghadap ke arah Hayu. Tatapan matanya terlihat sedih, penuh dengan penyesalan. Hayu mengangguk perlahan. Mana mungkin dia tidak tahu itu, kasus penculikan anak-anak pada saat itu menjadi sejarah hitam Nagaragung karena Putri Ketiga keraton menjadi korban dan dinyatakan meninggal dalam kasus penculikan itu. Kejadian itu mencoreng nama baik para petinggi keraton dan hampir seluruh aparat keamanan kerajaan karena sampai saat ini kasus tersebut tidak terpecahkan.

Semua anak-anak yang hilang tidak pernah kembali atau ditemukan tubuhnya jika mereka memang meninggal. Kasus itu sangat besar hingga mengikis setidaknya sepuluh persen dari keseluruhan populasi anak-anak umur delapan hingga lima belas tahun. Kejadian yang bahkan tidak bisa ditutupi oleh pemerintah dan berakhir dalam catatan sejarah kelam yang diketahui oleh semua rakyat.

Hayu mengangguk dengan hati-hati. "Aku adalah salah satu pelaku dalam kejadian itu." Ungkap Aldas.

Ucapan itu membuat Hayu terdiam. Perlahan gadis itu beranjak turun dari tempat tidur lalu menempelkan badannya ke dinding. Aldas menyadari kalau anaknya ketakutan. "Wajar jika kamu ketakutan. Tapi, waktu itu aku juga dalam pengaruh sesuatu hingga tega melakukan itu. Aku tahu hal itu tidak bisa membenarkan tindakanku, tapi aku hanya ingin menjelaskan semua kebenaran itu padamu."

Hayu menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. Hayu membuka mulutnya, tetapi tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.

"Ibumu adalah salah satu dari anak-anak yang menjadi korbanku. Tapi, dia juga yang menjadi penyelamatku."

Hayu semakin kehabisan kata-kata saking konyolnya perkataan orang yang ada di depannya. Otaknya berusaha memproses semua omongan Aldas, tapi rasanya sangat tidak masuk akal. Jika ibu Hayu adalah putri keraton yang hilang diculik oleh Aldas, bagaimana bisa ibunya menjadi penyelamat Aldas hingga akhirnya memiliki hubungan yang membuat Hayu lahir?

Jika ucapan Aldas benar, Hayu mau tidak mau berpikir kalau ibunya sudah gila karena memiliki hubungan dengan orang yang secara harfiah menculiknya. Hayu mulai berjalan pelan menjauh hingga dia meraih pintu kamar, lalu membukanya untuk berlari keluar. Dia ketakutan. Hayu keluar dari rumah itu dan mendapati dirinya berada di desa kecil. Ia melihat beberapa orangtua yang sedang duduk-duduk di depan rumah lain. Hayu tidak menemukan pemilik rumah yang tadi ditempatinya.

Aldas berjalan keluar, langkahnya baru saja sampai di ruang tamu ketika Hayu berteriak. "Berhenti di sana!" dengan tubuh gemetar hebat.

Hayu mulai menangis, kakinya lemas hingga membuatnya terduduk di atas tanah. "Jangan mendekat." Teriaknya lagi disela isak tangis.

Hayu menyeret kakinya untuk menjauh dari Aldas. Seekor burung elang terbang menukik ke arah Hayu, saat sudah dekat burung itu berubah menjadi manusia. Seorang lelaki tua berdiri tegak memunggungi Hayu. "Pergilah, aku yang akan menjaga anak ini." Ucapnya tegas pada Aldas.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang