Emilia mengamati Noel yang masuk ruangan dengan dikawal Vano dan Velio. Ekspresi tenang dan ceria yang biasa menghiasi si kembar mendadak hilang dan berubah menjadi ekspresi serius. Noel terlihat masih ketakutan. Anak itu langsung berdiri di samping Emilia saat mereka masuk sedangkan si kembar berdiri di sudut ruangan mengamati si wanita rambut pendek yang sedang interogasi dengan polisi.
"Jadi ... siapa saja yang hilang?" tanya Noel pada Emilia.
"Anak saya Yustas, dua anak perempuan bernama Liana dan Hayu." Jawab Emilia.
"Apakah mereka orangtua dari Liana dan Hayu?" Tanya Noel sambil memandang ke arah orang yang tidak dikenalnya.
Emilia mengangguk, "Pasangan yang di sana adalah orangtua Liana. Dan kebetulan sekali dia adik dari mantan kandidat putri mahkota yang bernama Lita." Jelas Emilia.
"Berarti beliau ini ibu dari Hayu ya?" Ucap Noel sambil memandang wanita berambut pendek yang sedang berbicara pada polisi. Emilia mengangguk.
Emilia mengawasi Noel dengan seksama. Sampai beberapa menit lalu Emilia percaya Dirga adalah manusia seperti dua anak perempuan yang lainnya, tetapi setelah melihat Noel diajak bicara oleh Vano dan Velio, ia mulai mencurigai identitas dari Dirga dan keluarganya. Bisa saja dia dari keluarga siluman yang bersembunyi di dunia manusia juga.
Ia melihat beberapa cincin yang melingkar di jemari Noel. Emilia perlahan melepaskan cincinnya sendiri. Momen ketika cincin lepas dari jarinya Noel langsung menoleh ke arahnya dan seperti dugaan Emilia gadis itu juga Siluman.
Emilia tersenyum pada Noel dengan ekspresi paham sedangkan Noel terkejut dan bingung melihat ke arah Emilia. Ia lalu menunjukkan cincinnya pada Noel lalu memakainya di jari. Noel akhirnya memasang ekspresi paham. Setelah laporan selesai, para keluarga dari anak perempuan pamit duluan meninggalkan Emilia, Noel bersama dengan Vano dan Velio.
"Jadi para manusia sudah pulang, nah sekarang bisa jelaskan padaku siapa kamu sebenarnya?" Tanya Noel pada Emilia.
"Dia juga seperti kita. Dari klan burung. Jangan ganggu dia Noel, dia sudah menolong kami." Gerutu Vano.
Noel menaikkan kedua alisnya terkejut. Noel kini merasa bodoh karena sudah berasumsi kalau hanya kelompoknya saja yang berhasil datang ke dunia manusia. Mereka akhirnya ikut keluar setelah berbasa-basi sedikit dengan polisi yang menerima laporan.
Saat mereka sudah berada di pelataran kantor polisi, Noel masih memasang ekspresi terguncang mendapati kenyataan bahwa bukan hanya kelompoknya yang berhasil selamat di dunia manusia. "Jadi kamu juga siluman?" ucap Noel pada Emilia.
Wanita itu memandang ke arah sekitar dengan ragu. "Sebaiknya kita membicarakan itu di tempat yang lebih privat." Jawab Emilia sambil mempersilahkan Noel naik ke mobil.
Gadis itu melirik ke arah Vano dan Velio, si kembar dengan tenang masuk ke kursi belakang mobil membuat Noel akhirnya naik di kursi penumpang depan. Perjalanan itu tidak memakan waktu lama. Mereka sampai di perkampungan pinggiran yang tidak jauh dari pusat kabupaten. Meski begitu daerah tersebut masih kaya dengan vegetasinya, hampir setiap rumah pasti memiliki satu pohon besar di pelataran mereka dan cenderung membangun rumah lebih kecil dengan menyatu dengan pohon.
Emilia membawa mereka menuju satu rumah yang terlihat paling tua dan berada jauh di ujung jalan dan berbatasan dengan perkebunan warga. Saat mobil sampai, seorang pasangan tua sudah menunggu mereka di teras rumah seakan mereka sudah menanti kedatangan tamu.
Noel turun dengan ekspresi ragu sedangkan Vano dan Velio menghampiri kedua orang itu dengan santai dan langsung masuk ke dalam rumah.
Mereka berdua mengamati Noel yang datang berjalan ekspresi hati-hati. Pasangan tua itu melihat tato di leher Noel lalu mengamati gadis itu. Ketika dia sudah di depan mereka, si lelaki tua mengamati Noel dari atas sampai ke bawah. "Sudah lama tidak bertemu nak ... ternyata kamu sudah sebesar ini." Ucap si lelaki tua membuat Noel bingung.
Ia mempersilahkan Noel masuk. Saat ia melangkah masuk Noel teringat sesuatu, ia belum mengabari Fero dan Erfan. Gadis itu segera mengirim pesan pada Fero sekaligus mengirimkan lokasi dia berada sekarang.
Noel kemudian mengikuti pemilik rumah masuk, dan terkejut dengan interior rumah yang cukup terbuka sehingga banyak cahaya masuk ke ruangan.
"Apa anda mengenal saya?" Tanya Noel saat dia melangkah masuk ke ruang tamu. Ia mendapati Vano dan Velio sedang berada di dapur sedang berdebat masalah makanan. Dua siluman itu sungguh menempati rumah orang lain seperti milik mereka sendiri.
"Tentu saja, aku pernah menggendongmu saat kamu masih bayi."
Noel duduk di kursi kosong di ruangan dengan canggung. Emilia juga sudah masuk ke rumah dan meninggalkan Noel dengan para orangtua.
"Mari kita bahas itu nanti, sekarang yang lebih mendesak adalah hilangnya anak-anak. Kejadian ini kami yakini bukan perbuatan manusia."
Orangtua itu menghembuskan napas keras, "Tentu saja kami tahu itu bukan perbuatan manusia. Masalahnya adalah tidak adanya jejak membuat kasus ini menakutkan, apalagi ada dua anak manusia yang terlibat."
Tiba-tiba jendela kaca bergetar cepat beberapa detik kemudian berhenti. Noel segera melihat ke halaman, dan seperti dugaannya Fero, Erfan dan seorang tak dikenal muncul di pelataran rumah.
Sebelum Noel sempat menyambut mereka, Vano dan Velio berlari cepat keluar lalu masing-masing dari mereka memukul Fero dan Erfan.
Baku hantam itu bertahan cukup lama. Bahkan Vano dan Velio berubah ke wujud harimau mereka. Fero dengan mudah menghindar dengan teleportasi ke belakang si harimau setiap kali hewan itu berlari menyerang ke arahnya.
Si orang asing yang tidak tahu situasi memilih untuk minggir ke teras rumah dan menonton perkelahian itu.
Erfan dengan mudah menghentikan serangan harimau secara harfiah. Harimau itu terhenti di tengah usaha penyerangannya pada Erfan. Lelaki itu baru saja akan menendang si harimau dari samping ketika pemilik rumah berteriak.
"Hentikan! Kalian ini tamu!"
Noel menyadari perkelahian kecil itu menyebabkan para penduduk sekitar keluar dari rumah mereka untuk melihat keributan. Emilia berdiri di samping Noel. "Tenang, semua orang di sini adalah siluman." Ucapnya saat melihat ekspresi cemas Noel.
Vano dan Velio sudah berubah menjadi manusia lagi, tapi hal itu tidak lantas membuat mereka berhenti. Vano menarik kerah baju Erfan dan berkata, "Di mana adik dan kakakku?"
Erfan dengan mudah mengibaskan tangan Vano dari kerah bajunya. "Vella masih hidup, sedangkan Velia, kalian tentu sudah bisa menebak apa yang dia lakukan kan?"
Vano menghembuskan napas. Matanya mulai berair, "Apa kak Velia benar-benar sudah meninggal?"
Erfan sedikit melunak mendengar pertanyaan itu. Ia melirik ke arah Noel, "Kalau kalian berdua sudah bertemu dengan Dirga, dia adalah bukti nyata hubungan antara Velia dan Ravan. Aturan itu benar, Siluman dan Yaksa tidak bisa bersama."
Velio menunduk menangis. Ia mengusap air matanya cepat lalu menatap ke arah Erfan. "Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Vella? apa ... apa kalian melanggar aturan itu juga?"
Erfan menoleh ke arah Velio, "Kami tidak bodoh. Tapi, bukan berarti perasaan kami sudah hilang." Jawab Erfan. Lelaki itu kemudian berjalan masuk ke rumah.
Noel mengangguk sekilas pada Erfan saat lelaki itu melewatinya. Ia berbalik untuk mengikuti Erfan masuk ke ruang tamu. Noel melihat ekspresi Erfan yang masih serius, gadis itu melipat lengannya di dada. Mau tidak mau ia sangat kagum pada Erfan. Siluman dan Yaksa tidak bisa bersama, tapi aturan itu tetap saja tidak bisa mencegah perasaan Erfan dan Vella. Sayangnya keduanya sama-sama menahan perasaan masing-masing karena mereka adalah saksi langsung akhir dari hubungan Yaksa dan Siluman.
Velia kakak perempuan Vella jatuh cinta pada Ravan seorang Yaksa sekaligus sahabat dari Erfan dan Fero. Tepat setelah kelahiran anak mereka, keduanya meninggal. Takdir itu tidak bisa dihindari. Itulah alasan kenapa Yaksa dan Siluman tidak boleh memiliki hubungan dan siapapun yang melanggar aturan itu harus menghadapi hukuman dari masing-masing aturan kelompok mereka.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasía[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...