Nyai Arkasa

456 79 12
                                    

Nyai Arkasa lebih terkenal dari dugaan Dirga. Dukun bayi dari Singosari itu dikabarkan sudah sering menyelamatkan ibu dan bayi yang kandungannya bermasalah. Hampir tidak ada perangkat desa yang tidak mengenal Nyai Arkasa. Memanggilnya datang untuk membantu persalinan bukanlah hal yang mudah, karena semua orang ingin dibantu Nyai Arkasa. 

Dirga tidak punya uang sepeserpun, sehingga Pak Wisnu memberinya sedikit uang dan meminta bantuan pada beberapa orang di desa untuk memberi tumpangan Dirga untuk mencari sewa kereta menuju Singosari. Lelaki itu memutuskan untuk membaur dengan masyarakat dengan meminjam baju pak Wisnu. 

Pagi itu Dirga terbangun dari tidurnya di kursi panjang ruang tamu keluarga Pak Wisnu. Ia berusaha mencerna kejadian kemarin sembari beranjak duduk. Dirga kaget saat menoleh ke kirinya. Seorang anak kecil sedang duduk di lantai tanah sambil mengambar dengan batu.

Awalnya Dirga mengira dia melihat hantu, tapi ia kini melihat hantu dengan cara yang berbeda sehingga dia yakin anak kecil itu bukanlah hantu.

"Wisnu?" Tanya Dirga, membuat anak kecil itu menoleh.

Ia tersenyum kecil pada Dirga.

Anak itu beranjak berdiri lalu berlari masuk ke rumah sembari tertawa. Tak lama pemilik rumah muncul sembari menggendok si anak, ekspresi ibu Widya terlihat lebih sumringah. "Sudah bangun nak, tunggu sebentar ya, nanti kita sarapan bersama?"

Dirga tersenyum, wanita itu lalu masuk lagi ke rumah. Ia merasa tidak enak jika harus diam saja sehingga Dirga memutuskan untuk membantu sebisanya. Dirga akhirnya memilih untuk keluar dari rumah, dan kemudian menemukan Pak Wisnu sedang memotong kayu di samping rumah.

Dirga menghirup udara segar pagi itu. Sudah sekian lama dia tidak menghirup udara sebersih ini. Rindangnya pepohonan menghiasi setiap sudut rumah. Ia bisa melihat banyak asap mengepul dari belakang rumah di sekitarnya, jalanan mulai dipenuhi dengan orang-orang yang mulai berangkat ke sawah atau menggembalakan hewan ternak untuk keluar dari kandang.

Satu-satunya kendaraan yang lewat hanyalah sepeda biasa yang dipakai oleh seorang berseragam resmi. Sepeda itu lewat sambil membunyikan bel sepeda, si pengendara menyalip orang-orang yang berjalan sambil menyapa mereka.

Dirga berjalan menghampiri lelaki itu berniat untuk membantu, tetapi sebelum Dirga sempat mendekat, Pak Wisnu menaruh kapaknya sembari berdiri tegak. Ia memandan ke arah Dirga sambil tersenyum, "Aku baru saja akan membangunkanmu. Berkatmu anakku pagi ini sudah membaik." Ucapnya dengan ekspresi bahagia.

"Terima kasih."

Dirga mengangguk, "Senang bisa membantu."

Setelah pembicaraan singkat mereka, Pak Wisnu menggiring Dirga untuk sarapan bersama keluarganya. Lelaki itu sudah menyiapkan baju ganti untuk Dirga dan memberi Dirga perbekalan sederhana berupa tas selempang kain berisi baju, sedikit uang dan peta kertas. Pak Wisnu memberikan tas kain itu pada Dirga dan menyuruhnya segera membersihkan diri karena kereta kuda yang mengangkut bahan mentah ke kota akan segera berangkat.

"Aku sudah meminta bantuan pada tetanggaku untuk memberimu tumpangan sampai tempat persewaan kereta untuk perjalanan jauh, jadi kamu harus bersiap secepatnya. Dia akan berangkat sebentar lagi."

Dirga segera menuruti saran itu. Ia membersihkan diri dan langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah disiapkan oleh Pak Wisnu. Istri Pak Wisnu juga terlihat lebih ceria setelah anak mereka membaik. Ketika akhirnya Dirga siap untuk berangkat, Pak Wisnu mengantarnya sampai di depan rumah.

"Semoga perjalananmu lancar."

Kereta kuda milih tetangga Pak Wisnu sudah menunggu di depan rumah. Dirga menyalami pak wisnu lalu mengucap terima kasih. Ia akhirnya berjalan pergi lalu naik di depan untuk duduk di sebelah kusir. Mereka akhirnya berangkat menuju kota untuk ke tempat sewa kereta. Tetangga Pak Wisnu merupakan seorang pedagang bahan makanan yang tiap harinya menuju ke pasar untuk menjual bahan mentah bernama Pak Parman.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang