27 - Dunia yang tersembunyi

430 78 8
                                    

Yustas dan Liana memimpin pelarian para korban. Kali ini mereka berlari menuju arah tempat pertarungan terjadi. Yustas masih menggenggam tangan Liana saat mereka berlari. Semua orang di belakang mereka mengikuti dengan ekspresi takut dan cemas. Sebagian besar dari mereka terlihat bingung tapi percaya pada Yustas.

"Kamu punya rencana?" Tanya Liana disela napasnya.

Yustas terlihat serius, "Sejujurnya tidak, tapi memangnya kita merencanakan untuk diculik seperti ini?"

Liana memutar bola matanya, "Logika yang menarik."

Yustas tersenyum kecil, "Apapun situasinya, aku berencana menghindari interaksi dengan para penculik kita. Siapapun yang menyerang mereka, aku tidak mau membuat masalah dengan mereka."

Semakin dekat dengan tempat pertarungan, semakin keras suara ledakan di luar. Liana mulai merasa merinding dan ketakutan. Air mata perlahan menetes dari pelupuk mata Liana. Yustas awalnya tidak menyadari itu, tapi setelah mendengar Liana terisak pelan ia akhirnya menoleh pada Liana, "Kamu nangis???" Yang lebih terdengar seperti pertanyaan daripada pernyataan. 

Yustas berhenti berlari hingga membuat semua orang yang mengikuti mereka juga berhenti. "Kalian pergi saja dulu. Ingat jangan berinteraksi dengan penculik atau dengan penyerang mereka. Sebisa mungkin hindari pertarungan saat kabur."

Mereka semua mengangguk. Mereka semua mulai berlari melewati Yustas dan Liana, hal yang tidak terduga adalah salah satu dari para siluman berlari cepat lalu bertransformasi sambil berlari dan muncul dalam bentuk kucing liar yang besar. Liana melihat transformasi itu langsung.

Sebagian besar dari mereka akhirnya mulai transformasi, Liana sempat melihat ular, burung elang dan kucing lagi sebelum Yustas meraih wajahnya agar menatap ke arahnya. "Harusnya kamu tidak boleh melihat itu." Komentarnya pelan.

Liana yang menangis kini bernapas cepat dan mulai panik. Yustas mengenggam kedua tangan Liana lalu menatap gadis itu, "Hei ... tenang." Ucapnya pelan.

Liana masih menangis terisak, perasaannya takut, kaget, cemas bercampur aduk di dalam hatinya. Jantung Liana berdetak lebih cepat karena ketakutan. "Kamu ... dan Dirga .... Kalian ...." Ucap Liana sambil menatap lurus ke arah Yustas menunggu jawaban. 

"Aku tidak yakin dengan Dirga, tapi untuk menjawab pertanyaanmu, ya aku seperti mereka. Seorang Siluman." Jawab Yustas.

Liana meneteskan air mata lagi, dan kali ini Yustas mengusap air mata itu. "Ah .. aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa jika ada seseorang menangis di depanku."

Kedua tangan Yustas menangkup wajah Liana untuk menghapus air mata Liana dengan jemarinya. "Aku .... takut ...." Bisik Liana di sela napasnya.

Gadis itu perlahan mundur untuk bersandar di tembok dengan mata terpejam dan air mata masih mengalir dari pelupuk matanya. Yustas memegang pundak Liana untuk mengelusnya pelan. Terdengar suara ledakan lagi yang mengagetkan Liana, gadis itu secara spontan mendekatkan diri pada Yustas.

Yustas menarik Liana dalam pelukannya. "Kalau kamu takut aku akan menggendongmu." Ucap Yustas lebih seperti pemberitahuan daripada pertanyaan.

Liana menarik diri dari pelukan Yustas untuk menatap temannya. "Aku berat." Ucapnya pendek.

Mau tidak mau Yustas tertawa kecil mendengar itu, di saat Liana sedang merasa ketakutan di tengah situasi gila ini bisa-bisanya gadis itu masih sempat memikirkan berat badan. "Dan aku bukan manusia."

Yustas kemudian menatap Liana lagi. Ia mengulurkan kedua lengannya pada gadis itu. Liana bingung, "Bukan gendong belakang?" Tanyanya.

Yustas menggelengkan kepala. "Aku butuh punggungku, kamu gendong depan."

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang