42 - Anomali [2]

455 70 1
                                    

Dirga terlambat.

Ketika dia sampai di tempat terjadinya konflik, semuanya terasa aneh. Banyak makhluk hitam berkeliaran di desa yang entah kenapa terasa sepi itu. Malam sudah tiba, tapi lampu rumah warga tak ada satupun yang menyala. Hanya lampu jalan yang otomatis menyala. 

Dirga sempat merasa merinding saat menghadap ke arah hutan, tapi dia kembali fokus untuk terbang menuju halaman yang paling berantakan. Sesuai informasi dari para makhluk malam, tempat ini sudah memiliki hawa yang jauh berbeda.

Dirga melihat pamannya berusaha bertahan melawan seseorang hingga terdesak ke sisi dari sebuah lingkaran hitam pipih. Lekukan di dalam lingkaran itu terlihat seperti gumpalan awan yang bergerak. 

Dirga segera keluar dari jalan pintasnya, kemunculannya segera menarik perhatian para kutukan. Lelaki itu menyadari kalau makhluk hitam ini berasal dari sumber yang sama yaitu orang yang menyudutkan pamannya.

Dirga fokus untuk menyerap para kutukan dengan kekuatannya, ketika dia menyadari Hayu yang berada di punggung Erfan sedang tertarik ke dalam portal. Dirga kehilangan kesabaran. Ia segera mengarahkan tendangan kakinya pada belakang kepala lelaki yang menyerang Erfan dan Hayu.

Begitu lelaki itu terjatuh ke depan, Dirga hanya bisa memandang kosong pamannya yang kini terjatuh ke dalam lingkaran itu. Dirga belum sempat bereaksi lagi karena lelaki di depannya berbalik dan menendang dadanya hingga dia mundur.

Araka berdiri, ia merenggangkan lehernya perlahan sambil terus memandang ke arah Dirga. Sayap gelapnya masih terlihat, dengan kutukan terus keluar dari belakang tubuhnya. Ia bahkan tidak berniat untuk berhenti. Araka meluncurkan ribuan serangan hitam pada Dirga dan lelaki itu memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya seperti kena sayat benda tajam. Ketika Dirga membuka matanya, kulitnya tidak berdarah dan rasa sakit itu hanya sementara.

Araka terkejut melihat Dirga tidak terluka sama sekali. 

"Siapa kamu?" Tanya Araka sambil berjalan bolak-balik untuk melihat ke sekeliling tubuh Dirga.

Cahaya biru mengelilingi tubuh Dirga menjaga Dirga dari serangan makhluk hitam milik Araka. Setiap kali makhluk hitam milik Araka mendekat pada Dirga, mereka akan terhisap oleh kekuatan Dirga. Araka menyadari kalau Dirga bukan musuh biasa.

"Seharusnya aku yang menanyakan itu. Kenapa kamu menganggu keluargaku?"

"Aku tidak pernah menganggu duluan. Orang yang tadi datang dan merusak tempatku." Jawab Araka sambil menunjuk ke belakang tempat Erfan dan Hayu tadi berdiri.

"Terakhir kali paman merusak tempat, adalah untuk menyelamatkanku dan orang lainnya." Jawab Dirga lugas sambil memandang lurus ke arah Araka.

Pandangan Araka langsung berubah menjadi lebih serius. Ekspresi kagum perlahan muncul di wajahnya. Kini pandangan Araka pada Dirga berubah drastis. Ia mengamati Dirga dari atas hingga bawah. 

"Aku merasakan kekuatan Yaksa dalam dirimu .... tapi sepertinya, kamu belum terbiasa dengan kekuatanmu sekarang."

Tebakan Araka benar. Meskipun Dirga mulai menguasai kekuatannya beberapa jam lalu setelah Viriya membantunya, bukan berarti Dirga sudah terbiasa menggunakan kekuatan barunya. Ia mulai merindukan kekuatan silumannya.

"Bukan urusanmu."

Jawaban ketus Dirga membuat Araka tertawa. "Sayang sekali, ternyata kamu lebih terbiasa menggunakan kekuatanmu yang lain ya?"

Dirga tidak menjawab itu. Tetapi responnya justru membuat Araka semakin yakin. 

"Bagaimana kalau kamu ikut denganku saja? Pada akhirnya kita ini sama. Aku akan mengajarimu hal-hal yang kuketahui, dan tentu saja cara untuk menyeimbangkan kekuatan yang bergejolak dalam dirimu. "

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang