29 - Sunyi

451 82 4
                                    

"Apa mereka semua sudah keluar dari tempat itu?" Tanya lelaki di sebelahnya yang sedang menahan para makhluk terkutuk dalam lingkaran kekuatan biru. Ia hanya menggunakan satu tangan dan melipat satu tangan lainnya.

Wanita itu tidak langsung menjawab, ia melihat ke arah bawah sambil menggunakan kekuatannya. Tak lama dia melihat seorang anak laki-laki dengan sayap sedang menggendong gadis. "Yang lain sudah keluar, dan sekarang aku melihat Yustas dan Liana." Jawab si wanita.

"Kamu tahu apa yang harus dilakukan kan?" Gumam si lelaki tanpa mengalihkan pandangan.

"Diamlah." Sergahnya kesal, ia lalu memandang lurus ke bawah dan memfokuskan tatapan pada Yustas. Ia langsung berusaha untuk menghapus ingatannya saat melihat mereka berdua. Sebelum benar-benar selesai menghapus ingatan Yustas, pandangan si wanita ditutupi kepala dari gadis yang digendong Yustas.

Tak lama, Yustas langsung terbang menjauhi mereka dengan si wanita memandang punggung Yustas. "Dia sudah terbang pergi." Ucap si wanita.

Ia kembali mengalihkan pandangan pada makhluk hitam terkutuk, yang terkurung dalam kekuatan biru yang dikendalikan lelaki di sebelahnya. "Sudahlah, cepat hancurkan mereka, kita tidak punya waktu. Mereka akan segera keluar dan bantuan akan segera datang." omel si wanita dengan nada bosan.

Si lelaki tidak menjawab. Ia kemudian membuka kepalan tangannya kemudian memutar pergelangan tangannya kemudian mengepalkan tangan lagi. Kumpulan makhluk hitam yang terjebak dalam bola kekuatan biru si lelaki, ikut berputar dan bersamaan dengan tangan yang mengepal, bola kekuatan biru itu semakin mengecil meremas para makhluk hitam dan beberapa detik kemudian para makhluk hitam itu meledak menjadi serpihan cahaya biru yang jatuh ke tanah.

Si wanita memperingkatkan, "Mereka akan segera keluar dan kelompok penyelamat akan segera datang. Kita harus pergi."

Si lelaki memandang ke arah gedung di bawahnya untuk terakhir kalinya. Ia lalu mengalihkan pandangan dan terbang menjauh dari sana.

***

Dirga melangkah keluar dari reruntuhan gedung sambil menggendong Hayu di punggungnya. Mereka berdua tidak sempat berbicara banyak karena gedung mulai runtuh. Apalagi Hayu tiba-tiba saja pingsan saat mereka berjalan-jalan.

Dirga menarik napas keras ketika kakinya akhirnya melangkah keluar dari reruntuhan bangunan. Badannya serasa dialiri kekuatan baru yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Ia bisa melihat aura biru pekat mengelilingi badannya dengan samar-samar. Ia tidak merasa kelelahan sama sekali, yang menurut Dirga aneh karena beberapa jam lalu dia tak sadarkan diri setelah para penculik mereka menyuntikkan sesuatu padanya. Ia masih ingat beberapa waktu lalu tubuhnya terasa terbakar dan kekuatannya melemah, tapi pada titik terakhir napasnya, kekuatan baru seakan mengalir keluar ke sekujur tubuhnya hingga membuat Dirga merasa lebih baik dan tersadar. 

Ia cukup terkejut saat sadar. 

Dirga memaksa dirinya untuk fokus pada masalah yang dihadapinya sekarang. Saat ia sudah keluar dari gedung yang sebagian sudah runtuh, suasana sudah gelap dan tidak ada siapapun di sana. Cahaya dari bulan adalah satu-satunya sumber penerangan di sana. Dirga merasakan sisa-sisa energi yang ada di udara. Selama beberapa detik ia merasa familiar dengan kekuatan itu.

Ia menghirup udara di sekitarnya, seperti dugaannya Dirga merasa kenal dengan kekuatan itu. Tidak salah lagi, gemelitik kekuatan itu sama persis dengan yang dirasakannya saat aliran energi baru mengaliri tubuhnya.

Sebelum sempat bereaksi, Dirga mendengar suara sekelompok orang berjalan mendekat ke arah bukaan tempat reruntuhan itu berada. Ketika akhirnya sebagian besar dari mereka sudah terlihat, Dirga menghembuskan napas lega karena melihat wajah yang dikenalnya. Ibu Yustas, Pamannya Fero, Erfan, si kembar dan seorang yang tidak dikenal Dirga.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang